hidan x reader: keabadian (part 1)

14 3 0
                                    

Oke ini cerita pertama yang author bikin.
Jadi kalo ada yang salah atau typo author minta maaf, dan jangan lupa untuk komen dan vote.
Tenang author gak maksa, baca ajalah

POV (Y/N)

Matahari bersinar melalui dahan-dahan, dan angin sepoi-sepoi mengangkat rambut (h/c)ku.
Aku sedang duduk diatas batu dihutan, sepertinya ini adalah hari yang baik.
Aku bangun dan mulai berjalan kembali kedesa.
Orang-orang disana senang dan aku bisa mendengar mereka mengobrol satu sama lain.
Senyum kecil terukir disudut bibirku, aku akan menghabiskan sisa hidupku disini dan aku tidak memilih tempat yang lebih baik dari itu.
Saya terus berjalan, dan suara-suara semakin terdengar keras seiring dengan setiap langkah yang kuambil.
Mungkin desa ini memang kecil, tidak ada ninja disini, tapi bagiku ini tetaplah sebuah berkah.
Aku menghela nafas bahagia dan duduk di salah satu pasang bangku diluar sebuah restoran dan memesan segelas jus.
Setelah seumur hidup menjadi ninja, menurutku tempat ini bagaikan serpihan surga yang ada dibumi.
Aku mengangkat bajuku dan melihat ikat kepalaku yang kupasang di ikat pinggang.
Potongan tajam mengiris gambar yang sudah dikenal menjadi dua, aku melakukannya ketika aku meninggalkan desa asalku berada waktu dulu.
Kenangan kehidupan masa lalu mencoba muncul kembali kedalam pikiranku, tapi aku berusaha sebisa mungkin untuk melupakannya, aku benar-benar tidak ingin mengingatnya lagi.
Aku hanya ingin melupakan segala masa lalu kelam itu.

Aku menyembunyikan ikat kepalaku, tapi ketika aku tengah memasukkan tanganku kesaku, ada sesuatu yang menyentuh lenganku.
Aku tau apa itu dan aku tidak ingin melihatnya, tapi tangan sudah lebih dulu ditarik.
Itu sebuah kalung, perak bersinar dibawah sinar matahari, dan menciptakan pantulan ditanah, sebuah lingkaran kecil dengan segitiga ditengahnya.
Aku menghela nafas pelan, berat dan penuh dengan kenangan akan lelaki yang kukenal.
Aku menutup mataku dan benar saja: rambut peraknya, mirip dengan kalung ini, seperti bersinar dibawah sinar bulan, dan mata ungunya memalingkan wajah dariku ketika dia memberikan sebuah kotak kecil.
Benda itu terbungkus rapi dengan kertas emas, dan busurnya tampak sedikit kusut, tapi bagiku itu adalah benda terindah yang belum pernah diberikan siapapun kepadaku.
Lalu aku mengambilnya sambil terus melihatnya yang masih memalingkan wajahnya, saat aku membukanya kalung itu jatuh ketanah, tapi aku belum sempat mengambilnya... Kalung itu hilang.
Aku merasakan tangannya yang kuat di lenganku, dan ketika aku lihat kebawah, kalung itu sudah terpasang dileherku.

Itu benar-benar hal terindah yang pernah aku lihat.
Saat aku mengalihkan pandanganku darinya, bisa melihat kata-kata mulai terbentuk di bibirnya, dan aku segera membuka mataku.
Dan itu adalah salah satu kenangan yang tidak ingin kuingat lagi, aku sudah memastikan hal itu ketika aku meninggalkan Akatsuki.
Ini adalah tempat terakhir didunia dimana mereka akan mencariku, dan karena reputasiku aku ragu mereka akan mempertimbangkan tempat ini.
Aku tahu bahwa ketika kau bergabung kedalam Akatsuki, itu adalah jalan seumur hidup.
Jadi pilihannya hanya dua; apakah ketika kau menjadi bagian dari organisasi selama sisa hidupmu, atau kau akan mati.
Aku tersenyum pada diriku sendiri dan mulai bangkit kembali berjalan pulang menuju kerumah.
Aku tahu apa yang akan terjadi padaku jika aku memilih jalan ini, namun aku sudah yakin dengan keputusan itu, tidak ada jalan untuk kembali lagi.
Aku mengambil beberapa langkah, tapi kemudian aku mendengar sesuatu datang dari semak-semak.
Aku mulai berbalik dan mengulurkan tanganku ke kunai, tapi sebelum aku dapat mengambilnya, sesuatu yang besar dan berat menghantam kepalaku.
Aku pun terjatuh ketanah ketika kegelapan mulai memenuhi penglihatanku .

***

Kegelapan mulai memudar, aku bisa mendengar suara air datang dari arah kiriku dan aku bisa merasakan dinginnya batu dibawahku.
Aku yakin aku berada didalam gua, tapi aku bahkan tidak mencoba bergerak sekarang.
Aku tidak tahu siapa atau apa yang membawaku, tapi aku tahu aku memerlukan lebih banyak informasi sebelum aku bisa bergerak, dan jika mereka yakin aku masih pingsan, mungkin akan lebih mudah untuk mengumpulkan informasi yang kubutuhkan.
Aku mempertajam pendengaranku, dan aku bisa mendengar suara nafas ringan datang dari sisi kananku.
Aku pun mendengarkannya sebentar, dan aku merasa tahu siapa orang itu.
Sebelum aku dapat memutuskan apa yang harusku lakukan selanjutnya, suara yang dalam mulai berbicara kepadaku, dan mengungkapkan bahwa aku benar tentang identitasnya.

Akatsuki x reader (oneshot)Where stories live. Discover now