4. Terpaksa Memilih

Start from the beginning
                                    

"Hahaha gapapa la" jawab Aziel dengan tertawa kecil.

"Nanti pulang bareng ya la" ucap Aziel menambahkan.

"Loh? kita kan ga beda arah pulang ziel" tanyaku heran kepada Aziel.

"Ya gak papa, aku lagi pengen jalan-jalan aja" jawab Aziel meyakiniku.

(Aku hanya bisa tersipu malu yang menandakan aku mengizinkannya untuk menemaniku pulang)

******

Setelah bel berbunyi aku langsung menuju kelas. Sesampainya di kelas aku langsung menghampiri Azica, Gretha dan Dania. Aku menceritakan kejadian yang barusan aku alami. Mereka menanggapi ceritaku dengan sangat excited .

"Oh iya, mau tau lagi gak?" ucapku kepada mereka.

"Mau..." sahut mereka serentak.

"Aziel ngajak aku pulang bareng, nanti" kataku dengan ekspresi malu-malu.

"Hah? yang bener la? dia mau nganterin kamu ke asrama?" tanya Dania dengan heran.

(Aku menjawab dengan mengangguk)

"Astaga, tanda-tanda apa ini.." tambah Azica mengejekku.

"Asik-asik, nanti kita bertiga jalan di belakang Fiola ya, wkwkwk.." ucap Gretha kepada Azica dan Dania.

"Eh apa sih malu loh" sahutku dengan nada kesal.

Tidak lama dari percakapan itu, Ibu Rina memasuki ruangan kelas dan langsung menyuruh kami memasukkan buku-buku yang ada di atas meja. Kami hanya diperbolehkan meletakan kertas dan pulpen di atas meja. Ibu Rina langsung membagikan kertas soal satu persatu dan mempersilahkan kami mengerjakan soal dalam waktu 1 jam.

Aku mengerjakan soal itu dengan fokus dan teliti. Tidak terasa 1 jam berlalu, setelah memeriksa jawabanku kembali, aku langsung beranjak dari tempat duduk untuk mengumpulkan jawaban kuis. Setelah itu aku langsung membereskan beberapa buku yang berada di laci bawah mejaku untuk aku masukan ke dalam tas. Di sela-sela menunggu jam pulang sekolah berbunyi aku berbincang dengan Marcello yang sudah selesai juga mengerjakan kuis. Aku menghadap Marcello yang sedang bercerita tentang kegiatan yang akan dia lakukan sepulang sekolah.

Pada saat sedang berbincang dengan Marcello, tiba-tiba Aziel lewat di depan kelasku. Ia memperhatikanku dengan lekat dengan ekspresi agak kesal. Aku langsung mengubah posisiku karena tidak enak dengan ekspresi Aziel.

"Kring...." suara bel pulang sekolah berbunyi.

Aku, Azica, Dania dan Gretha langsung bergegas untuk keluar kelas. Kami berjalan menyusuri tangga. Setelah berada di lantai bawah, aku melihat Aziel sedang berdiri sambil melihat mading sekolah.

"Fiola, tuh udah ditungguin" ucap Dania usil.

"Aziel.. ini Fiola nih" ucap Azica dengan sedikit teriak.

(Aku hanya menunduk sambil menahan malu atas tingkah mereka)

Aku tetap berjalan bersama dengan mereka bertiga sampai di gerbang depan sekolah. Tiba-tiba Aziel berjalan dibelakangku.

"Fiola...." panggil Aziel kepadaku.

(Aku menghentikan langkahku dan menoleh kebelakang)

"Apa ziel?" tanyaku seolah tidak mengerti apa-apa.

"Pulang bareng aku ya la. Mau kan?" tanya Aziel dengan hati-hati.

(Aku terdiam sejenak)

"Iyain lah la, tunggu apa lagi? hahaha.." ucap Azica dengan usil.

"Ya...yaudah ziel" jawabku kepada Aziel.

Akhirnya kami berjalan bersama. Sejujurnya aku bingung harus bersikap apa dengan perilaku Aziel kepadaku. Aku selalu menahan perasaanku kepadanya, namun perilakunya seakan memancingku untuk menggali lagi perasaan yang mulai aku kubur.

Dia yang BersamakuWhere stories live. Discover now