03. Jangan Mau Terbawa Arus.

583 114 14
                                    

"Tidak perlu mengharapkan sesuatu yang tidak akan pernah terulang lagi. Mengapa? Karena waktu berjalan maju, bukan mundur."

***

"Disini cuma ada kata gabung, nggak ada kata keluar." Sahut seorang pria berambut ungu.

Atensi seluruh orang teralih padanya, bahkan Caine berbalik untuk menatapnya.

"Rion?" Sahut wanita dengan paras dan wajah birunya.

Krow menatap Rion malas, "Gua tebak ada..."

"Ada Porta yang tiba-tiba muncul di kota. Nah, kebetulan tuh Porta ada di kota yang deket sama kita. Jadi para bajingan PKR itu pengen kita nyelesain Porta itu." Rion menyela, ia berkacak pinggang dan berdecih.

Riji yang tengah bermanja dengan Selia mengernyit, "Lah? Bukannya di itu kota ada Serikat Kanpol si paling tertib itu?"

"Tau nih," timpal Krow.

"Porta kelas S, menurut lu pengecut kayak Kanpol gitu berani?" balas Rion.

Krow memutarkan bola matanya dengan malas, "Nyusahin aja tuh serikat."

"Bubarin aja ya, napa sih? Jadi beban doang anjir!" Echi berkata dengan ekspresi jijik.

Kemudian ia merasakan kepalanya yang dipukul brutal oleh seseorang, Istmo.

"Matamu bubar, mereka itu bisa dikatakan juga anak cabang PKR, Maestro." Istmo berkata dengan wajah gemas, seolah ingin mencekik Echi detik itu juga.

"Hah, PKR apaan sih? Partai Kurniawan Rizky?" Mia bertanya dengan bingung.

Kemudian, bunyi tamparan terdengar.

Nggak, bukan Mia yang ditampar. Mana mungkin berani nampar bungsu tercinta.

Nyatanya, seluruh orang di ruangan itu menepuk dahi mereka masing-masing. Mia menggaruk lehernya yang tak gatal, Naon bejir?

"Hadeuh dek, PKR itu singkatan sayang. Itu singkatan dari Persekutuan Keamanan Resurrection," ujar Makoto sembari mengusap pelan surai Mia.

"Ooh." Mia hanya ber-oh ria.

Bangsat betul bungsu gue.

Rion menatap miris kearah anggota-anggotanya, ini dia mungut dimana sih? Otaknya miring semua, anomali anying.

Rion kemudian menepuk tangannya dua kali dan ketika atensi teralih sepenuhnya padanya, ia berkata.

"Delapan orang ikut termasuk gue," katanya.

Detik itu juga, mereka semua saling bertatapan. Siapa yang kena sial nih?

Sedangkan di tengah keseriusan mereka, seseorang ber-jas putih tengah berdiri di sudut. Ia mengenakan headphone di telinganya dan berjoget-joget bak Idol.

"Aittakatta, Aittakatta, Aittakatta, Yes!"

"Medicus, Suizenka." Suara berat tersebut terdengar nyaring ditelinga nya yang tengah memutar musik.

Ia perlahan menengok kearah pria berambut terong tersebut dengan menganga, "Huh? Loh!?"

Rion menatapnya singkat. "Surculus, Riji."

"Tai," Riji mendengus.

"Bruxa, Mia."

"Ayey Captain."

"Protectoris, Makoto."

"Controller, Key."

"Percussor, Istmo."

PAYTONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang