12. Cari Perhatian

182 19 5
                                    

Setelah hampir 1 Minggu tidak bersekolah, kini Valerie kembali aktif. Begitupun dengan Drake yang masa skorsnya sudah habis. Cowok itu pun selalu menemani Valerie kemanapun, padahal kelas mereka jauhan.

"Baik siapa yang bisa ngerjain soal nomer 3?"

Pak Riski menatap intens seluruh muridnya. Tidak ada yang mengangkat tangan di kelas 11 IPS 1, beda jika dia mengajar di kelas IPA.

        Kelas IPS tetap ada Matematikanya, namun sedikit berbeda dengan yang diajar di kelas IPA.

        "Tidak ada yang mau maju nih? Yaudah Bapak tunjuk ya?"

        Valerie meringis, gadis itu bahkan sudah mendelikkan matanya pada teman sekelasnya agar ada yang mau maju demi menyelamatkan dirinya. Tolong Valerie rasanya ingin kabur saja sekarang, dia tidak tau apa-apa soal Matematika.

        "Maju sana!" Valerie menyenggol lengan Alea, gadis itu menggeleng panik. "Gue gatau."

        "Ahh, pasti gue jadi sasarannya." Tubuh Valerie merosot ke bawah, gadis itu bersembunyi di bawah meja berharap Pak Riski tidak akan melihatnya.

        "Oke, Valerie maju kerjain soal di depan," final Pak Riski seraya tersenyum mematikan.

        "Valerie gada! Ini batuu."

         Valerie berdiam seperti patung di bawah meja, hingga Pak Riski terpaksa harus menariknya keluar. "Aelah Pakkk, Valerie gak tau lohhh. Bapak kalau ngejelasin kayak orang dongeng sii."

"Kurang ajar kamu!" Valerie menyengir. "Iya-iya Pak saya kerjain, gitu doang ez banget."

Valerie berjalan dengan angkuh menuju papan tulis, gadis itu mengambil spidol seraya membaca soal Matematika yang terlalu rumit baginya.

Setelah membaca soalnya, Valerie cukup familiar, dia pernah mengerjakan soal seperti ini meski lupa-lupa ingat.

Demi harga dirinya tidak dipermalukan di depan kelas, Valerie mencoba mengisi meski ngasal dan tidak tau benar atau tidak.

"Sudah Pak." Valerie tersenyum bangga, dia mengangkat dagunya sombong.

"Bagus." Semakin sombong mendengar Pak Riski memujinya. "Jelas saya ini aslinya pintar, cuman males aj—"

"Keliling lapangan tiga kali," potong Pak Riski.

"WHATTTT?!!!" Di jam setengah 12 siang dirinya harus keliling lapangan? GILA.

Pak Riski mengangguk. "Iya, sekarang. Kamu juga gak ngerjain tugas Bapak kan?"

"Pak gak bisa gitu dong, di luar panas banget. Saya juga baru keluar dari Rumah sakit, kalau saya kenapa-kenapa Bapak mau tanggung jawab?"

Tatapan Pak Riski menelisik seluruh tubuh Valerie yang terlihat baik-baik saja. "Keliling lapangan atau bersihin kamar mandi?"

"Huekk! Gak sudi Pakkk!" Membayangkannya saja Valerie sudah mual-mual. Gadis itu berdecak kesal meski tetap menuruti ucapan Pak Riski dengan berat hati.

"Saya akan menyuruh Arga memantau kamu, biar gak kabur."

"Dasar tua," maki Valerie sangat lirih.

Koridor sangat sepi karena harusnya semua masih mengikuti jam pelajaran sampai dzuhur. Namun Valerie malah harus dikeluarkan dari kelas untuk menjalankan hukumannya.

Niat buruknya terlintas di otak, gadis itu hendak pergi ke kantin saja untuk mengisi perut, namun seseorang mencegah tangannya.

"Kamu harus selesaiin hukuman kamu, saya yang akan memantau."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Possessive DrakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang