006

103 11 3
                                    

Halo halo halo kembali lagi dengan bocah jepang campuran Korea dan Australia ini. Kalian kabar nya gimana nih? Baik? Semoga kalian baik² aja ya saat menjelang sekolah ini. Sebelum baca jangan lupa votemennya ya semuanya. Selamat membaca semuanyaa

















Ni-ki memakai jaket hitam nya di tubuh jangkung nya. Lalu mengambil parfum dan menyemprotkan parfum tersebut ke beberapa titik tertentu. Setelah itu, ia menatap dirinya yang berada dipantulkan cermin kamar.

Ni-ki tersenyum melihat ketampanan dirinya, "Ganteng muka aku ternyata. Jelas lah Bunda aja cantik!" gumam Ni-ki

Ni-ki menjatuhkan bokong nya ke kasur, "Oh ya dari kecil aku gak pernah ke makam Bunda. Papa kayaknya lupa deh karena terlalu sibuk ngurusin aku," satu helaan nafas pun mulai memenuhi keheningan kamar.

Ni-ki menoleh kearah pintu, mematung seorang diri dalam beberapa waktu akhirnya Ni-ki beranjak dari kamarnya menuju kamar Jake karena Papa nya itu belum juga selesai bersiap-siap.

Saat Ni-ki ingin mengetuk pintu kamar Jake, Ni-ki mendengar suara isakan dari kamar Jake yang masuk ke telinga miliknya dengan jelas.

Di dalam kamar, Jake tengah mengusap sebuah figura foto yang dimana ada wajah sang istri disana. Isakan tangis menghiasi ruangan, pipi yang basah dan mata sembab muncul di wajah Jake.

"Sayang, Ni-ki udah tumbuh jadi anak baik. Kamu gak mau liat Ni-ki? Dia tampan seperti ku tapi muka mu juga ada disana," gumam Jake yang masih terisak.

Ni-ki yang berada di luar kamar mengulum bibirnya saat mendengar monolog Jake yang sempat memanggil Bundanya. Ni-ki menghirup oksigen sebanyak-banyaknya sebelum ia memberikan diri untuk mengetuk pintu.

Jake sontak menghapus jejak air mata dari pipi maupun sudut matanya. Jake menaruh foto sang istri di dalam laci kemudian membuka pintu kamar untuk anak semata wayangnya. Senyuman tipis terlihat saat Ni-ki menampakkan wajahnya di depan dirinya.

"Udah siap?"

Ni-ki mengangguk sebagai jawaban. Ni-ki menatap kedua mata Jake yang sembab karena baru selesai menangis, "Pa? Papa abis nangis ya?" tanya Ni-ki namun Jake menggelengkan kepala.

"Enggak kok, Papa gak nangis. Ayok kita berangkat," Ni-ki memegang tangan Jake saat Papa nya ingin kembali masuk untuk mengambil kunci mobil.

Ni-ki menatap Jake lamat-lamat saat Papanya itu ikut menatapnya, "Papa, tadi nyebut Bunda kan?"

Jake bergeming mendengar ucapan sang anak. Ni-ki tetap menatap sang Papa hingga Jake berani bersuara untuk menjawab.

Jake menghela nafas panjang dan mengangguk pelan, "Iya Bunda mu. Papa kangen," jawab Jake.

Senyuman Ni-ki pun terbentuk, ia mengusap-usap pundak sang Papa, "Emm gimana kalo kita ketemu Bunda setelan pergi belanja nanti? Kita ke makan Bunda? Kita udah lama kan gak kesana? Ni-ki juga kangen sama Bunda, Pa," ujar Ni-ki.

Jake mengangguk dengan senyuman manisnya. Jake mengacak-acak rambut sang anak, "Yaudah tunggu Papa mau ambil kunci mobil dulu ya," Ni-ki mengangguk dan menunggu Papa nya untuk mengambil kunci mobil.

Jake maupun Ni-ki duduk di kursi mobil, Jake duduk di kursi supir dan Ni-ki duduk di kursi penumpang sebelah kiri kursi supir. Jake mulai menjalankan mobilnya saat merasa tidak ada yang ketinggalan.

Selama di perjalanan, Jake fokus menyetir sedangkan Ni-ki ia fokus menatap pemandangan dari kaca depan maupun kaca samping.

"Pa, Bunda meninggal karena apa sih?" tanya Ni-ki saat menoleh kearah Jake.

Jake menoleh sekilas, "Meninggal dengan keadaan baik Bunda mu itu," jawab Jake dengan kurang jelas membuat Ni-ki mendengus.

Ni-ki menatap Jake terkekeh karena dirinya tidak menjelaskan secara jelas jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi, "Papa Ni-ki serius! Karena apa meninggal nya? Papa dari Ni-ki kecil selalu bilang gituuuu terus sampe sekarang," ucap Ni-ki kesal.

My Papa is My Hero || Jake & Ni-ki (HIATUS & REVISI)Where stories live. Discover now