BAB 22

61 8 5
                                    

22. Goodbye

🦋

Di temani oleh dua koper berwarna silver dan merah muda. Anyelir telah sampai di kontrakan ia bersama  Aliza dan Ainun, mereka dinyatakan lulus SNBP di ITB . Aliza dengan prodi Manajemen, Ainun bisnis digital.

"Kita berpisah di sini, sampai ketemu 4 tahun lagi." ujar tiga gadis itu berpisah.

Anyelir kembali masuk ke dalam taxi duduk di kursinya dengan wajah masam, Braga. Pacarnya itu kemana? Lupakah Braga dengan janjinya untuk menemani Anyelir mencari gedung lab matematika yang menjadi tempat utbknya itu?

"Maaf mbak, saya ada penumpang lain. Jika mbak tidak keberatan untuk berbagi taxi silahkan masuk." ujar supir taxi membantu Anyelir menaruh kopernya ke dalam bagasi.

Karena sudah sangat lelah gadis itu mengangguk, "Iya pak nggak apa-apa"

Ia duduk di kursi belakang pengemudi. Tak ada niat ingin melirik siapa gerangan yang duduk di sebelahnya.

Anyelir sibuk dengan ponselnya, melihat pesan yang ia kirimkan pada Braga masih ceklis satu abu-abu.

Di lain tempat Braga berdiri dengan gagahnya menyusun siasat tawuran kali ini. Ia tidak boleh kecolongan lagi, dan Braga tidak suka seorang mengusik daerahnya.

"Damai aja Braga, sebelum masalah ini meleber kemana-mana." saran Shaka.

"Nggak bisa, mereka yang udah berani nyopet dompet nyokap gua. Mereka melukai dunia gue! Gua nggak bisa tinggal diam."

"Shaka lo jaga depan,"

"Cungkring sama Gibran nunggu di lantai atas,"

"Kalian semua kepung markas sialan ini." titah Braga memberikan srategi.

"Lo sendirian?" tanya Shaka khawatir namun Braga mengacungkan jari jempolnya.

"Gue bawa benda itu," bisiknya menepuk sesuatu yang keras di balik bajunya, tersembunyi di pinggang sebelah kirinya.

"SERANG!"

Dua kubu itu menyatu, lebur dalam suasana yang kacau. Beberapa dari mereka sudah ada yang gugur dengan luka sayatan dan lubang di jantungnya.

Shaka, laki-laki itu terjatuh saat melindungi Braga dari peluru yang di bidik oleh laki-laki manipulatif satu itu.

Braga menarik pelatuknya mengarahkan pistol berwarna hitam itu tepat di otak Hugo.

Tak ingin  kalah Hugo pun melakukan hal yang serupa.

"Main lo kotor, dari awal kita sepakat peluru itu nggak bakal membidik sesiapa kecuali lo atau gue." desis Braga.

"Dari awal lo yang mengusik gue, Braga leader Blacktiger Keluarga gue hancur sejak kedatangan lo."

"Ayah belum menceritakan kejadian tujuh belas tahun lalu sama lo?" tanya Braga masih dengan pistolnya yang mengarah pada otak Braga.

Hugo diam, tak berniat mengatakan iya.

"Almarhum mama lo, punya golongan darah A, Ayah golongan darahnya O sedangkan lo punya golongan darah AB . Lo bukan anak kandung Fathan Guterres."

Melihat pelatuk yang tertarik di cengkeraman jari saudaranya itu, Braga pun melakukan hal yang sama. Keduanya bersiap melesatkan peluru.

Namun sebelum itu sirene mobil polisi terdengar nyaring. Hugo dengan gesit melangkah kabur di susul oleh anak buahnya. Sedangkan Braga ia tidak mungkin meninggalkan shaka.

Teman Hugo yang lain sudah melarikan diri, "Udah! Shaka di tinggal aja dia udah meninggal kayaknya," ucap Gibran ada benarnya.

"Gue setuju, ingat lo ada janji sama cewek lo Braga,"

Anyelir dan lukanyaWhere stories live. Discover now