BAB 19

71 8 0
                                    

15. Perkara sak boker

🦋

Semilir angin menyapu lembut wajah ayu itu  Kayuhan sepeda membawa keduanya menikmati angin sore di jalan asia afrika.

Braga dengan topinya, Anyelir dengan rambut yang di kucir. Keduanya tertawa lepas di bawah rinai hujan, di atas sepeda reot milik kakek Braga.

"Kalo nanti kita punya anak mau berapa?" tanya Braga yang sedari tadi terus menanyakan hal-hal random pada gadisnya.

"2, satu cewek satu cowok" jawab Anyelir mantap.

"Kalo kamu?" balas gadis yang duduk di depan Braga itu mengadah.

Dengan jahil Braga mengecup bibir ranum yang menjadi candunya itu.

"Aku ikut kamu, kan kamu yang hamil" jawabnya masuk akal.

"Kalo gitu aku ngikut jay," ujar wanita itu usil

"kok jay?" Braga mendelik tak suka.

"Kan suami aku jay,"

Aku jodohmu kalo gitu," Balasnya tak ingin kalah."

"Plastik," ledek Braga memancarkan aura permusuhan pada jay.

"Dia emang ganteng dari sononya," sanggah Anyelir.

"Aku juga gitu, kamu suka Jay karena apa?"

"Dia ganteng, anak tunggal kaya raya lagi. " jujur Anyelir seadanya.

"Buset saingan aku anak tunggal kaya raya, ngeri slur.."

"Jay kelahiran 2000 tua dong, oh jadi selera kamu yang sugar daddy." sebut Braga menyimpulkan.

"Sugar daddy, and ceo. Aku mau istri ceo,"  jujur Anyelir,memang itu mimpinya.

Anak rambut berwarna red orange itu menyapu wajah Braga, wangi yang membuat Braga merasa nyaman.

"Ntar aku jadi ceo, liat aja." tutur cowok itu bersungguh-sungguh.

"Bakal aku lamar, anything for you my angel."

"Aku liatin aja nih, nggak boleh aku pinta blackcardny?" goda Anyelir dengan wajah lesunya

"Boleh tinggal bareng juga boleh,"

"Bukan muhrim, gak boleh tinggal bareng."

"Kan udah aku nikahin kamu nya, jadi boleh-boleh saja." sanggah cowok itu menyandarkan kepalanya di bahu sang pacar

"Sebelum menikah lamar aku dulu dong!"

"Hey preety girl, will u marry me?"

"Yes i Will,"

"AAAAAAAAAAAA" teriak Braga repleks, merasa gemas Anyelir pun ikut berteriak.

Ini adalah hal yang membuat bibir Anyelir terus melengkung. Melupakan fakta bahwa untuk bahagia ia harus melalui begitu banyak penderitaan.

Keduanya tertawa lepas, hari ini di bawah guyuran hujan keduanya terlihat amat sangat bahagia. Cinta semasa SMA adalah hal yang paling indah menurut Anyelir. Pun dengan Braga.

"Gini terus ya Ann..." pinta Braga dengan suara kecil, namun masih bisa di dengar oleh pacanrya ini.

"Terusnya sampai kapan?"

"Sampai aku tidak bosan memuji cantik mu setiap harinya"

🦋

Satu ramadhan jatuh pada tanggal 12 maret besok, malam ini Anyelir memutuskan untuk sholat jamaah isya di masjid sekalian tarawih.

Sebelum ke masjid gadis dengan mukena merah jambu itu tersenyum tipis membaca pesan dari pacarnya.

Braga
Aku tarawih dulu ya
nanti pulangnya mau tadarusan
kamu tidurnya jangan kemalaman
semangat belajar buat snbt ya sayang
ily

Dalam perjalanan menuju masjid Anyelir senantia mendengar curhatan sang kakak sepupu yang baru berumur 23 tahun tapi sudah di desak untuk menikah.

Sesampainya di mushola, keduanya wudhu namun tiba tiba gadis dengan rambut ikal itu berdecak. "Ann tungguin kakak ya mau boker!"

Anyelir mengangguk gadis itu duduk menunggu kakak sepupunya.

Lima menit berlalu masih aman-aman saja namun tiba-tiba rasa sakit menjalar pada sekujur tubuhnya.

Segera Anyelir berdiri memeluk tiang mushola gadis itu masuk ke dalam tempat wudhu.

"Kak vi udah?" tanyanya menahan sesuatu.

Fevi keluar dari kamar mandi dengan memegangi perutnya. "Pulang saja yuk, aku juga mau boker." pinta Anyelir memijat perutnya.

"Tarawihnya?" tanya Fevi menahan sakit perut juga.

"Habis boker kita balik lagi, sholat isya di rumah aja"

"Ayo!" keduanya memakai mukena dan berlari kembali ke rumah yang jaraknya tak begitu jauh.

"Tunggu Ann!" teriak Fevi saat Anyelir berlari seperti avatar.

"Nggak bisa kak, udah di ujung."

"Nanti panggil kakak ya?"

Anyelir memberikan jempolnya, sesampainya di rumah, setelah memuka mukena gadis itu berlari menuju kamar mandi dengan tergesa-gesa.

"Kok kakak pulang lagi?" tanya Laura.

"Perut gue sakit mau berak"

"Lalu kakak sepupu mu kamu tinggal sendiri di mushola? kalo dia kesurupan, terus gila lagi dan masuk rsj lagi bagaimana?" tanya ibu Anyelir beruntun.

"Kak vi ikut pulang dia pengen berak juga,"

Selang beberapa menit, akhirnya selesai bertepatan dengan adzan isya yang berkumandang.

Mereka kembali berjalan menuju masjid. "Kemana lah kalian hilir mudik," sebut salah seorang tetangga.

"Biasyalah orang sibuk" tutur Anyelir sekenanya.

"Kiw adek, mau ke masjid ya?" tanya seorang om-om mengedipkan matanya sok ganteng

"Jalan nya jangan buru-buru gelap ini, nanti jatuh" sahut yang satunya.

"Sini abang senterin ya,"

"Adik mukena merah.. mau nikah sama abang nggak?"

Anyelir dan fevi saling pandang mukena merah? bahkan Fevi memakai mukena hijau daun.

Apa maksud mereka adalah Anyelir?

"Itu warna merah jambu!"  ralat temannya lagi.

"Oi adik mukena merah jambu, mau kah membina rumah tangga sama abang?"

"Sorry om, gue maunya membina rumah tangga sama Jay."


🦋

To be continue ..

Anyelir dan lukanyaWhere stories live. Discover now