BAB 17

64 8 0
                                    

17. Bridesmaids

🦋

"Aliza marry me"

"Cut!" ujar Bumi membuat semua orang melongo tak percaya.

"Kenapa?" tanyanya polos.

"Kamu ngapain?" tanya Aliza berpikir yang tidak-tidak.

"Kita jadi pengantin buat praktek nikah besok sayang," beritahu Nanda mengingatkan karena pacarnya ini pikun.

Aku kira kamu lamar aku.

Braga yang mendengar ucapan Nanda merasa aneh, bukan kah praktek nikah di laksanakan sebelum ujian? Cowok itu bahkan menjadi pak RT di sekolahnya yang lama.

"Kenapa harus pakai acara lamaran?" tanya Aliza pelan.

"Kelas ku mau bikin vlog,"

Aliza ber-oh ria. Sedangkan Anyelir menoleh kala ia mendengar Fia dkk memanggilnya.

"Nanti pulang sama gue ya," pinta Fia, Anyelir berpikir bagaimana cara untuk menolak?

"Temani gue ke apotik, oh ya Ann.. Pegang tas gue!"

Braga mengeraskan rahangnya ia sudah cukup bersabar mengamati. Cowok itu  mengambil tas berwarna pink itu lalu menjatuhkannya tidak peduli apapun barang di dalamnya.

"Jangan manfaatin kebaikan cewek gua. Babi,"

Lalu cowok itu menarik pergelangan tangan Anyelir dengan lembut. Ia akan mengantarkan gadisnya itu pulang.

Sesampainya di parkiran datanglah pak kholil memberikan sebuah baju pengantin pada Anyelir.

"Kurang meriah kalau hanya sepasang, dua lebih baik." ujarnya seraya tersenyum.

"Kenapa harus saya pak? Ada Fara, dan Anandonsia yang lebih cantik pak," tanya Anyelir.

"Kamu ngatur-ngatur saya? Bapak tidak menerima penolakan,"

"Mempelai laki-laki nya Hugo guterres sesuai request."

Anyelir mematung ia ingat, kejadian 4 bulan lalu. Memang benar Anyelir ingin jadi pasangan Hugo pada praktek nikah angkatan mereka.

"Nggak bisa di ganti pak?"

"Tidak ada penolakan Nyelir. Bapak tidak mau terlibat dengan cucu pemilik sekolah,"

Lalu bapak Kholil pergi meninggalkan Anyelir dan Braga yang memilih untuk segera pulang.

"Braga,"

Panggil Anyelir sebelum turun dari mobil, cowok itu merengkuh tubuh mungil itu.

"Diam, gua lagi marah. Jangan ngomong dulu" pintanya dengan suara dingin.

🦋

Malam harinya di kediaman keluarga guterres. Suasana meja makan yang terasa dingin saat kedua laki-laki itu tak henti-hentinya melempar tatapan penuh permusuhan.

Fathan yang melihat itu menghela napas.

"Sampai kapan kalian akan seperti ini?"

"Sampai kapan pun!" jawab keduanya cepat.

"Apa kalian tidak bisa menerima kenyataan? Kalian itu saudara satu bapak."

"Gua nggak punya saudara kayak dia." sahut si sulung dingin.

"Gua juga ogah saudaraan ama lo," tak mau kalah si  bungsu pun mengeluarkan argumennya.

"Ayah. Dia merebut pacar Braga," adu cowok itu mendapatkan pelototan horor dari sang kakak.

Anyelir dan lukanyaWhere stories live. Discover now