like father like daughter

Start from the beginning
                                    

Dengan santai Hazel mengangguk "lalu kemana perginya saat ini? apakah kau membawanya pergi? Karena kau juga menghilang selama satu hari penuh pada hari tersebut" terdapat sorot penuh curiga dimata penyihir tua tersebut.

Hazel tetap memasang wajah santai nya, seolah olah dia bukan pelaku sesungguhnya "maaf profesor aku tidak memberi tau yang lain. Tapi pada hari itu aku berapparet ke rumah kerabat ku disini. Dan tepat sekali malam itu di daerah nya hujan, jadi mereka meminta ku untuk menginap, aku juga sudah mengirim surat untuk ku sampaikan ke Hogwarts namun sepertinya tidak tersampaikan dengan baik" jelas panjang lebar Hazel.

Profesor McGonagall masih menatap Hazel dengan kecurigaan, namun mendengar alasan Hazel yang sedikit masuk akal membuatnya menghilangkan perasaan tersebut.

"Baiklah, aku juga percaya bahwa kau tidak akan melakukan hal kejam terhadap mrs.Grenggas. kau boleh keluar mrs.berkshine" ucapan prof. McGonagall di angguki oleh Hazel.

Sesegera gadis tersebut meninggalkan ruangan sang profesor. Lagi lagi ia menjadi sorot perhatian saat hendak berjalan menuju asrama nya.

________

"Kau benar benar melakukannya?"

Disinilah mereka, Hazel dan Lorenzo. Kedua saudara kandung tersebut tengah berbincang di menara astronomi dengan menatap malam yang indah.

Mendengar pertanyaan sang kakak. Hazel hanya tersenyum lalu mengangguk "sudah ku bilang, apapun akan ku lakukan jika bersangkutan dengan draco."

Lorenzo menghela nafasnya gusar "ternyata kau benar benar gadis yang keras kepala. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri" Lorenzo menatap Hazel, namun bukan tatapan kecewa maupun tatapan marah melainkan tatapan biasa saja.

"Tenang saja kak, matanya indah. Aku juga sudah menjualnya. Yakin tidak mau uang nya?" Seringai terdengar dibibir Hazel membuat Lorenzo mengangguk.

"Aku tidak tau reaksi apa yang akan dad dan mom munculkan saat mendengar kabar ini"

"Mereka akan bangga kepadaku. Karena mereka yang mengajari ku semua ini, apalagi dad"

Lorenzo mengangguk kembali mendengar ucapan Hazel. Mengingat ayahnya adalah seorang kriminal terkenal yang sudah merenggut jiwa manusia tanpa ketahuan.

Siapa sangka ternyata Edgar dan Geneva yang memiliki wajah bak malaikat adalah seorang iblis yang bersembunyi di balik selimut.

"Aku akan mendapatkan apapun yang aku inginkan, kak. Dan dengan cara apapun."

_________

"Pegang pistol nya seperti ini, Tempatkan arah peluru ke tubuh korban mu lalu tarik pelatuk nya dan Dor!! Korban mu akan mati."

Hazel yang saat itu berumur 14 tahun mengangguk sembari memegang pistol asli milik ayah nya. Ia berlatih dengan sangat cepat, bahkan dia dengan mudah mempelajari nya.

Setelah latihan, Edgar mengajak Hazel ke taman belakang rumah nya "kau menyukai seseorang?" Hazel hanya mengangguk.

Edgar tersenyum mendengarnya. Hazel bukanlah gadis kecil lagi, dia perlu mengetahui tentang cinta, dan pastinya tentang kehidupan yang keras. Maka Edgar mengajarkan nya menggunakan pistol seperti yang ia lakukan pada Lorenzo.

"Jika orang yang kau suka telah menjadi milik orang lain bagaimana? apakah kau diam? atau melakukan sesuatu yang bisa kau gunakan agar mendapatkannya?"

Hazel menatap ke arah ayahnya sejenak lalu berpikir "dad sudah mengajarkan ku untuk menjadi wanita pekerja keras. Jadi aku akan memilih yang kedua" Edgar tersenyum mendengarnya.

Mengingat Edgar pernah mengatakan padanya "rebut apapun yang bagimu itu milikmu".

"Dad berkata bahwa jangan terlalu sering mengasihani orang lain, karena orang lain tak tentu mengasihani kita" ucap Hazel dengan senyuman diwajahnya.

Edgar tersenyum lalu mengusap pelan rambut putri nya "tidak sia sia dad pernah mengajarkan itu semua".

Hazel mengangguk sebelum memulai topik lain "dad, bolehkah aku membunuh seseorang?" Pertanyaan lolos dari mulut Hazel, namun tak membuat Edgar terkejut, bahkan dia mengangguk.

"Boleh, tapi tidak sekarang. Tunggu ulang tahun mu yang ke enam belas" Hazel tidak membantah. Ia akan menunggu waktu berjalan dengan sendiri nya, dan berpikir siapa yang akan menjadi orang pertama yang akan ia bunuh.

________

"Dad juga sudah mengizinkan ku untuk membunuh di ulang tahun ke enam belas ku" Lorenzo mengangguk, mengingat ia mendapatkan izin yang sepadan. Namun lelaki tersebut belum pernah membunuh seseorang sejak ulang tahun ke enam belas nya tahun lalu.

"Kau tidak ingin membunuh?" Tanya Hazel yang membuat Lorenzo menoleh "bukan tidak ingin, tapi belum".

"Sudah mendapatkan target?"

"Sudah"

Tbc~

Gatau lagi deh, gaada ide lagian wkwk. Maaf ya kalo cringe

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 19 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝐟𝐚𝐥𝐥 𝐢𝐧 𝐥𝐨𝐯𝐞 {𝒐𝒃𝒔𝒆𝒔𝒔𝒆𝒅} 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐭𝐡𝐞 𝐝𝐞𝐚𝐭𝐡 𝐞𝐚𝐭𝐞𝐫Where stories live. Discover now