𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝐎𝟕: Partner perdukunan

Start from the beginning
                                    

Hal seperti itu bisa jadi, mengingat selama ini yang berperan sebagai 'pagar' bagi Lunara adalah ibunya sendiri. Jika ibunya lemah, maka ia lemah dan arwah akan dengan mudah mendekatinya atau sekedar 'menempel' yang menyebabkan penurunan kesehatan secara tiba-tiba ataupun wajah yang kusam dan tak bergairah.

Lunara mulai merasa mual berada di area dapur. Ia buru-buru menyelesaikan urusannya, ia mencuci wajahnya bertujuan menjernihkan pikirannya agar tidak terbayang-bayang mimpi itu lagi.

Ia butuh tidur, besok akan jadi hari yang lumayan sibuk untuk dirinya dan partnernya, Haikal.

-

Pagi-pagi sekali Haikal sudah ada di depan rumah Lunara. Lelaki itu memaksa Lunara untuk berangkat sekolah bersamanya. Haikal takut gadis itu tiba-tiba berubah pikiran dan menghentikan rencana mereka.

Saat sampai di tempat parkir, Lunara turun dari motor dan mengembalikan helm full face hitam milik Haikal. "Thanks" ucap Lunara berbalik dan menulusuri lorong sekolah meninggalkan Haikal.

"Sama-sama"

-

Haikal dibuat bingung oleh Lunara. Kemarin mereka sepakat akan bekerja sama tapi sampai sekarang Lunara tidak membahas apapun. Bahkan saat bertemu di kantin, perempuan itu malah bertingkah cuek seperti tidak kenal.

Laki-laki itu berjalan menuju perpustakaan untuk ngadem dan tidur. Sekarang sedang jam kosong karena para guru sedang mengadakan rapat mengenai ujian yang akan diselenggarakan minggu depan.

Saat hendak membuka sepatu Haikal melihat di meja kedua dari pojok ada sepasang manusia yang saat ini ingin Haikal temuin- Lunara dan Reyhan.

Saat Haikal masuk ke dalam perpustakaan, mata Lunara dan Haikal bertemu. Lunara melambaikan tangan ke arah Haikal. Sangking bingungnya Haikal, ia sampai memutar tubuhnya mencari kemungkinan ada orang lain dibelakangnya, tapi tidak ada. Lambaian tangan itu memang untuknya.

Dari pagi dia cuek banget, tapi begitu sama Reyhan langsung so ramah ni cewe - batin Haikal

Reyhan menoleh mengikuti arah pandang Lunara, ia lalu menyapa Haikal dengan tos ala anak tongkrongan.

Kemudian Haikal memberikan kode kepada Reyhan agar undur diri, karena ada hal yang harus dibicarakan berdua oleh Lunara.

Reyhan dengan muka masam bangkit dari duduknya, "Lun, kita lanjut nanti sore. Sekarang ada pengganggu" Kata Reyhan sambil menekan kata 'pengganggu'

Yang disindir sama sekali tidak berasa bersalah, lelaki itu mengedikkan bahu tidak peduli. Setelah dirasa Reyhan dalam jarak yang tidak bisa mendengar mereka, Haikal langsung memborbardir Lunara dengan beberapa ocehan seperti "Lo kok cuekin gue? Jangan tarik ulur gini lah kita lagi gak main layangan"

"Berisik," ucap Lunara muak sambil menutup mulut Haikal. "Gue lagi nyari job, lo pikir kalo gue deket-deket lo bakalan ada yang mau make jasa gue?"

Pikiran Haikal mulai kemana-mana, ia berdehem lalu bertanya, "Jasa apa?"

"Yang kemarin kita bahas. Lo butuh batuan gue, sebagai feedback gue butuh lo untuk jadi pagar gue. Dan gue berencana gunain kemampuan gue buat jadi kaya raya" jelas Lunara sambil mengangkat kedua alisnya tengil.

"Maksudnya kita jadi semacam dukun gitu? Udah gue duga lo stress, tapi gak segininya. Kalo lo butuh duit gue bisa ngasih lo sebagai tanda terima kasih"

"Loh, kok protes? Kan lo duluan yang nyanggupin bakal ngasih apapun termasuk diri lo. Lagian, yaa, gue yakin duit ucapan terima kasih lo gak ada apa-apanya dibandingkan duit orang yang putus asa karena kena serangan gaib"

"Iyaa, bener. Tapi gue kira lo butuhin gue sebagai pager, atau tameng lo itu saat proses pencarian kakak gue. Lo gak jelasin soal bisnis perdukunan," kata Haikal dengan nada frustasi, ekspresinya pun gak kalah frustasi.

"Kalo kayak gini, sama aja gue ngejual jiwa ke iblis" tambahnya.

"Gue udah jelasin kan? Masa sih belum..." ia mencoba mengingat-ingat, tapi kemudian dia yakin sudah menjelaskan pada Haikal.

"Dan lagi, lo bukan ngejual jiwa lo ke iblis, tapi ke makhluk manis" jawab Lunara santai. Belum juga lama kenal Haikal, gadis itu sudah meniru dengan baik sikap tengil Haikal.

Haikal mengacuhkan ucapan Lunara, ia mengajukan argumennya, "Gue gak bisa kalo disuruh naro santet atau bikin usaha orang mati, Lun. Dosa."

Lunara hampir mau ketawa. Ia kehabisan kata-kata. Pengertian mereka tentang bisnis ini berbeda. Tapi setidaknya Lunara tau bahwa Haikal kadang bisa bicara sesuatu yang benar.

"Apa sih! Siapa juga yang mau buka jasa santet? Gue gak bisa gitu-gituan!"

"Terus kita ngapain?" tanya Haikal sambil mengerutkan dahinya bingung.

"Kita jadi dukun baik, Kal. Kita nawarin jasa untuk orang-orang yang kena serangan gaib. Gue emang gak bisa santet, tapi gue bisa bikin santet gagal. Tapi kita jangan mikir sampe situ, karena client kita paling cuma orang yang 'ketempelan' " jelas Lunara.

"Terus kalo gitu kapan kita ngurusin kasus kakak gue?" tanya Haikal.

"Sore ini"

"Gimana caranya?" tanya Haikal sambil menggeser kursinya mendekat ke arah Lunara.

-

Lunara duduk di sofa panjang berwarna milo. Matanya menelisik ke sekeliling ruangan. Ia tidak menyangka kalau Haikal yang rambutnya selalu berantakan punya rumah yang rapi dan bersih.

Disaat Lunara sedang meneliti kediaman Haikal. Lelaki itu malah sedang menekan rasa gugupnya, selain karena ia akan berkomunikasi dengan kakaknya melalui Lunara. Laki-laki itu juga gugup karena Lunara adalah tamu perempuan pertama di apartemennya. Bahkan ibunya belum pernah mengunjungi kediamannya.

Lunara menoleh kearah Haikal saat laki-laki itu menaruh segelas air. Kemudian Haikal duduk disebelah Lunara.

"Jadi, gimana?"

"Ceritain kronologi detailnya"

Halo semua, terima kasih sudah menyempatkan membaca Diary of Lunara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Halo semua, terima kasih sudah menyempatkan membaca Diary of Lunara.

Aku berharap kalian suka sama ceritanya. Dan kalo ada yang mau ngasih kritik atau saran boleh banget ya!

Seperti biasa jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen!

Sampai jumpa di chapter selanjutnya;)

Diary of Lunara - sound of the other side . æspa [✓]Where stories live. Discover now