BAB 14

68 12 1
                                    

14. Akar

🦋

Anyelir mematung membaca pesan dari Braga, laki-laki itu masih berdiri di depan jendela kamarnya masih dengan bunga yang berada di tanganya.

"Setelah gue di khianati oleh sahabat, orang yang gue cintai, orang tua gue, bahkan tuhan pun sudah berkhianat sama gue, apa gue harus menerima lo?"

"Tidak Braga. Gue nggak bisa,"

Anyelir menggeleng ia tidak ingin percaya pada siapa pun termasuk tuhan.

Sebab jika memang tuhan itu adil mengapa ia semenderita ini? Semua alur kehidupan yang telah ia susun gagal total.

"Ann.. Lo boleh nggak percaya sama siapa pun, tapi percaya lah pada Allah. Ia tak pernah tidur Ann."

"Gue nggak percaya itu, jika memang tuhan nggak pernah tidur harusnya dia dengar gue meraung di sepertiga malam, harusnya tuhan lihat penderitaan gue. Tapi tidak Braga."

"Tuhan itu nggak ada! Semua mimpi gue cita-cita gue udah hancur Braga,"

"Gue gagal jadi paskibra nasional, asal lo tau Braga selama ini gue selalu berdoa agar lulus. Gue selalu berkhayal kalo hidup gue bakal mulus,"

"Semua yang gue susun hancur Braga, apa gue harus percaya sama tuhan lagi? nggak Braga."

"Setiap kesulitan ada kemudahan setiap kesulitan ada kemudahan, coba di renungkan kembali, barangkali Allah terlalu cemburu karena lo terlalu berharap pada sesuatu yang belum pasti."

"Ali bin abi thalib pernah berkata, aku telah mengecap penderitaan yang paling pedih yaitu berharap pada manusia."

"Intropeksi semuanya, barangkali sujud mu itu bukan untuk Allah melainkan dunia."

"Ikhlas Ann. Allah penulis skenario terbaik,"

"Jika ingin bergantung, bergantunglah pada akar yang kokoh, jangan pada pohon."

Anyelir termenung ucapan Braga beberapa menit lalu berhasil memukulnya.

Gadis itu menatap bunga pemberian Braga, ia bangkit mengambil wudhu memakai mukena pinknya, gadis itu meratap, meraung dalam sujudnya mengakui semua kesalahannnya dan dosanya.

Tapi sifat alamiah manusia adalah gemar bertaubat, maka dari esoknya bukan menjadi lebih baik gadis itu malah melanggar prinsipnya.

"Pagi sayang," sapa Braga membuka pintu mobilnya mempersilahkan gadis cantik itu duduk di bangku kemudi.

"Semalam tidurnya gimana? nyenyak?" tanya Braga memecah keheningan.

"Nggak ada tidur nyenyak di kamus gue,"

"Pasti kebangun paling dikit tiga kali."

"Buset, kenapa tuh? mimpiin gua kah?" tanya Braga jenaka.

"Gue insomnia,"

"Kasian pacar gua," Braga mengelus rambut pendek itu dengan tangannya.

Anyelir tak menolak ia merasakan sengatan listrik di tubuhnya.

Anyelir tiba-tiba memejamkan matanya. Deru napas gadis itu mulai teratur layaknya orang yang tertidur.

Braga yang melihat itu gelagapan, peluh sebesar biji jagung yang menetes membuat Braga panik.

Cowok itu menepikan mobil ia berusaha untuk membangunkan Anyelir.

"Ann.." panggilnya tak mendapat sahutan gadis itu terlelap dalam tidurnya.

Dalam benaknya ia bertanya kenapa Anyelir tiba-tiba tertidur seperti ini.

Hingga lima belas menit setelahnya Anyelir terbangun, mereka sudah berada di parkiran sekolah.

Anyelir meringis tak enak. "Sorry. Ini penyakit kalo kambuh nggak kenal tempat,"

"Gapapa sayang, Lo tadi kenapa bisa gitu? Gua kira lo mati,"

Anyelir menggeleng, ia menggegam tangan Braga yang sedari tadi menghapus peluhnya.

"Selain insomnia, takut hujan, takut gelap gue juga punya narkolepsi, pacar lo ini nggak bisa bertahan hidup lebih lama Brag-"

Ucapan Anyelir terpotong, Braga menciumnya.

Ia menciumnya! Ini di bibir bukan di pipi.

Tangan Braga memegang tekuk gadisnya untuk memperdalam ciuman pertama mereka.

Merasakan kurang oksigen, Braga melepas pangutan bibir tersebut dengan kecupan singkat di jidat Anyelir.

"Jangan ngomong kayak tadi lagi ya? gua gak suka,"

"Yang mana? yang gue bilang pacar lo ini?"

"Bukan,"

"Nggak bisa bertahan hidup-

cup.

"Diam atau gue cium?"

"Lebih lama Braga-"

Braga menurunkan kursi Anyelir laki laki itu menindih tubuh Anyelir, dengan lembut ia kembali mencium bibir itu.

Cukup lama hingga Anyelir benar-benar kehabisan oksigen.

"Anyelir nakal,"

Kemudian keduanya tertawa. Dan akhirnya si paling wala takhrobuzzina termakan ayatnya sendiri.

🦋

To be continue...

Anyelir dan lukanyaWhere stories live. Discover now