BAB 12

77 11 0
                                    

12. Murid baru

🦋

Karena tidak mengerjakan tugas Sejarah Anyelir terpaksa bersemedi di tengah tengah lapangan dengan kepalanya yang terasa cenat-cenut.

"Rasanya anjing banget. Kayak mau sakaratul maut," decak gadis itu, wajahnya terlihat pucat di tambah dengan perutnya yang belum di isi sedari tadi malam.

Dari kejauhan Anyelir melihat sosok laki-laki berwajah sangat tampan.

"Buset izrail ganteng juga ya," gumamnya sebelum kegelapan melanda.

"Ketemu," ucap laki-laki itu seperti baru saja memenangkan give away.

Ia menahan pinggang ramping itu dengan tangannya.

Tanpa pikir panjang di gendongnya tubuh kurus itu ala bridal style.

"Uks di mana?" tanya nya pada para siswi yang sedari tadi menatap penuh puja dirinya.

Dalam perjalanan menuju uks, laki-laki dengan seragam yang acak-acakkan itu tak bisa berhenti menggelengkan kepalanya ia tak habis pikir nyatakah sosok bidadari dalam gendongannya ini.

"Cantik. Cantik banget,"

🦋

Netra hazel itu perlahan terbuka menyesuaikan cahaya yang masuk melalui gordon uks.

"Kira udah mati beneran.." lirihnya lesu, tanpa pikir panjang gadis itu mengubah posisinya menjadi duduk.

Di lirik tak minat sepiring bubur tidak di aduk di nakas itu.

Suasana kelas 12 IPA 3 begitu berisik karena kedatangan murid baru yang sangat sangat tampan dan juga seksi.

"Kita kedatangan teman baru,"

"Perkenalkan diri kamu," pinta Bu Sari.

"Gua Braga. Pindahan dari Andromeda highschool,"

"Pindah ke sini kenapa?" tanya Dimas asal.

"Karena ada masa depan saya di sini tante," jawab Braga sekenanya.

"Oh itu gue!" sahut Siti tak tau malu.

Mendengar itu cewek cewek yang sedari tadi diam ikut heboh dan mulai cat calling.

"Braga marry me!"

"Rahim gue anget nih Ga!"

"Gantengnya sini aku kokop. Mas,"

"Bjirr mukanya unreal bener,"

"Halalin adek bang!"

"Braga! touch me plis..."

Alis rapi itu berkerut tak kala mendengar kelasnya yang sangat brisik, jam kos mungkin pikirnya.

Seorang guru berbadan besar yang berdiri di depan samping papan tulis itu membuat Anyelir berdecak.

Setelah mengucapkan salam gadis itu duduk di bangkunya yang berada nomor tiga paling pojok.

"Dari mana kamu?" tanya Bu Sari

"Uks, sakit." jawabnya singkat selanjutnya gadis itu menenggelamkan kepalanya di atas meja.

Fia yang berada di seberang bangkunya melempar pulpen ke arah gadis itu.

"Tu muka pucat amat kayak mayat hidup" bisik Aliza membuat Naya yang duduk di depan Anyelir melirik gadis itu.

"Gue tadi habis ketemu malaikat maut," tuturnya dengan raut wajah serius.

"Malaikat mautnya ganteng kaya jung jaehyun"

"Kaya cowok yang di sebelah Bu Sari  itu?" tunjuk Aliza pada sosok laki-laki dengan tubuh tinggi itu.

Anyelir mengikuti arah tunjuk Aliza, saat netra abu-abu itu membalas tatapannya Anyelir rasa ia pernah bertemu cowok ini sebelumnya.

Tapi di mana?

"Kayak pernah liat deh," bisik Anyelir, Alizamemutar bola matanya malas.

"Liat di mana?"

"Gatau lupa, "

"Ini istirahat masih lama? Anak gue udah lapar ini.." Anyelir mengelus perut ratanya melihat itu Aliza dengan reflek melempar kotak pensilnya mengenai kepala Anyelir.

"Sakit anjing.."

"Anyelir, Aliza!" tegur Bu Sari membuat gadis itu bungkam.

"Braga, silahkan duduk di sebelah Anyelir." titah Bu Sari pada murid baru berjenis kelamin laki-laki itu.

Gadis dengan rok di atas lutut itu memasang wajah cool saat Bu Sari memintanya untuk mengangkat tangan.

Braga duduk di sebelah Anyelir cowok itu mulai mengeluarkan peralatan tulisnya.

Merasa di perhatikan cowok itu pun menoleh ke arah gadis cantik di sebelahnya.

"Senang ketemu lo lagi," sapa Braga dengan senyum tipisnya.

"Kita pernah ketemu sebelumnya?" tanya Anyelir cukup familiar dengan cowok berkulit putih ini.

Cowok itu tersenyum tipis menimbulkan dua lubang di pipinya.

Manis.

"Mati bareng?" tanyanya membuat Anyelir syok.

"Ingat?" ujar Braga gregetan melihat wajah bengong Anyelir. Anyelir berdehem sebagai jawaban.

"Lo gak mau nanya kenapa gua pindah ke sini?" tanya Braga jenaka.

"Kenapa emangnya?"

"Karena lo, gua ke sini demi lo Ann.."

"Gue?" dengan tak percaya Anyelir menunjuk dirinya sendiri.

"Iya elo, for you information sejak hari itu gue selalu mikirin lo. This is love ily more Bunga,"

Anyelir memutar bola matanya malas, "Ganteng ganteng gila ternyata,"

Kring...

"Cukup sampai di sini pelajaran kita, selamat siang semuanya."

Braga menatap gadis di depannya itu dengan lekat, di tariknya tangan mungil yang terdapat banyak bekas luka sayatan itu.

"Tangan lo bukan kertas jadi jangan di robek," cowok itu mengeluarkan sebuah plester dan itu membuat Anyelir segera menarik tangannya.

"Bukan urusan lo,"

"Jangan nyakitin diri sendiri, gua ikut sakit liatnya." tutur Braga serius.

"Prett, kenapa dokter bolehin lo pulang? Lo belum pulih gue liat,"

"Gae?"

"Gua lapar" adunya dengan wajah sok imut.

"Makan lah bego, ntar mati lo"

"Gak bakal mati, kan ada lo yang nyelamatin." Braga mengedipkan sebelah matanya genit.

"Fuck you,"

"Love you?"

"Fuck you Braga!"

"Yeah, i love you to Anyelir, "

🦋

To be continue...

Anyelir dan lukanyaWhere stories live. Discover now