2. Bertarung dengan Kebingungan

21 2 0
                                    

Setiap hari aku hanya bisa memperhatikannya dari kejauhan. Rasa ini semakin menjadi-jadi. Aku tidak berharap banyak, aku hanya ingin mengaguminya dalam diam.

Hari ini merupakan hari weekend pertamaku setelah menjalani masa pengenalan di sekolah. Tepat seminggu aku sudah menjalani menjadi murid baru di SMP Swasta ini. Hari ini juga waktu dimana aku diperbolehkan memegang handphone. Yap, aku tinggal di asrama dan di sana memiliki peraturan bahwa handphone hanya akan dibagikan setiap hari weekend. Dengan riang aku langsung menghubungi Mama dan Papa karena aku sangat rindu dengan mereka. Setelah selesai, aku langsung berkumpul dan berbincang bersama teman-teman asramaku. Kami biasa berkumpul di teras depan kamar karena disana terdapat banyak tempat duduk.

"Ting, ting..." bunyi notifikasi handphone.

"Selamat malam, namaku Wayan dari kelas 7D salam kenal ya" isi SMS yang barusan masuk ke handphone ku.

Setelah membaca isi SMS itu aku bertanya-tanya dalam hati siapkah orang yang barusan mengirim pesan kepadaku ini dan dari manakah dia tahu nomor teleponku. Di tengah kebingungan itu, aku hanya bisa berdiam diri dan belum berani untuk bercerita kepada teman-teman. Hari itu aku sama sekali tidak membalas pesan darinya. Aku masih bertanya-tanya dalam hati apakah aku pernah mengenal dia sebelumnya. Tiba-tiba notifikasi handphone ku berbunyi lagi.

"Terima kasih telah melakukan pengisian ulang" isi SMS yang barusan masuk ke handphone ku.

"Udah ada pulsa kan untuk balas?" isi SMS yang datang tidak lama dari notifikasi operator.

Aku mulai tidak nyaman, aku langsung berjalan menuju kamar. Aku menggerutu sendiri di dalam kamar karena kesal dengan tingkah laki-laki yang sok tahu itu.

"Siapa sih? aneh banget belum kenal udah buat ilfil aja" gumamku dengan nada kesal di depan kaca.

Aku memutuskan untuk menghiraukannya. Aku merasa tidak pernah mengenal dia sebelumnya dan bagiku tidak ada salahnya jika aku tidak membalas pesan darinya.

*****

Keesokan harinya, aku bertanya kepada Azica apakah dia pernah mendengar nama Wayan pada saat berada di sekolah. Namun, Azica juga tidak pernah mendengar nama itu.

"Ya sudahlah tidak penting juga" pikirku dalam hati.

"Ting,Ting" bunyi suara notifikasi SMS masuk dari handphone ku.

"Maaf ya aku lancang, aku minta nomor kamu dari kak Marvin" isi SMS yang barusan aku terima.

"Aku mau jujur, kalo dari awal aku udah suka sama kamu. Kalo aku mau kenal kamu lebih jauh boleh ga?" isi SMS darinya yang lain masuk tidak lama dari SMS pertama.

"Gak boleh!" jawabku singkat yang mengartikan aku risih dan tidak mau tahu terhadap perasaannya.

Aku memang memiliki saudara jauh yang juga bersekolah di SMP ini. Kak Marvin berbeda dua tahun di atasku. Dia sekarang duduk di kelas 9. Aku bertekad untuk bertanya kepada kak Marvin secara langsung mengapa dia memberi nomor handphone ku tanpa memberitahuku terlebih dahulu.

*****

Hari ini aku sangat ingin menemui kak Marvin untuk bertanya tentang kejadian kemarin. Pada saat jam istirahat pertama aku langsung menemui kak Marvin. Dia berada di kelas 9A yang tepat berada di bawah kelasku. Belum selesai menyusuri tangga, aku kebetulan sudah bertemu dengan kak Marvin. Dia ternyata ingin memanggil temannya yang berada di kelas lain.

"Kak Marvin...."panggilku sambil melambaikan tangan kepadanya.

"Eh ada apa fin?" jawab kak Marvin dengan nada heran. (Fin- Fin merupakan nama kecilku)

Dia yang BersamakuWhere stories live. Discover now