~1~ "No One Never Listen"

En başından başla
                                    

"....Terima kasih..." seru Vannessa perlahan, dia masih sedikit stress dengan apa yang terjadi dalam hidupnya "kenapa harus aku?" pertanyaan itu bagai menghantui pikiran dan jiwanya. Perlahan dia memasukkan buku itu ke tasnya, tidak habis sudah yang dia pikirkan hingga sekarang tentang segalanya..

.

.

.

"Bob?!! Dia sudah datang?!" teriak pria dewasa dengan jas, masuk kedalam ruang kerja Bob yang sedang membereskan data-data pasiennya yang lain.

"Roger? Aku tidak sangkah kau benar-benar datang?" seru Bob lalu berdiri dan menjabat tangan mitra lamanya saat dulu kuliah.

"Jadi?? Apa dia datang?? Bagaimana hasilnya?!!" tanya Roger dengan sedikit terburu-buru bibirnya yang terlihat kaku terus berusaha ingin hal yang dia nanti berhasil.

"Roger??? Tenangkan dirimu??"

"Hah?!! Bagaimana aku bisa tenang beritahu aku?!!" seru kencang Roger sekali lagi, dengan senyuman paku di wajahnya membuat terlihat dia memang memilihki obsesi dengan pencariannya sejak dulu dan teori tetang pengalaman yang dulu telah terjadi.

"Hah..... Baiklah, hasilnya positif..." seru Bob perlahan Roger duduk kemudian keringat keluar dari pori-pori kulitnya, dia mulai tersenyum seperti orang gila tidak dia sangat waras saat melakukan senyuman itu.

"Roger?.... kau baik-baik saja?" tanya Bob sedikit bingung karena Roger bertingkah sedikit aneh, Bob tau harusnya dia tidak membiacarakan hal ini lagi. Tapi bagaimana bisa?

"Ahahahahaha, apa maksudmu, Bob? Tentu aku sangat baik??" seru Roger sambil sedikit tertawa, dia mulai terlihat normal lagi jika di teori dengan Psikologis gerak-gerik Roger memang menandakan dia memilihki penyakit Obsesi yang rendah.

"....Roger? Apa kau tidak terlalu berlebihan masih mencari hal aneh ini-"

"Bob!!! Sudah ku bilang jangan bilang hal aneh lagi!!!"

"........"

"Baiklah.. Kita akan ungkit ini besok" selesai bicara Roger keluar dari kantor Bob, semua yang terjadi sudah di perkirakan hal ini memang sedikit rumit. Tapi siapa yang peduli?

****
"Vannessa?....." seru Ibu Vannessa memeluk putrinya ringan, perlahan Vannessa memeluk ibunya kembali dan menangis hingga sedikit menjerit.

"Wuuuuaaahhhhh!!!! Ibu.... ibu..... aku tidak salah!!!" seru Vannessa sambil menangis, bagaimana pula Vannessa hanya 7 tahun dan dia sudah di katakan mahluk yang sangat berbahaya. 

"Iya nak.... Ibu tau... hiks.... ibu tau..." seru ibunya hingga akhirnya dia ikut menangis karena yang dia hadapi, tidak ada yang mengerti Vannessa selai Ibunya dia selalu berusaha menjaga putrinya yang dia sayang sekuat mungkin walau banyak orang yang ingin mengambilnya. Bukannya aneh banyak orang yang ingin meneliti putrinya? Mengendalikannya? Atau mungkin Mengcloningnya?

Ingin sekali Ibu Vannessa atau Felica, untuk melihat putri kecilnya untuk bermain dengan anak-anak lainnya dan tersenyum seperti anak-anak normal. Tapi sekarang dia harus menghadapi takdir bahwa putrinya mengedapi sebuah penyakit Psikologis.... walau jujur dia tidak yakin anaknya benar-benar memilihkinya. Semua orang mengatakan putrinya Aneh, bisa membuat semua orang takut dengan tidak jelas dan malam itu Felica melihat kejadian yang membuatnya membelakangkan matanya dimalam saat dia melihat kejadian mengerikan itu.

"Hey? Shadow? Kenapa kau ada?" tanya polos Vannessa sambil menyalakan senter di tengahnya dan bayangannya bergerak menjadi duduk di hadapannya walau masih menyambung dengan Vannessa, bayangan itu terus berubah menjadi segalanya yang memilihki bayangan. Tapi bukan hal itu yang mengejutkan akan tetapi dia bisa mengangkat segala sesuatu yang memilihki bayangan dan meremasnya dan hal itu akan terjadi di benda aslinya. 

Seperti saat itu Felica melihat bayangan anaknya bergerak keluar dari kamarnya dan turun dari tangga dan menekan bayangan seekor tikus hingga tikus itu tidak bisa bernapas, dan demi perlahan tikus itu Mati....

Apakah kejam? Sesungguhnya Felica memegang sebuah dari kunci jawaban Vannessa mengapa dia terlahir begitu.?....

.

.

.

.

"Ibu.... selamat malam.." seru Vannessa kemudian memejamkan matanya, sambil tersenyum Felica mencium kening anaknya kemudiam membalas senyuman anaknya. Perlahan Vannessa tertidur setelah meminum obat anti-stress dari Psikiater. Tidak habis pikir Felica memikirkan apa yang telah terjadi. Felica mengelap wajahnya dengan tangannya dan melihat bayangan itu duduk di sebelahnya.

"Hai..... ahaha, kau pasti bayangan Vannessa?" serunya sedikit tertawa, bayangan itu mengagguk dan mengubah bentuknya seperti teddy bear dan mengoyangkan tangan dan kepalanya seperti sedang memberi salam. 

"Sayang sekali kau tidak dapat bicara denganku..." seru Felica lalu tersenyum tipis, tidak ada hal yang bisa dia katakan tentang bagaimana perasaannya. Bayangan itu diam dan mulai berubah lagi menjadi manusia, mungkin tidak terlihat tapi di mata Felica terlihat bayangan itu menangis.. ada sedikit bayangan air yang jatuh dari pipi bayangan itu. Disaat itu Felica menangis dan berusaha memeluk bayangan itu.

"....hiks.... hiks.... Elia... Elia... Oh...oh... Elia..ku... kenapa malah menjadi begini..." seru Felica sambil menagis.

"Jika saja.... keajaiban terjadi.... aku rela menukar hidupku.." seru Felica sambi berusaha memeluk Bayangan Vannessa. Perlahan bayangan itu menyentuh bayangan pensil, perlahan pensil itu mengapung dan tertulis di tembok.

"Apa.. itu namaku?" tulis di tembok selesai, setelah itu Felica berlinang air mata bersujud di lantai dan mengangguk.

"Ya.... Elia..." seru Felica masih sambil menangis dan menutup mulutnya.

"...Ha....ah...... Elia... Vannessa... kumohon kalian harus bisa menjaga satu sama lain.... walau jika ibu hilang..." seru Felica masih berusaha menghentikan tangisannya.

"Ibu? Kenapa kau menangis?" tanya Vannessa terbangun dia melihat Elia. Entah mengapa dia sudah tau kalo Shadow bernama Elia.

"Elia?" seru Vannessa pelan kemudian, Felica berlari memeluk Vannessa dan secara tidak langsung Felica sudah memeluk Vannessa dan Elia di saat yang sama.

"Ingat.... kalian harus saling menjaga..." seru Felica kemudian meninggalkan kamar Vannessa dan tersenyum lemah walau airmata masih sedikit terlihat di kelopak matanya. Tidak ada yang bisa mengubah segala yang terjadi.. Sekarang Vannessa melihat Elia kemudaian daia berdiri dan menyentuh tembok yang menunjukkan refleksinya yaitu Elia.

"Terasa sangat aneh?" seru pelan Vannessa dan perlahan Elia menyatuh dengan bayangan di kaki Vannessa yang terlihat sudah terlihat tidak terlalu seperti garis lagi.

"Ini... Bukan bayangan ku... tapi bayangan Kita" seru Vannessa pelan kemudian menidurkan kepalanya kembali keatas ranjang dan memejamkan matanya perlahan demi perlahan.


OHOYO!!! Salam kenal semuanya Cerita yang memilihki latar yang cukup misterius bukan? Bhuahahahah Kenalkan Michi adalah Author sabeleng yang aneh!! Ya gak aneh-aneh banget sih.. SIlahkan cerita ini agak berat Imajinasinya dan gejelasin POV nya karena tau lah~ Mungkin Michi bikin Vannessa POV nanti kalo Michi dapet Vote sama Comment yang banyak!! kurang lebih 5 Vote sama 5 Comment iitu cincai lah >.< karena jujur Michi bikin beberapa cerita lain jadi mohon di maklumi dan Follow Michi juga kalo perlu ;3 See You Next Time~

(Not) Mine ShadowHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin