(41.) Nisan tanpa Nama

Start from the beginning
                                    

Tangis Agaskar pecah seketika di lorong VVIP tersebut, punggungnya bersandar di tembok dengan pasrah hingga berjongkok

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tangis Agaskar pecah seketika di lorong VVIP tersebut, punggungnya bersandar di tembok dengan pasrah hingga berjongkok.

"ARGGGHHHHHHHHHH!!!!" erang Agaskar.

BUGGGHHHHH BUGGGHHHHHHH BUGGGHHHH!!!

Kepalan tangan Agaskar menghantam tembok beberapa kali hingga menimbulkan bercak cairan merah, menunjukkan seberapa terpukulnya ia atas kehilangan calon anaknya.

Detik berikutnya,, Agaskar mencoba menghubungi orang tuanya melalui sambungan telepon beberapa kali yang tak kunjung diangkat.

"Mamoyy Papoyy angkat sekarang!!!" monolog Agaskar penuh harap.

Lelaki itu tak lupa memberikan rentetan pesan sembari terus menghubungi Selina dan Hugo selaku orang tuanya untuk datang ke rumah sakit sekarang, hingga setelah beberapa kali percobaan, barulah telepon itu ada jawaban.

Lelaki itu tak lupa memberikan rentetan pesan sembari terus menghubungi Selina dan Hugo selaku orang tuanya untuk datang ke rumah sakit sekarang, hingga setelah beberapa kali percobaan, barulah telepon itu ada jawaban

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hallo Bang, what are—"

"Ke rumah sakit sekarang, Mamoy! Anak Agas meninggal," potong Agaskar cepat.

"W-What?! Are u serious?! Astaghfirullah, g-gimana bis—"

Agaskar memejamkan matanya dalam-dalam seraya sesenggukan. "Kesini aja, biar besok ngurus pemakamannya."

"Innalillahi, Papoyy!! Ayo kita ke rumah sakit sekarang, Bang Agas sharelok ya ini Mamoy sama Papoy otw sekarang."

"Z-Zeya keguguran Mamoyyy....." Pada kalimat inilah Agaskar benar-benar lemas tak berdaya, air matanya terus mengalir deras.

Ponsel yang tadinya menempel di daun telinga harus terlepas begitu tangannya melemas hanya sekadar menginfokan apa yang terjadi dengan sang istri.

"ANJINGGGG!!! KENAPA HARUS SESAKIT INI..."

Seketika memori Agaskar terputar dimana beberapa jam lalu ia mengangkat tubuh Zeya yang sudah bersimbah darah, dan menjadi pusat perhatian di acara dies natalies tadi.

Dengan langkah yang lunglai, Agaskar mencoba bangkit dan berjalan masuk ke dalam ruangan dimana Zeya baru selesai melakukan operasi.

Seorang Agaskar, tidak pernah tegang, tidak pernah lemah, tidak pernah juga gemetar jika harus berhadapan dengan musuh yang akan melukainya.

AGASKAR 2 [[ AFTER MARRIED ]]Where stories live. Discover now