1st

3 0 0
                                    

First rule to get her. Always make her see you as a nice person. Even tho you need to pretend to be it.

📷

Lonceng tanda jam istirahat sudah selesai berbunyi sekitar sepuluh menit yang lalu. Tapi sepertinya Freya tidak mendengarnya.

Atau memang sengaja dia menulikan telinga?

Gadis itu masih asik dengan ponsel didepan matanya yang menayangkan sebuah adegan ciuman dari aktor series homo favoritnya. Begitu asik sampai siswi yang baru dua bulan pindah ke SMA BUSA itu tidak menyadari kehadiran seorang siswi yang memperhatikannya sejak tadi.

"Lo masih disini Fre?" tanya siswi itu tepat disamping telinga Aira.

"Anjing." teriak Freya terkejut. Dia bahkan sampai melempar ponselnya dan terdengar seperti suara kaca pecah. Sudah bisa dipastikan ponselnya tinggal nama.

"Ups, maaf." ucap siswi itu perlahan merasa bersalah.

Freya menoleh dan mendapati wajah bersalah Neira.

"Setan lo ngagetin gue Nei." Freya tanpa sadar memegang dadanya yang berdenyut begitu kencang.

Neira hanya menyengir tanda bersalah.

"Maaf Freya. Padahal tadi gue sengaja ngomongnya pelan lho. Eh lo malah tambah kaget."

Freya berdiri dari lantai dingin yang sedari tadi menjadi alasnya duduk. Menepuk belakang roknya yang sedikit berdebu. Tentu saja, gadis itu dengan tenang duduk tanpa alas selembarpun.

Neira berjalan mengambil ponsel Freya yang terbang cukup jauh dari tempat temannya itu tadi duduk. Saat mengetahui keadaan ponsel Freya, Neira menggaruk keningnya yang sebenarnya tidak gatal sama sekali.

"Kenapa lo?"

"Ehehehe.. hape lo Fre..." Neira menyerahkan ponsel Freya pada sang pemilik. "Retak." suara gadis cantik itu terdengar pelan, sampai-sampai Freya tidak begitu mendengarnya.

Mata Freya turun pada tangan lentik Neira yang menyerahkan ponselnya. Sebuah gedikan bahu Freya berikan saat menerima ponsel yang sudah retak parah.

"Ya udah lah bisa beli lagi. Gampang entar gue rampok bokap gue."

Papa pasti ngonyeng-ngonyeng duluan.

Freya menggaruk keningnya yang sedikit gatal. Mungkin akibat digigit nyamuk yang bersafang dan berumah tangga di atap sekolahnya.

"Sorry Fre. Kalau bokap lo enggak mau beliin, biar gue aja deh yang ganti." Neira berkata sambil mengamit lengan Freya. Dia begitu merasa bersalah.

"Halah, gampang lah Nei. Santui-santui."

Keduanya berjalan menuruni tangga dengan ucapan maaf Neira yang terus terdengar. Freya sampai harus membekap mulut sahabatnya itu untuk diam. Dia sebenarnya tidak menyukai permintaan maaf yang diucapakan berulang kali. Terdengar tidak ada ketulusan. Walau dia tahu Neira pasti begitu menyesal.

"Lo ngomong maaf sekali lagi gue kasih piring cantik. Beneran." geram juga Freya.

"Darimana kalian?"

Sebuah suara siswi yang berada tepat dibelakang tubuh dua sahabat itu, membuat keduanya berhenti berkata dan melangkah.

"Kelas berapa kalian? Apa tidak mendengar suara bel masuk dari tadi?"

Perlahan Neira dan Freya membalikkan tubuh dan mendapati Weni, sang wakil ketua OSIS yang menatap keduanya dengan pandangan dingin.

"Lo lagi." kata Weni dengan nada tidak percaya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 20 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

To-Get-HerWhere stories live. Discover now