BAB 15 BULAN DAN SERIGALA (1)

Start from the beginning
                                    

"Kamu..." Casius tercekat. Ada getaran samar yang terlihat di matanya ketika menatap gadis itu.

Tubuh gadis asing itu sangat kurus. Kulitnya kering dan pucat. Ada puluhan luka yang tak luput dari setiap jengkal tubuhnya. Casius bahkan tidak bisa mengenali wajah gadis itu dengan baik karena luka lebam keunguan dan darah yang mengalir dari kepalanya. Yang lebih miris adalah Casius bisa melihat rasa benci dan kekecewaan yang tersembunyi jauh dalam kekosongan di mata darah itu.

Casius menggigit bibir bawahnya.

Penampilan gadis itu... itu mirip dengan keadaannya dulu, tepatnya sebelum ia dicap sebagai sampah dan sebelum Casius menyadari Kutukan Naga dalam tubuhnya.

Ketika Casius masih terguncang dengan ingatannya, gadis asing di depan Casius mengangkat salah satu tangannya. Ia menarik kerah longgar pakaiannya, menunjukkan pundaknya kepada Casius.

'Corak itu?!'

Anak perempuan itu juga memiliki pola ular yang melilit tubuhnya. Persis seperti Casius. Satu hal yang berbeda. Itu adalah sisik yang ada di kepala ular.

Ada sepasang sisik di sisi kepala ular yang memiliki warna berbeda. Ketika seharusnya hanya ada berwarna hitam yang pekat, sepasang sisik itu memiliki warna merah. Dan karena posisinya, sepasang sisik itu tampak seperti mara ular yang terbuka.

Casius mengulurkan tangannya, tanpa sadar ingin menggapai gadis itu. Namun-

SWOOMMM!

"KYAAAHHHH!"

"?!!"

Nyala api tiba-tiba muncul dan melahap tubuh sosok yang baru pertama kali Casius temui itu.

Dalam sedetik, suasana hutan yang damaipun pecah.

Mereka bilang 'mati terbakar' adalah salah satu kematian yang paling menyakitkan*. Dan ya, Casius bisa tahu itu benar ketika ia melihat kejadian di depannya.

*Kali aja ada yang belum ngeh. Casius alias Cakra sebelumnya mati karena ledakan yang pastinya membuat beberapa puing bangunan kliniknya berjatuhan. Intinya dia mati seketika, bukan mati terbakar, okeyy!

Jeritan pilu gadis itu menggema ketika kulitnya yang terbakar mulai terkelupas. 

Ketika daging di balik kulitnya sedikit demi sedikit meleleh, gadis itu berteriak, memohon pengampunan entah pada siapa. 

Lalu saat sebagian lehernya telah meleleh dan api merambah ke organ dalamnya, Casius masih bisa mendengar gadis itu mendesis. Makian dan kebencian yang ia pendam pada setiap orang-orang, serta pada takdir sial yang menimpanya.

Casius melihat dan mendengar semua itu, hingga akhirnya sang gadis diam tak bergerak. Seolah kehilangan kendali atas tubuhnya, Casius membeku. Ketika Casius sadar, api sudah padam. Tak ada abu, gadis itu benar-benar terbakar habis. Yang tersisa hanyalah jejak hitam di permukaan tanah yang menjadi saksi atas kematiannya.

Patss-

Pemandangan berubah lagi. Sekarang Casius berdiri di sekitar perumahan warga. Namun lagi-lagi ia melihat kejadian yang sama. Kali ini adalah anak laki-laki.

Seolah telah mengetahui apa yang akan terjadi, Casius langsung berlari menghampiri anak itu. Namun ketika tangannya akan menyentuh tubuh anak di depannya-

Wuuuss.

Tangannya menembus anak itu. Casius terbelalak. Pada akhirnya, dirinya tidak bisa mencegah kematian mengenaskan yang dialami anak itu.

Putra Bajingan Duke Adalah PsikologWhere stories live. Discover now