103... Mafia

747 49 0
                                    

Beberapa orang memasuki rumah Jeremy menggeledah dari ruangan yang paling dasar. Jeremy hanya duduk bersama kepala jaksa sedang Armand yang membantu mereka menunjukan setiap ruang.

"Tuan Jeremy saya meminta maaf, ini benar-benar diluar kendali saya." ucap kepala jaksa.

"Anda sudah bekerja dengan baik,"

Kepala jaksa memajukan wajahnya agar obrolan mereka tidak terdengar orang lain. "Tapi tuan, dana yang anda berikan pada saya sangat besar dan saya tidak bisa menjaga anda."

"Biarkan mereka melakukan tugasnya, kebenaran harus ditegakkan."

"I--iya, tapi kalau mereka menemukan sesuatu yang mencurigakan?"

Hanya senyum tipis yang mewakili, Jeremy bukan orang bodoh yang tidak tahu hal seperti ini akan terjadi. Sudah puluhan tahun Jeremy menjadi seorang mafia tentu sepak terjang dalam dunia seperti ini sudah sering ia lakukan. Sehingga sebelum bertindak sudah memikirkan resiko.

Sehingga Jeremy langsung mengamankan semua hasil penyeludupan kesuatu tempat, Jeremy tidak pernah menyimpan uang gelap itu didalam rumahnya. Tidak juga mendepositkan ke bank. Ada tempat khusus untuk menyimpan itu semua dan tidak ada orang yang tahu selain dirinya dan Armand.

Untuk itu saat jaksa datang membawa surat penggeledahan, Jeremy tetap tenang dan tidak menunjukan ketakutan. Lagi pula Jeremy tidak melakukan pekerjaan gelap ini sendirian ada banyak pejabat, aparat kepolisian dan penegak hukum yang menikmatinya. Sehingga namanya selalu bersih dalam kejahatan apa pun.

Hari ini mungkin menjadi hari sialnya anggap saja orang terdekat sedang menjadi musuh dalam selimut.

Hampir satu jam mereka menggeledah rumah tetapi tidak menemukan apa pun. Bahkan semua rekening bank sudah mereka selidiki lagi-lagi mereka tidak menemukan bukti.

"Pak, kami sudah menggeledah semuanya tapi tidak menemukan apa-apa." ucap salah satu jaksa pada atasannya.

"Benar pak, saya juga sudah mengecek semua aset yang dimiliki tuan Jeremy semuanya aman, yang bersangkutan juga rutin membayar pajak."

"Baik, laporan kalian saya terima."

Kepala jaksa lalu berdiri menyalami Jeremy, "Tuan Jeremy maaf telah menganggu waktu anda. Dan terima kasih sudah kooperatif dalam penyelidikan ini."

Jeremy ikut berdiri, "Tidak masalah, tapi saya ingin bertanya atas dasar apa surat itu dibuat."

"Seseorang memberikan bukti keterlibatan anda saat barang penyelundupan baru tiba di pelabuhan. Lalu beberapa bukti keberadaan anda di pulau terpencil itu."

"Tidak apa, saya siap dipanggil dan memberikan kesaksian jika itu perlu."

"Baik, Sekali lagi terima kasih."

"Hmm."

Mereka langsung pergi, tersisa kepala jaksa yang masih disana dengan alasan menumpang buang air kecil. Saat ini Jeremy dan jaksa berbicara di toilet.

"Siapa yang memberikan semua bukti itu?" tanya Jeremy hati-hati.

Kepala jaksa memberikan ponsel yang menampilkan email entah dari siapa pengirimnya. Tetapi dari pesan tersebut  sepertinya pengirim yang sama yang semalam mengirim pesan anonim.

"Hmm bagaimana kabar anak mu yang bersekolah di Jerman? Bukankah sebentar lagi akan diwisuda?" ucap Jeremy

Kepala jaksa ketakutan, wajahnya berubah dengan tangan gemetar.

"Tu--tuan, tolong jangan libatkan keluarga saya. Saya hanya menjalankan tugas sebab pesan ini tidak hanya dikirim pada kejaksaan tetapi pada para anggota lain."

Cupid Lonestly 2 (END)Where stories live. Discover now