CHAPTER 01 (d)

7.5K 31 0
                                        

Christof kembali meremat jemari tangan Shopia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Christof kembali meremat jemari tangan Shopia. Menyusuri lorong perbelanjaan yang memang ber-merk semua. Sekilas keduanya seperti sepasang sugar baby bersama sugar daddy-nya. Namun, kenyataannya mereka berdua hanya sepasang anak dan ayah.

“Kamu mau apa lagi, Sayang?” tanyanya. Menatap Shopia yang menggeleng tanpa menoleh.

“Bukannya kamu ingin beli tas yang berwarna putih? Kamu sudah lama menginginkannya bukan? Mau beli sekarang, hm?”

Shopia menoleh. Menatap lelah wajah ayah tirinya yang selalu saja memberikan sikap perhatian yang ‘berlebihan’. Terutama untuk hal yang seperti di kamar ganti tadi. Shopia benar-benar tak habis pikir dengan pola pikir Christof.

Sudah pernah melawan dan akan melaporkan perlakuan tak wajar Christof kepada Hannah; Mamanya sendiri. Namun, ancaman balik yang dilontarkan oleh ayah tirinya itu membuar Shopia harus berpikir dua kali jika ingin melaporkannya kepada Hannah.

“Dadd?” panggil Shopia penuh dengan kelelahan. Setelah waktunya seolah dirampas kini giliran ponselnya yang diretas.

“Iya, Sayang. Kenapa?”

“Mau sampai kapan Daddy seperti ini?” tanyanya. Bola mata itu menelisik meminta jawaban. “Hal apa lagi yang Daddy mau dariku?”

Raut wajah Christof berubah dalam sekejap. Pria dewasa itu paham ke mana arah pembicaraan Shopia saat ini.

“Daddy sudah meretas ponselku bukan?” tanya Shopia dengan sorot pandang nanar. Benar-benar lelah mendapatkan perlakuan berlebih dari Papa tirinya.

“Daddy tidak meretas ponsel kamu.”

“Daddy meretas ponselku,” kata Shopia.

“Aku membahas perihal tas putih yang aku mau itu kemarin malam bersama Nancy. Aku juga tidak pernah cerita kepada Daddy jika aku ingin tas berwarna putih sejak lama. Lalu Daddy tahu jika aku menginginkan tas putih itu dari mana jika Daddy tidak meretas ponselku?!”

Meskipun sudah tertangkap basah, akan tetapi Christof tak sedikit pun menunjukkan gelagat serta raut wajah panik. Sebaliknya, pria dewasa itu tampak terlihat sangat tenang.

“Itu Daddy lakukan demi kebaikan kamu juga, Sayang. Daddy tidak ingin kamu kenapa-kenapa. Daddy harus memastikan tidak ada hal buruk yang akan kamu dapatkan.”

“Aku paham jika Daddy tidak ingin aku kenapa-kenapa tapi ini Daddy meretas ponselku sampai tahu isi pesanku bersama Nancy. Daddy sudah mengusik privasi-ku, Dad!” jawab Shopia dengan intonasi nada tinggi. “Daddy sudah kelewatan! Daddy gil—mphh!”

Christof membekap mulut anak tirinya itu secara cepat. Menatap tajam dengan jarak yang sangat dekat.

“Sudah diam jika kamu mau ibumu tidak kenapa-kenapa! Sedikit pun kamu memberontak atau membocorkan sikap dan perlakuan Daddy ke orang lain, siap-siap saja kamu akan kehilangan ibu kamu untuk selamanya!”

Kepala Shopia terhuyung karena Christof memang sedikit mendorong mulutnya. Gadis itu tak menjawab. Memilih untuk menunduk yang satu detik kemudian pergelangan tangannya ditarik kasar oleh Christof untuk cepat-cepat pulang.

 Memilih untuk menunduk yang satu detik kemudian pergelangan tangannya ditarik kasar oleh Christof untuk cepat-cepat pulang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
𝐒𝐓𝐄𝐏𝐃𝐀𝐃 𝐎𝐁𝐒𝐄𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍; 𝙗𝙤𝙤𝙠 𝙫𝙚𝙧𝙨𝙞𝙤𝙣Where stories live. Discover now