˚。⋆31. about your feelings⋆。

Почніть із самого початку
                                    

Cowok itu segera menghentikan aktivitasnya. Ia juga kaget melihat makanan ikan yang mengambang sangat banyak di permukaan karena ikan-ikan di bawahnya sudah kenyang.

"Bang, kenapa?" tanya Ashel.

"Gapapa, kok." Rafael berdiri dan berniat pergi. Namun Ashel dengan cepat mencengkal tangannya. "Ga percaya, Abang ada masalah?"

Rafael kembali duduk, ia menceritakan permasalahannya kepada Ashel persis dengan saat bercerita kepada Shakira tadi. Ashel pun mendengarkan cerita Rafael dengan seksama.

Setelah dirasa cukup, kini giliran Ashel bersuara. Gadis itu duduk di samping Rafael.

"Menurut Abang, Abang beneran cinta sama kak Lunna?"

Rafael mengernyitkan keningnya. "Maksud kamu apa nanya kayak gitu?" 

"Aku tau sebesar apa cinta Abang buat kak Lauren, dia koma gara-gara nolongin aku, Abang juga donorin darah buat Kak Lauren, kan?" Ashel menghela napas. "Bang, aku tau Abang selama ini selalu berusaha move on tapi nggak pernah berhasil."

"Shel ...."

"Se kesepian apa pun Abang, jangan gunakan seseorang untuk melupakan seseorang, jangan gunakan Kak Lunna untuk melupakan Kak Ren."

"Tapi, Abang juga cinta sama Lunna, Shel."

"Bang, kalo Abang gali lebih dalam, Abang pasti tau perasaan Abang ke Kak Lunna itu sebenarnya apa, bukan cinta, tapi yang lain, Ashel tau hati Abang masih buat Kak Ren."

"Tapi, Shel ...."

"Setidaknya renungkan semuanya sebelum terlambat. Abang bisa aja melukai hati Kak Lunna atau Kak Ren, dan bukan tidak mungkin kalau Abang bakal kehilangan keduanya karena Abang egois."

Rafael tak menjawab. Ia hanya menatap mata adiknya. Ashel berdiri. "Selamat merenung," ucapnya sebelum pergi meninggalkan Rafael sendiri lagi.

Rafael semakin dibuat kebingungan dengan kalimat adiknya tadi. Ia mencerna setiap kalimat yang Ashella ucapkan. Ada benarnya. Rafael belum benar-benar bisa melepaskan Lauren dari hatinya, dan sepertinya ia memang salah karena mencoba mencari sosok Lauren dalam diri orang baru.

Tentunya itu tidak akan berhasil. Seseorang yang telah menempati tahta tertinggi di hati, tidak akan bisa digeser oleh siapa pun, meski orang tersebut adalah orang yang dianggap sempurna.

Bohong jika Rafael sudah mengikhlaskan Lauren selama ini. Bohong jika Rafael sudah tidak peduli tentang apa-apa menyangkut mantan pacarnya itu.

Rafael mencintainya, sungguh. Ia benar-benar hanya mencintai Lauren bahkan sampai detik ini. Gadis itu sempurna di mata Rafael. Ia mengingat masa-masa setelah Lauren kecelakaan dan dibawa ke Medan oleh Damian. Setelah pria itu melarang Rafael menghubungi Lauren lagi, ia menjadi seperti orang gila.

Rafael sadar, cintanya masih untuk Lauren.

"Mikha, Rafa kangen ...."

ʚɞ

Malam ini, Ashel bermain dengan kucing peliharaannya di ruang tengah. Mereka kejar-kejaran, lucu sekali. Rafael juga menjaga adiknya sambil makan camilan di sofa. Namun semuanya seketika berubah ketika Indira datang dengan wajah penuh amarah.

Kucing kecil yang mereka panggil Acaa segera berlari menjauh karena takut melihat Dira.

"Mama? Mama oke?" tanya Ashel.

"Diam dulu kamu Ashel." Dira meringis memegang tulang keringnya.

Rafael segera berdiri lalu membopong Dira untuk duduk di sofa. "Mama, ayo Rafa bantu."

Ashel pun inisiatif berlari ke belakang untuk mengambil air hangat dan handuk kecil. Ia memberikan air itu kepada sang Kakak agar segera mengobati Dira.

Dengan telaten, Rafael membersihkan kaki dan Mengompres luka Mamanya.

"Mama kenapa bisa gini? Mama jatuh?"

"Semua ini gara-gara kedekatan kamu sama gadis sialan itu, Rafa!"

"Gadis sialan? Siapa, Ma?"

"Siapa lagi? Memangnya kamu dekat dengan orang lain selain dia?"

"Kak Lunna?" sahut Ashel.

"Lunna? Jangan bilang Lunna yang melakukan ini, Ma?" Rafael hampir menangis.

"Bukan, tapi Ibunya."

Ashel dan Rafael saling pandang. "Ibunya? Kok bisa?" tanya mereka bersamaan.

"Attitude pelakor itu dari dulu tidak berubah ternyata."

"Maksud Mama?" tanya Rafael.

"Kamu tau, kan? Kalau dulu Papamu itu pernah selingkuh dengan wanita yang juga sudah bersuami?"

Rafael mengangguk.

"Mama Lunna."

"APA?" Rafael dan Ashel kompak menutup mulut.

"Mama tidak akan membiarkan hidup mereka tenang, Rafa, Ashel. Mama benci mereka."

Rafael sebisa mungkin mengontrol emosinya agar tidak menangis lagi. "Mama," panggilnya.

"Apa?"

"Jangan bilang, kaki Mama sakit karena kalian bertengkar?"

"Laras yang melakukannya."

"Pasti ada alasannya, kan, Ma?"

Setelah Rafael melayangkan pertanyaan itu, Indira baru menyadari sesuatu bahwa ia sudah terlalu berlebihan menceritakan hal ini kepada kedua anaknya. Hampir saja semuanya terbongkar.

"Kamu tidak perlu tau."

"Ma ...."

Indira mengabaikan Rafael. Ia merutuki kebodohannya sendiri karena nyaris saja Rafael tau. Ia memukul kepalanya karena telah membuat anak itu penasaran dan membuka ruang untuknya mencari apa yang sebenarnya terjadi.

Jeda update sampai lebaran, ya 🙌
Lebaran bentar lagi, kannnn
Abis itu rajin-rajin deh hehe

Btw
Tim Rafaellunna atau Rafaellauren? 🌷🌷

🧚‍♀️See you next part 🧚‍♀️

Rafaelluna's Diary (silent love) Where stories live. Discover now