BAB 11 YUSHE (2)

Mulai dari awal
                                    

Gilbert sebenarnya ingin bertanya apa alasannya, namun urung karena merasa tidak sopan. Sebaliknya, ia mengamati ekpresi Casius yang sayangnya datar-datar saja hingga ia tidak bisa tahu apa yang dipikirkan tuannya itu.

"Saya rasa lebih baik Anda bertanya langsung pada Kapten Xander, Tuan," balas Gilbert.

"Saya mengerti."

"Kalau begitu katakan padanya kalau saya akan membawa 'bayi' serigala ini."

Tanpa menunggu jawaban Gilbert, Casius naik ke keretanya dengan seekor serigala hitam di punggung.

Setelah pintu tertutup, barulah Gilbert menyadari sesuatu yang janggal. "Tuan Muda bilang 'bayi' serigala? Yang sebesar itu?!"

Sementara itu, di dalam kereta kuda...

"Kakak?! Kenapa kau membawa hewan itu ke sini?!" tanya Elfreda setengah ngeri. Bagaimana tidak? Tubuh serigala hitam itu sendiri lebih besar darinya dan ia masih belum melupakan berapa ganasnya serigala ini dari kejadian sebelumnya.

Casius menatap Elfreda sesaat, lalu beralih pada serigala yang ia letakkan di depannya. Tangan Casius bergerak untuk mengangkat kepala serigala dan meletakkannya ke pangguannya.

"Dia bukan hewan," balas Casius membingungkan.

Casius mengusap kepala serigala hitam dengan lembut, lalu menatap Elfreda serius.

"Dia werewolf."

"?!!"

Elfreda membulatkan matanya tak percaya.

Werewolf?! Ras yang terbilang sangat tersembunyi itu?! Tidak mungkin. Kehidupan mereka terlalu tersembunyi untuk di temukan semudah ini. Saking sulitnya ditemukan sampai-sampai banyak orang yang menganggap ras ini sudah punah. Tapi tiba-tiba kakaknya mengklaim seekor serigala acak sebagai werewolf?

"Itu tidak mungkin, kakak. Lagipula, werewolf tidak berwujud serigala seperti ini. Mereka adalah manusia serigala," sangkal Elfreda.

"... Mendekatlah, El," pinta Casius setelah termenung beberapa detik.

Elfreda tentu menuruti Casius dan mendekatkan tubuhnya.

"Ada apa, ka- ?!"

Elfreda tersentak ketika tangan hangat Casius menyentuh matanya, mengusap kedua matanya dengan lembut dan hati-hati. Elfreda merasakan kenyamanan dan memejamkan matanya.

"Buka matamu."

Elfreda membuka matanya sesuai instruksi Casius. Awalnya, gadis kecil itu tidak melihat apapun selain wajah Casius yang duduk di depannya. Tunggu! Tidak ada apapun?!

"Kakak?! Dimana serigala itu?!" Elfreda kelimpungan mencari sosok hitam besar yang harusnya ada di depannya. Gadis kecil itu akan berteriak pada para pengawal di luar untuk mencari serigala hitam, namun tiba-tiba-

Pukk-

"Eh?"

Tangannya menyentuh sesuatu di ruang antara dirinnya dengan Casius. Namun tidak ada apapun disana! Hanya udara kosong!

Elfreda merinding. Saat itu, Casius membuka mulutnya.

"Tidak hilang, dia masih di depanmu."

"Hahh?!"

Casius mengangguk. "Kamu bahkan menyentuh tubuhnya sekarang."

"APA?!" Elfreda reflek menjauhkan tangannya. Mana? Dia masih tidak melihat apapun?

"Kamu tidak bisa melihatnya... Sebagai gantinya, kamu bisa melihat 'ini'." Casius mengarahkan pandangannya ke bawah, Elfreda pun mengikuti.

Setetika matanya membola.

"SIAPA BOCAH INIIII?!"

Seorang anak laki-laki terduduk lemah di lantai dengan kepala di pangkuan Casius. Anak itu memiliki rambut hitam keabu-abuan. Bentuk matanya tajam, hidungnya kecil, dan bibirnya tipis, sayangnya anak itu sangat pucat dan kurus. Lalu, yang paling penting... ada telinga dan ekor serigala di tubuh anak itu!

Casius melambaikan tangannya ke udara. Seketika, pandangan Elfreda kembali. Tidak ada lagi bocah laki-laki imut yang ia lihat tadi, yang ada hanya tubuh bongsor serigala hitam yang nyaris menutupi pandangannya.

"AP- Bagaimana bisa?! Apa yang sebenarnya kakak lakukan tadi?!"

Elfreda menatap Casius dengan tatapan tak percaya. Ia memang terkejut bahwa ia bisa melihat wujud werewolf dengan matanya sendiri tadi, namun lebih mengejutkan lagi bahwa kakaknyalah yang membuat Elfreda bisa melihat wujud itu.

Apa yang sebenarnya dilakukan kakaknya? Kekuatan apa yang dimiliki kakaknya?! Siapa kakaknya sebenarnya?!!!

"... Aku juga tidak tahu."

Itu jawaban jujur. Namun tidak mungkin Elfreda mempercayainya.

***

Sesampainya di mansion, Elfreda dan Casius pun berpisah. Casius membawa serigala hitam dengan bantuan Gilbert –ia bisa membawanya sendiri, namun Gilbert memaksa untuk membantunya. Orang itu pasti jadi lebih berani berinteraksi dengan Casius karena ia tidak membuat keributan lagi akhir-akhir ini.

"Anda yakin, Tuan Muda? Anda ingin saya pergi?" tanya Gilbert seolah tak setuju dengan keputusan Casius. Apalagi ia harus meninggalkan tuannya itu dengan serigala hitam.

"... Ya. Pergilah!" pinta Casius dengan wajah datarnya.

Mata Gilbert meredup sendu. "... Baiklah, Tuan Muda."

Gilbert pergi dengan langkah lesu, membuat Casius menggelengkan kepalanya pelan.

Setelah siluet Gilbert tak terlihat lagi, Casius masuk ke dalam kamarnya yang sederhana. Dan di sudut kamar, serigala hitam menggeram dengan mata yang menatap lurus pada Casius.

"Ah, kamu sudah bangun?"

.

.

TBC

Alurnya lambat ya? Perlukah dipercepat?


Putra Bajingan Duke Adalah PsikologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang