2

160 17 2
                                    

Di asrama para ksatria aku berdiri menghadap cermin.

Rambut biru gelap dengan mata ungu dan wajah yang cukup tampan.

Lalu tubuh dengan otot yang seimbang dan perawakan yang sempurna.

Kamar ini berisi tiga kasur itu artinya seharusnya ada 2 prajurit lagi yang sekamar denganku.

Tapi sepertinya mereka semah sudah tewas dalam perang.

Hu...

Dunia ini benar-benar jauh berbeda dari dunia ku dulu.

Aku tidak boleh ragu.

Ah aku teringat sesuatu , aku akan mencoba menggunakan sihir.

Saat ini aku memiliki mana dan energi kegelapan.

Aku membuka telapak tangan ku dan membayangkan...

Sebuah energi lalu dipadatkan dan ku ubah menjadi api.

—wushhh

Sebuah api kecil muncul di telapak tanganku.

'ini tidak sesulit yang kubayangkan.'

Aku mencoba elemen lain dan itu berhasil.

Bagus.

Aku menyeringai penuh kepuasan.

'sekarang aku harus merencanakan kelangsungan hidup ku di dunia ini.'

Mengambil sebuah buku dan pena lalu aku meletakannya ke meja.

Saat aku akan menulis,karena imstingku yang saat ini jauh di atas manusia biasa, aku bisa merasakan seseorang datang ke arahku.

Tak lama kemudian terdengar sebuah suara pria paruh baya dibalik pintu.

"Permisi."

Aku membuka pintu , seorang pria paruh baya dengan pakaian rapih berada di depanku.

"Selamat malam tuan ailen"

Dia mengucapkan selamat malam dengan hormat padaku. Aku memiliki tebakan di benakku.

"Saya pelayan sang putri .Albert, sang ratu menyuruh anda untuk menemuinya di ruangannya."

"...baiklah"

"Biar saya antar."

Pria itu tersenyum lembut, seperti yang kuduga, sang ratu sepertinya penasaran dengan kekuatanku.

Dan juga pria ini. Dia bukan pelayan biasa, angka diatas kepalanya menunjukan. Level 72

Dia mungkin bisa setara dengan salah satu knight order.

.
.
.

Sekarang aku berada di depan ruangan sang ratu.

Albert berbicara dengan lembut.

"Putri saya membawa tuan ailen."

"Biarkan dia masuk"

Sebuah suara megah  seorang wanita terdengar.

Pintu pun dibuka, sekilas aku kagum dengan interior ruangan ini.

'penuh dengan kemewahan.'

Disamping itu aku melihat bahwa sang putri moniyan , Silvana sedang duduk dengan anggun sambil meminum teh nya, dan bersama tigreal yang berdiri dibelakang nya

Albert keluar lalu menutup pintu.
Kini tinggal kami bertiga di ruangan ini.

Aku berlutut"memberi salam kepada putri"

"Duduklah" silvana berbicara.

Menuruti perkataannya aku duduk di hadapan mereka berdua tigreal memiliki ekspresi dingin di wajahnya da silvana dengan wajah ramah, tapi aku tahu itu bukan wajah aslinya aku bisa melihat angka di kepala mereka.

I am Predator [Mobile legends X Player]Where stories live. Discover now