PTT~Chapter 11

115 9 2
                                    

Hallo, selamat Sore...

Happy Reading...

∞∞∞

Di rumah Atharazka sedang sarapan, tidak biasanya di meja makan itu hening. Biasanya setiap sarapan atau pun makan siang slalu di isi dengan candaan.

“Bund,” panggil Syafa

“kenapa?” tanya Syakira

Lalu Syifa mengisyaratkan yang bermaksud ‘Syifa kemana?’ di jawab oleh Syakira dengan isyarat juga yaitu menggelengkan kepalanya.

Raka hanya pokus dengan makanannya, setelah selesai dia berniat untuk melangkah untuk berangkat ke kantornya.

“Siang ini, keluarga saya akan datang, tolong sambut dengan lapang dada,” pesan Raka dengan menghentikan langkahnya

“Semuanya, Mas?” tanya Syakira dan di jawab anggukan kepala oleh Raka

“Mau ada apa Yah?” tanya Syafa dengan takut-takut

“Mau membahas berita kemarin, tapi Ayah rasa ada yang mengganjal, sekarang pun beritanya sudah tidak ada, sudah ada yang mengklarifikasi juga. Menurut Ayah sudahlah lupakan yang sudah terjadi,” jelas Raka panjang lebar

“jika kamu ingin berangkat bareng dengan Ayah, maka cepatlah! Ayah sudah terlambat ini,” gertak Raka dan melanjutkan langkahnya

“Bentar Ayah...” teriak Syafa

“Bund, dia kemana memangnya?” tanya Syafa sekali lagi

“Ck! Sudah Bunda usir tadi malam!” jawab Syakira dengan santai

“Whatt?!” kaget Syafa

Tin!

Klakson mobil Raka berbunyi, “Ck, padahal masih pagi! Ribet sekali sih!” gerutu Syafa

“Bund aku berangkat dulu, Bye bund,” pamit Syafa

“Bye sayang, hati-hati di jalan yaa,” ujar Syakira

∞∞∞

Bi Asih masih menunggu Syifa membuka matanya, Ashana sudah berangkat bekerja ke Cafe dan Mang Saleh di tugaskan untuk membersihkan rumah.

“Nak, ayo segera bangun, Ibu kangen,” ucap Bi Asih dengan mengelus ujung kepala Syifa

Eungh.....” Suara lenguhan itu membuat bi Asih menatap dengan mata berbinar

“Nak?” panggil Bi Asih

Syifa dengan perlahan membuka matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk.

Aws..... Sshhh,” Syifa meringis menahan rasa perih yang menjalar

“Nak? Hey kenapa?” tanya Bi Asih panik

“I-ibu sa-sakit,” ucap Syifa dengan terbata-bata

“punggung Ayna sa-sakit, Bu,” lanjutnya

“me-mereka jahat Bu, nyi-nyiram punggung Ayna pake air pa-panas,” ucapnya lagi seraya menangis

Hati seorang ibu mana yang tidak sakit ketika mendengar cerita anaknya yang sangat menyakitkan itu. Meski Syifa hanya seorang majikan, tapi oleh Bi Asih dan Mang Saleh Syifa sudah di anggap sebagai anak mereka.

Syifa juga memerintahkan mereka untuk menganggap dirinya adalah anaknya, sebab itu Syifa memanggil mereka berdua dengan sebutan ‘Ibu dan Bapa'.

Bi Asih juga ikut menitikkan air matanya ketika mendengar cerita Syifa.

Pesantren Tempat TernyamankuWhere stories live. Discover now