We All Have Secret

2.2K 113 5
                                    

"Gimana kabar kakak lo, Lea?" Alex menoleh, memperhatikan ekspresi Lea yang bertopang dagu dengan tatapan kosong kearah jendela. ia tahu ada yang mengganggu pikiran sahabat mungilnya itu.

'sahabat' rasanya terlalu ganjal baginya saat ini.

"Lea, Halooo.." Lea kaget tubuhnya diguncang pelan. Ia menatap Alex yang tersenyum dengan ekspresi khawatir. "Kenapa, mungil? Lo sakit, yah?" tanpa peringatan tangan hangat itu memegang dahinya, membuat Lea tertawa untuk menutupi perasaan malu. "Gak kok. By the way, tadi nanya apaan?"

"Frans gimana kabarnya, sehat?"

"Lebih dari sehat."

"Kalo lo?" Ia menghela napas. 'jangan ditanya.' "seperti yang lo liat saat ini, Alex. Gue sangat sehat."

Mobil terparkir sempurna di area parkir apartemen mereka, Alex memutar tubuh untuk menatap Lea dalam, dan membuatnya ingin seperti siput yang bisa menyembunyikan diri dalam cangkang bila ada bahaya. "Lo pembohong paling buruk yang pernah gue kenal, mungil." "Apa yang harus gue bohongin dari lo, Alex?"

"Lo nyembunyiin semuanya dari gue, Lea. Kenapa?"

"Gak ada yang gue sembunyiin dari lo, Alex." Tatapan Alex semakin menyipit curiga, membuatnya gelisah dan memainkan jari - jari tangan tanda gugup. "Gue ketemu Madam Bertha kemaren, Show lo sebenarnya Cuma seminggu aja, kenapa jadi sebulan? Dan beliau juga bilang lo ingin nambah jadwal konser lagi untuk beberapa bulan kedepan, khususnya pernikahan gue..." Alex menelan ludah ketika menyebut itu, dan wajah Lea semakin menunduk dalam. " dan harus full. Lo gak cerita soal ini ama gue, Lea. Kenapa? Lo melarikan diri dari siapa?"

Skakmat! Dia lupa untuk ce'esan dengan pelatih balet cantik dan seksi itu agar tak mengucapkan sepatah katapun kalau Alex menginterogasinya. Entah pesona apa yang digunakan hingga beliau sangat lancar membeberkan rahasia hidup matinya itu. "Gue capek, Alex. Bisa bahas lain kali?"

Lea turun dari mobil dan tersentak ketika Alex membanting pintu sangat keras. "Alex? Ap...?" Ucapannya terputus ketika cowok itu berdiri tepat dihadapannya dengan amarah tak ditahan - tahan lagi. "please, Lea! Lo jangan bersembunyi dari gue sekali lagi! Gue gak suka!"

"Gue capek, Alex. 20 jam di atas langit dengan ruangan terbatas yang sangat gue benci, dan lo bukannya nenangin sisa hari gue malah ngajak ribut! Gue gak sembunyi, hanya saja..." ia merasa deru napas Alex yang semakin pendek, tatapan lembut itu sangat memaksa dan terlihat menyakitkan. "apa, Lea?"

Feelingnya mengatakan, jujur dengan Tuhan jauh lebih baik daripada dengan Alex saat ini. "Nothing." Ia berbalik, namun tangannya ditahan Alex. Spontan ia menutup mata. "Gue ingin seperti dulu, Lea. Tak ada rahasia, cerita tentang apapun yang terjadi dalam hidup lo, gue pun begitu. Ini serasa bukan kita lagi."

Ia menghela napas. Alex baru saja lupa status baru yang disandang sekarang. Yang membuatnya menangis setiap malam kalau mengingat itu. "We all have secret now, Alex. Semua berubah. Kita tetap sahabatan seperti, dulu, hanya perlu sedikit penyesuaian. Terkadang, sedikit rahasia bikin gue stabil, Alex."

"Tidak ada yang perlu disesuaikan, Lea." 'ada. Yaitu gue yang harus terlihat bahagia setiap kalian bermesraan tepat di ujung hidung.' Ia mendesah dan mengangkat bahu. "Lo gak tau, Alex."

"Gue gak akan pernah tau kalau lo gak cerita, mungil." Tatapan Alex sangat lembut ketika memanggilnya, dan ia menunduk. "tapi sayangnya, gue lebih suka bikin lo penasaran. By the way, Gue capek, Alex. Ingin istirahat, boleh 'kan?"

Alex menghela napas. "Silahkan." Dia menyerah ketika melihat ekspresi Lea yang sangat kelelahan. Dengan senyum ia mengambil koper ditangan Lea dan menyeretnya, sedangkan tangan kiri merangkul pundak sahabatnya yang kini menunduk malu sambil berjalan menuju lift di ujung parkir sana.

All About Love (Cinta Rahasia)Where stories live. Discover now