Part 1

10 1 1
                                    

Aleah Distya Zharifa Pramoedya merupakan anak dari pengusaha kaya raya yang tinggal dan dibesarkan di Jakarta. Sejak memasuki bangku kuliah, ia mulai terbiasa hidup mandiri dimana pada saat itu orang tuanya memutuskan menetap di Singapore karena urusan pekerjaan. Sejak kecil kehidupannya sangat diatur dengan baik oleh orangtuanya, terutama Papanya. Meskipun demikian, gadis yang kerap disapa Leah itu tetap jadi anak berbakti yang selalu menerima dengan lapang dada apapun yang orangtuanya putuskan.

Mengambil jurusan bisnis di Binus University bukanlah keinginan pribadi Leah, melainkan keinginan Papanya sendiri. Awalnya Leah sempat kesulitan untuk belajar bisnis, namun lambat laun ia mulai terbiasa dan memahami keinginan Papanya untuk memintanya belajar bisnis. Dia tahu Papanya ingin yang terbaik untuk masa depannya nanti. Selama Leah patuh terhadap apa yang diinginkan oleh orang tuanya, orang tuanya juga berusaha menerima apapun yang Leah gemari, termasuk mengizinkan Leah menekuni hobinya bermain bulutangkis.

Sejak kecil, Leah sangat menyukai olahraga yang satu ini. Hal itu bermula ketika ia sering menemani Papanya bermain bulutangkis bersama teman-teman kantor Papanya. Siapa sangka olahraga yang awalnya hanya sekedar hobi belaka itu jadi sebuah pekerjaan menyenangkan yang dilakukan oleh Leah. Hingga kini, Leah sudah mengumpulkan puluhan medali dan trofi itu bersama Ajisaka Wong, alias Aji.

'Papa dukung kamu jadi atlet, asal kamu tetap memprioritaskan kuliah. Ingat, Papa bisa mencabut lisensi Papa di PBSI kalau nilai kuliah kamu dibawah IPK 2,0. Papa juga bisa menarik lisensi Papa dari sponsor-sponsor kamu dan Aji yang selama ini membiayai keberangkatan kalian keluar negeri. Apa kamu mengerti?

"Smash!!!! Woi, Leah!!!" teriak Aji.

Bukannya membalas serangan, Leah malah uring-uringan bermain. Hal itu membuat Aji kesal. Biasanya Leah selalu bersemangat bermain bulutangkis, namun hari ini Leah terlihat agak berbeda. Mukanya kusut seperti pakaian tidak bersetrika.

"Masalah mobil?" tebak seseorang tiba-tiba. Itu adalah suara Prisillia, alias Prisil. Lalu dibelakangnya diikuti Moreina Ismail yang kerap dipanggil Rein.

Leah memiliki teman yang cukup banyak di kampus, namun yang paling dekat hanyalah Aji, Prisil, dan Rein. Dengan Prisil dan Rein, Leah sudah berteman sejak menempuh pendidikan di sekolah menengah pertama. Sedangkan Aji sudah berteman sejak orok alias di dalam kandungan.

Prisil dan Rein memang tidak tertarik bermain bulutangkis seperti Leah dan Aji, namun mereka sering ikut bergabung ditempat latihan hanya untuk sekedar memberi semangat ketika Leah dan Aji berlatih.

Aji menyeret Leah duduk dibangku. Dia juga menyodorkan minuman kaleng ke hadapan Leah. "Lo juga sih..Ngapain lo ngorbanin raket gue?"

"Senior gila! Gue udah minta maaf, Ji. Gue juga bersedia bayar kerugian mobilnya yang lecet itu!" cecar Leah dengan kesal.

"Bye bye deh sama mobil baru lo itu!" komentar Rein.

Leah memijat kepalanya yang pusing. Semenjak kejadian tempo hari, ia tidak bisa lagi menggunakan mobilnya karena mobilnya telah disita secara paksa oleh si kejam Marvin.

"Saran gue, mending lo lapor polisi aja!" kata Prisil. Aji dan Rein juga sependapat dengan ide Prisil yang ingin melaporkan Marvin ke polisi.

"Selain menyita mobil lo, Marvin juga berlaku kasar kan sama lo? Lo bisa tuntut dia dengan pasal kekerasan dan pengeroyokan!" saran Aji tanpa ragu.

Leah menggeleng. "Nggak bisa! Yang ada malah gue yang mendekam di penjara. Awal mulanya kan ini semua salah gue. Gue yang udah mukul-mukul mobil dia sampai lecet parah. Lagian kalau gue lapor polisi, nasib gue bisa tamat! Gue bisa dibunuh sama Papa gue!"

SHININ'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang