Prolog

18 2 0
                                    

"Oh shitt...!"  Aji berhenti sejenak seraya menggaruk kepalanya kesal.

Leah menatap heran ke arah Aji. "Kenapa? Ada yang ketinggalan?" tanyanya.

"Iya nih! Handuk gue! Lo pegangin raket gue bentar, ya?" Aji menyerahkan raketnya pada Leah.

"Tapi..."

"Gue balik ke dalam dulu!"

Aji bergegas pergi. Leah menggelengkan kepalanya tanda tak habis pikir melihat tingkah ceroboh temannya. Leah melanjutkan langkahnya menuju basement. Dia tersenyum sumringah ketika mendapati mobil BMW keluaran terbaru berwarna putih kesayangannya. Mobil itu baru seminggu yang lalu dia dapatkan dari Papanya. Awalnya Leah sempat menolak hadiah pemberian Papanya karena mobil itu adalah mobil mahal.

Bagi Leah, tak semua orang bisa memilikinya, bahkan perlu waktu lama bagi Leah untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah hasil keringatnya bermain badminton bersama Aji jika hendak membeli mobil brand kelas dunia. Itupun jika mereka berhasil juara atau runner up.

Tak berselang lama, Leah menyadari ponsel dari kantong celananya bergetar. Dia menurunkan tas raket yang sedari tadi ia tenteng dibahu. Leah mengerutkan keningnya ketika notifikasi line begitu banyak masuk diponselnya. Dia pun membuka chat itu satu persatu.

'Lo harus liat ini, Lea! Calon tunangan lo itu lagi jalan sama cewek kedokteran!'

'Cowok macam apa si Ken itu! Mending lo batalin aja perjodohan lo sama dia!'

'Lo mau nunggu dia berubah sampai kiamat pun enggak bakal kejadian, Leah!'

'Gimana tanggapan lo, Leah?'

'Udah deh.. Yang mau sama lo banyak! Mending lepasin aja buaya darat macam Ken - Ken itu!'

Leah geram saat mengetahui foto calon tunangannya sedang melanglang buana di chat group bersama teman-temannya. Dan yang paling mengejutkan adalah di foto itu terpampang nyata foto Ken yang sedang bersama wanita disebuah diskotik kenamaan Jakarta.

"Maunya apa coba?!! Dia berulah lagi!" umpat Leah sebal.

Leah tanpa sengaja memukul bagian depan mobil yang tepat berada disamping mobilnya dengan raket milik Aji. Tak cuma sekali, tapi berkali-kali hingga membuat bagian depan mobil itu lecet parah. Tak lama kemudian, Leah pun menyadari aksinya itu. Dia tak menyangka bahwa ulah tangannya yang nakal itu sudah merusak mobil orang lain. Parahnya lagi, mobil itu adalah mobil Porsche yang mahalnya tak terkira. Astaga Leah! Kenapa lo bisa segila ini? Kali ini kamu pasti mati di tangan pemiliknya!

"APA YANG LO LAKUIN SAMA MOBIL GUE, HUH?!!"

Leah menatap kedatangan seseorang dari arah berlawanan. Ya, dia kenal manusia itu. Siapa lagi kalau bukan Marvin. Seorang senior di kampus dari jurusan Ekonomi. Marvin menatap mobilnya seraya menyeringai sengit. Percayalah, ini pertama kalinya Leah melihat Marvin semarah itu. Salahkan saja dirinya yang tak bisa menjaga tangannya.

Ini semua gara-gara Ken! Gara-gara dia, gue jadi kebablasan seperti ini!

"Sorry.." Leah hanya bisa menyebut kata itu dari mulutnya. Betapa ia sangat merasa bersalah dan juga... takut.

"Brengsek! Lo pikir mobil gue ini mobil murah? Mobil gampangan sampai lo dengan mudahnya mengatakan kata maaf?!!" Marvin naik pitam melihat kondisi mobilnya yang lecet. Dia juga menatap Leah dengan tatapan horornya. Jelas dia marah, siapa yang tidak marah jika mobil kesayangannya diperlakukan kurang ajar seperti ini!

"Gue tau ini mobil mahal, tapi gue sungguh enggak sengaja. Begini aja, nanti gue bantu lo bawa mobil lo ini ke tempat service mobil yang biasa gue datengin. Gimana? Lo gak usah khawatir masalah biaya. Gue akan ganti rugi semuanya."

Marvin mengepal kedua tangannya dengan amarah yang tak terkendali. Dia bersiap hendak memberi pukulan tepat di wajah Leah, tapi Leah berhasil menghindar. Demi Tuhan baru kali ini ada seseorang yang mau menampar wajahnya dan laki-laki pula.

"Lo pikir dengan kata maaf dan uang bisa mengganti rugi semuanya, huh??!! Dasar kurang ajar! Punya tangan itu dijaga!!" Emosi Marvin sulit dibendung.

Leah mengatup kedua tangannya didepan Marvin seraya memohon dan mengucapkan kata maaf berkali-kali. Apa si Marvin - Marvin ini tidak tahu siapa gue sebenarnya? Si Aji kemana lagi. Dari tadi gak balik-balik!

"Terus lo mau apa?" tanya Leah.

"Mana mobil lo?!!" tanya Marvin dengan nada mengancam.

"Ke..kenapa?"

"Mana mobil lo??!!" bentak Marvin.

Leah menunjuk ke arah mobilnya yang terparkir rapi di samping mobil Marvin. Kenapa perasaan gue nggak enak? Dia mau apain mobil baru gue?

"Kunci!!"

"Lo mau apain mobil gue? Gue udah bilang nanti gue akan ganti semua kerusakan mobil lo itu. Lo sebut aja berapa nominalnya. Gue bakal transfer sekarang!"

Marvin mendekati Leah dan mencengkeram kedua bahunya kuat-kuat. Leah yang merasa bahwa Marvin sudah keterlaluan kepadanya mulai memberikan sedikit perlawanan. Dia berusaha mendorong tubuh Marvin menjauh darinya.

"Lo tenang dulu, please??" pinta Leah. "Gue udah minta maaf. Gue juga bersedia ganti rugi semuanya. Lo nggak perlu emosi seperti ini. Lo senior, kan? Setidaknya lo punya hati nurani. Gue ini perempuan kalau lo lupa! Asal lo tahu, nggak semua kesalahan dibalas dengan emosi apalagi dengan kekerasan!" jelas Leah panjang lebar.

Marvin menyeringai. Dia mengambil tas raket Leah yang tergeletak bebas dilantai. Dia membuka tas itu dan mengeluarkan semua raket milik Leah dan memukulkannya ke lantai basement sampai raket itu rusak dan patah.

"Raket gue...!" lirih Leah. Matanya hampir berkaca-kaca melihat benda kesayangannya dirusak didepan matanya. Dia mendekati Marvin dan bersiap memukul tulang keringnya dengan kakinya yang jenjang itu. Sayangnya Marvin berhasil menghindar.

"Enggak semua kesalahan itu dibayar dengan emosi apalagi kekerasan!" teriak Marvin. Dia sengaja menggunakan kalimat yang dilontarkan Leah untuk membalas perempuan didepannya itu.

Leah terdiam beberapa saat. Dia berusaha meredam amarahnya.

"Sekarang lo tahu, kan? Gimana rasanya benda berharga yang lo punya dirusak didepan mata kepala lo sendiri?!" bentak Marvin seperti orang kesetanan.

Marvin mendorong tubuh Leah hingga tubuhnya membentur tembok. Dia mengunci pergerakan Leah. Dia mau apa sih? Kenapa gue jadi takut dia berbuat macam-macam? Aji..! Lo dimana sih?! Aji, tolongin gue... Gue nggak mau mati sekarang!

"Lo mau apa?" tanya Leah sambil berusaha melepaskan diri dari jeratan Marvin.

"Diam! Kalau lo nggak diam, mulut lo ini......." Marvin menatap bibir Leah sejenak. Sial! Kenapa bibirnya merah merona seperti ini? Lipstik apa yang dia gunakan? Baunya seperti stroberi. Ahh! Brengsek!! Marvin, fokus!!

"Apa? Lo mau pukul gue, huh?!?"

Marvin menghantam tangannya ke tembok tepat disamping kepala Leah. Leah menutup rapat matanya ketakutan. Tubuhnya bergetar dan kakinya mendadak lemas. Dia tidak pernah menyangka ada laki-laki seperti Marvin di dunia ini. Selain memiliki tempramen yang buruk, dia juga suka kekerasan.

"Lo nggak tahu betapa berartinya mobil itu bagi gue!" Marvin meraih tangan Leah dan mencengkeramnya kuat. "Punya tangan itu dijaga!"

"....."

"Lo harus membayar semuanya! Gue gak akan membiarkan lo hidup tenang setelah ini!"

"Gu... Gue harus membayar lo dengan apa? Terus berapa banyak uang yang lo mau dari gue?" cicit Leah ketakutan.

Marvin menyeringai buas. Dan entah kenapa tatapan buasnya itu membuat dunia seorang Aleah Distya Zharifa Pramoedya menjadi gelap.

Aji...! Lo dimana? Tolongin gue!!

SHININ'Where stories live. Discover now