Penampilan pertama

0 0 0
                                    

Hari itu, Elisa bangun dengan semangat yang luar biasa. Sejak dini hari, pikirannya sudah terpenuhi dengan antisipasi akan turnamen gaming yang akan datang. Namun, sebelum dia menyelinap ke dunia maya gaming, tugasnya sebagai penulis memanggilnya.

Dengan langkah ringan, Elisa menuju ke meja kerjanya yang dikelilingi oleh tumpukan buku dan secangkir kopi hangat. Dia duduk di depan laptopnya, membiarkan jemarinya menari di atas keyboard dengan keahlian yang sudah terlatih. Meskipun fokusnya terbagi antara dua dunia yang berbeda, dia mampu menemukan keseimbangan yang sempurna.

Waktu berlalu begitu cepat, dan sebelum dia menyadarinya, bab terakhir dari novel terbarunya telah selesai ditulis. Elisa merasa bangga dengan karya terbarunya, tetapi ada kegelisahan yang mengganggunya. Bagaimana dia bisa menjaga kualitas karyanya sebagai penulis sementara juga mempertahankan performa terbaiknya sebagai pemimpin tim gaming Clarity?

Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai penulis, Elisa berganti kostum dan beralih ke peran lainnya sebagai pemimpin tim. Dia mengenakan seragam Clarity-nya dengan bangga, merasakan adrenalin mulai mengalir begitu dia menyentuh mouse dan keyboard gaming-nya. Layar komputernya menyala dengan warna-warna yang mencolok, menampilkan grafik dan angka-angka yang tak pernah terlihat lebih menjanjikan.
Ruangannya dipenuhi dengan perangkat gaming canggih dan poster-turnamen yang menampilkan prestasi timnya. Dengan serius, dia menatap layar besar di depannya, meninjau strategi dan taktik yang telah mereka susun untuk turnamen mendatang. Meskipun keberhasilan mereka sebelumnya, Elisa tidak pernah meremehkan persiapan. Baginya, setiap turnamen adalah kesempatan baru untuk membuktikan kekuatan dan kehebatan timnya.

Sementara itu, di dunia sastra, Elisa sedang sibuk menyelesaikan bab terakhir dari novel terbarunya. Kata-kata mengalir dari jari-jarinya dengan lancar, menciptakan dunia yang menawan dan karakter yang kompleks. Meskipun konsentrasi terbagi di antara dua dunia yang berbeda, Elisa mampu menemukan keseimbangan yang memadai untuk menghormati keduanya.

Saat matahari mulai terbenam di ufuk barat, tim Clarity berkumpul di ruang komunikasi virtual mereka untuk sesi latihan terakhir sebelum turnamen. Elisa memimpin diskusi dengan tegas dan penuh semangat, memastikan bahwa setiap anggota tim memahami peran dan tanggung jawab mereka.

"Kita harus fokus pada komunikasi dan koordinasi," kata Elisa, suaranya terdengar tenoang tapi tegas. "Kita tahu bahwa lawan kita akan datang dengan segala persiapan yang mereka punya, jadi kita harus siap untuk memberikan yang terbaik dari yang kita miliki."

Anggota tim yang lain mengangguk setuju, ekspresi serius terpampang di wajah mereka. Mereka tahu bahwa Elisa tidak pernah mengambil remeh lawan, dan mereka siap untuk mengikuti jejaknya.

Setelah latihan selesai, Elisa menyimpan peralatan gamingnya dan kembali ke meja kerjanya untuk melanjutkan menulis. Namun, sebelum dia bisa memulai, teleponnya berdering. Dia mengambilnya dengan cepat, mengharapkan itu dari Ben atau salah satu anggota timnya.

"Halo?" Elisa berkata.

"Elisa, ini Sarah," suara seorang wanita terdengar dari ujung telepon. "Apa kabar?". 🤫🙃🙃🙃🙃fxh

Elisa tersenyum. Sarah adalah sahabatnya sejak sekolah menengah, dan meskipun mereka berada di dunia yang berbeda, mereka tetap dekat.

"Aku baik, Sarah. Bagaimana denganmu?" Elisa bertanya sambil mengambil secangkir kopi dari meja.

"Aku juga baik. Mendengar kabar terbaru tentang novelmu yang akan segera terbit!" Sarah berkata dengan antusias. "Aku sangat bangga padamu, Elisa. Kamu selalu bisa menemukan waktu untuk mengejar kedua impianmu."

Elisa tersenyum, terharu oleh dukungan dari sahabatnya. Meskipun kadang-kadang terasa sulit menjaga keseimbangan antara dua dunia yang begitu berbeda, dia tahu bahwa dia tidak akan bisa melakukannya tanpa dukungan dari orang-orang terdekatnya.

"Terima kasih, Sarah. Kamu selalu menjadi penyemangatku," kata Elisa dengan suara hangat.

Percakapan mereka berlanjut selama beberapa menit lagi, sebelum mereka akhirnya mengakhiri panggilan dengan janji untuk bertemu segera.

Setelah menutup telepon, Elisa kembali ke layarnya. Dengan perasaan hangat di hatinya, dia mulai mengetikkan kata-kata pertama dari bab terakhir novelnya. Meskipun dunia sekitarnya sibuk dan berisik, dia merasa tenang di dalam dunianya sendiri, di antara kata-kata yang membentuk cerita yang luar biasa. Tapi, di lubuk hatinya, ada kekhawatiran yang tidak bisa dia lepaskan. Bagaimana dia akan berhasil menjaga keseimbangan antara dua dunia yang begitu berbeda ini? Apakah dia mampu mempertahankan performa terbaiknya di kedua bidang tersebut? Dengan tekad yang kuat, Elisa memutuskan bahwa dia harus mencoba, tidak peduli seberapa sulit tantangan yang akan dihadapinya. Bagi Elisa, impian itu layak untuk diperjuangkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dua sisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang