"Mau pergi ke mana?" Tanya lelaki itu.

Serenity menatap pegangan tangan Juan sejenak sebelum melepaskan diri. Tidak ingin ada orang yang salah paham jika melihat mereka berdua berpegangan tangan seperti ini. "Saya harus mencari Pelayan dan Pengawal Pribadi saya. Mereka berdua pasti tengah mencemaskan saya."

"Sebaiknya aku antar kau kembali ke Istana. Aku akan meminta Lucas mencari mereka berdua nanti."

"Tapi...."

Juan sudah naik kembali ke atas kudanya membuat Serenity tidak bisa menolak lagi. Apalagi, dia masih trauma dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Akhirnya, Serenity pun memilih menerima uluran tangan Juan lagi dan duduk di atas kuda jantan pria itu lagi.

"Apakah perasaan mu sudah jauh lebih baik?" Tanya Juan. Serenity mengangguk. Perasaannya memang sudah jauh lebih baik namun kini berganti menjadi rasa cemas dan khawatir. Serenity bahkan harus menutupi wajahnya sendiri saat melewati pasar raya yang ramai dan penuh akan orang-orang.

"Saya hanya ingin menghindari skandal," kata Serenity tiba-tiba. Mungkin, karena Juan pasti merasa aneh dengan gelagatnya saat ini. Padahal Juan saja tidak terlalu memperhatikan wanita itu. Meskipun duduk di hadapannya, bahkan di atas kuda yang sama, nyatanya pikiran Juan tetap saja terisi oleh Helena. Juan baru ingat dia belum sempat mampir membeli bunga.

"Apa kau keberatan kalau kira mampir dulu membeli bunga?"

Diamnya Serenity dianggap tidak keberatan oleh Juan. Oleh karena itulah, Juan memutuskan untuk mampir sekalipun Serenity enggan turun dari atas kuda itu.

***


"Terima Kasih, Duke. Saya masuk dulu." Serenity langsung berlari, sambil menenteng rok gaunnya yang panjang itu. Juan hanya menaikkan satu alisnya menatapi punggung Serenity yang sudah masuk ke dalam gerbang.

Mengirup aroma bucket bunga yang ia beli untuk Helena, Juan kemudian kembali melajukan kudanya pergi meninggalkan area yang tidak jauh dari gerbang Istana Kekaisaran itu. Juan memang hanya mengantar Serenity sebatas tempat itu. Selain tidak ingin membuat kehebohan karena keberadaannya yang mengantar seorang Putri Mahkota dari acara kaburnya, itu juga karena permintaan Serenity sendiri.

"Yang Mulia!" Suara ringkikan kuda berikut dengan di susul suara Lucas membuat Juan menoleh kearah asal suara itu. Juan pun melambatkan laju kudanya agar supaya kuda yang Lucas tunggangi bisa sejajar dengan kuda miliknya.

"Wajahmu."

"Ck. Baru kali ini saya mendapatkan pukulan dari orang-orang mabuk seperti itu. Untungnya cuma satu."

Juan mengangguk saja mendengar curahan hati itu.

"Wah, Anda telah membeli bunga rupanya," kata Lucas saat melihat bucket bunga di tangan sang Duke. Juan pun memamerkan bunga itu.

"Tapi, itu pilihan Anda sendiri kan?" Tanya Lucas dengan tatapan menyipit. Bukannya bermaksud curiga, masalahnya Juan itu laki-laki yang jangankan membeli bunga, mampir ke tokonya saja sudah termasuk kemajuan yang luar biasa.

"Bukan." Tuhkan!

"Jangan bilang, Lady Serenity yang memilihkannya untuk Anda."

"Penjual yang merekomendasikan bunga ini. Aku hanya bilang ingin sebuah bunga untuk istriku yang tercantik," kata Juan cepat. Tidak ingin menimbulkan kesalahpahaman pada diri Lucas.

Terbukti, Lucas terlihat lega usai mendapatkan penjelasan barusan itu.

"Syukurlah." Lucas pun mengangguk-angguk. "Saya masih tidak menyangka kalau wanita yang kita tolong tadi ternyata adalah Lady Serenity—ugh... Maksud saya Putri Mahkota Serenity."

"Tadi saya sudah bertemu dengan pelayan wanita dan pengawal pribadinya di jalan."

"Hm." Juan menanggapi hal itu hanya dengan bergumam. Sepanjang jalan, Juan tampak sibuk menciumi aroma bunga yang di bawanya itu.

Siapa sangka, pria yang biasa bertarung di medan perang, bertempur tanpa kenal lelah, berteman dengan luka dan darah kini tengah sibuk membaui aroma bunga seperti itu. Pemandangan yang benar-benar langka dan lucu.

"Ah! Sepertinya saya perlu pergi sebentar untuk menikmati hidup, Duke. Apakah boleh?"

"Hm."

Lucas tersenyum cerah mendengar balasan seperti itu. Kapan lagi dia bisa cuti. Segera, Lucas langsung membelokkan kudanya dan pergi ke arah yang berlawanan dengan Juan.

Melihat punggung Lucas yang semakin jauh, Juan pun mendengus. Kalau dipikir-pikir, kasihan juga Lucas selama ini yang jarang mendapatkan jatah libur.

Bersambung...

*March = Wilayah perbatasan Kekaisaran. Dipimpin oleh Marquess.

I Became a bad DuchessWhere stories live. Discover now