Mata Zayyan berkaca-kaca. Zayyan kangen omelan mamanya setiap kali membangunkan sahur. Rasanya, Zayyan ingin minta maaf sama mamanya karena selalu susah dibangunkan untuk sahur dan bikin mamanya emosi.

Tiba-tiba seseorang merangkulnya dari samping. Zayyan menengok, dan itu adalah Sing. Zayyan pun buru-buru mengusap airmatanya.

"Hei, Sing. Ngapain?"

Sing mengucek matanya yang terasa kering. "Entahlah. Aku terbangun jam segini dan nggak bisa tidur lagi."

Sing melihat bahan makanan diatas meja dapur. Sing berpikir, pasti jam segini adalah waktunya "sarapan" buat orang muslim seperti Zayyan, untuk menambah energi sebelum pagi datang dan memulai puasa.

"Aku bantuin masak, ya?" kata Sing.

"Nggak usah. Kamu balik tidur lagi aja."

"Sudah kubilang, aku nggak bisa tidur lagi, Zayyan. Kamu mau masak apa?"

"Mm... sundubu jjigae?"

"Ide bagus."

Zayyan dan Sing masing-masing mengambil talenan dan pisau. Zayyan memotong sawi putih, sedangkan Sing memotong wortel. Lalu, Zayyan memotong tahu sutra dan dada ayam fillet, sedangkan Sing memotong jamur enoki. Lanjut, Zayyan ngegeprek bawang putih, mencincangnya, lalu memotong daun bawang, sedangkan Sing memotong bawang bombay.

Sing memanaskan pan menggunakan api sedang, memasukkan minyak, lalu menumis bawang bombay hingga layu. Lalu, Sing memasukkan bawang putih, daun bawang, potongan daging ayam, dan memasaknya hingga berubah warna.

"Zayyan, kaldunya mana?"

"Nih," Zayyan menuang air kaldu ikan kedalam masakan. Lalu, mereka berdua memasukkan satu-persatu bumbu lainnya yaitu cabai bubuk, kecap asin, kecap ikan, minyak wijen, saus gochujang, dan garam. Sing mengaduknya hingga rata dan memasaknya hingga mendidih.

Zayyan menata sayuran pada pan lain seperti sawi, jamur enoki, wortel, dan tahu. Lalu, Sing menuangkan kuah dan ayam yang tadi dibuatnya, diatas pan berisi sayuran tersebut. Kemudian, Sing memanaskannya hingga sayuran layu dan matang. Hampir selesai. Tinggal tambahkan dua butir telur (yang bisa dimakan mentah) diatasnya.

Sing menghela napas. "Akhirnya selesai juga."

Nggak lama kemudian, Zayyan dan Sing menikmati nasi dan sundubu jjigae alias sup tahu, di meja makan. Sing hanya mengambil porsi sedikit. Ngapain banyak-banyak, toh dirinya nggak puasa, pikir Sing.

Zayyan tersenyum kearah Sing. Lucu aja, seorang non-muslim seperti Sing malah ikutan sahur.

"Sing, terima kasih sudah membantuku memasak."

"Sama-sama." Sing menengok kearah Zayyan yang masih menikmati makanannya. Lalu, Sing membelai-belai kepala Zayyan dengan lembut.

"Zayyan, aku salut padamu."

"Kenapa?"

"Kau tau, kan. Kegiatan kita sebagai trainee benar-benar menguras tenaga dan melelahkan. Tapi kau kuat menjalani itu semua sambil puasa? Tidak minum lebih dari 12 jam? Kalau lapar, masih bisa ditahan. Tapi menahan haus lebih sulit, bukan?"

Zayyan menikmati makanannya sambil mengangguk. "Kau benar."

"Kau benar-benar pria yang kuat, Zayyan. Aku belum tentu sekuat dirimu, meski badanku gede."

Xodiac Punya CeritaWhere stories live. Discover now