2

0 0 0
                                    

+
Mayer

Umur: 16 tahun.
Tinggi: 170cm.
Ciri-ciri: Mayer berkulit putih, dia juga memiliki freckles disekitaran mata dan hidung. Rambutnya wavy dengan warna jingga kecokelatan yang kontras dengan warna matanya yang biru. Selain itu, dia juga memiliki hidung yang mancung serta mata yang besar.
Lain-lain: makanan yang paling, paling, dan paling disuka adalah keju.

—————

Mayer sedang berdiri didepan cermin kamarnya, menatap dengan teliti pantulan dirinya sendiri di depan cermin itu. Sesekali dia menyisir rambutnya dengan jemari ke belakang, lalu membetulkan dasi atau jas nya. Pagi ini adalah hari pertama nya sekolah, jadi dia agak gugup. Sebisa mungkin di hari pertama nya Mayer ingin memberikan kesan yang rapi, sehingga tidak akan mengganggu siapapun dengan penampilan nya.

Umm.. seragam sekolah disini tidak jauh berbeda dengan seragam sekolah nya di metropolitan dulu. Bedanya, di sekolah saat ini ia diwajibkan memakai stoking, sedangkan di sekolah lamanya tidak. Selebihnya sama, hanya beda warna saja. Kemeja putih, jas biru dongker, vest cream, rok serasi dengan warna jas nya, stoking hitam, dan sepatu. Itu seragam yang ia kenakan untuk sekolah pagi ini.

Lalu... haha. Sejujurnya Mayer sangat deg-degan, jantung nya berdetak cepat sedari tadi. Wajahnya memerah. Entahlah, tapi dia merasa sangat tidak percaya diri untuk masuk sekolah, khusus nya hari pertama seperti pagi ini.

Tetapi Mayer segera menepis rasa tidak percaya diri itu. Dia lanjut bercermin sambil meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja, seperti janji kedua orangtua nya. Setelah sekali lagi membetulkan kemeja dan merasa sedikit lebih baik, dia berbalik, mengambil tas ransel hitam nya, lantas menggendong tas itu di pundak. Dia sudah bersiap, dan sekarang dia melangkahkan kakinya dengan mantap keluar kamar. Rencana nya, pagi ini dia akan diantar oleh Sharen, sang ayah. Mereka akan menaiki mobil menuju kota.

"Ayah, aku sudah siap," ucap Mayer sambil menutup pintu kamarnya, dan kebetulan sekali ayahnya sedang berdiri didepan pintu kamar Mayer. Sang ayah hanya mengangguk sebagai jawaban, sembari mengeluarkan kunci mobil dari saku celana hitam nya.

"Sudah pamit dengan Ibu?"

"Oh, iya! Sebentar, aku akan kedapur," jawab Mayer, yang langsung berlari menuju dapur. Dia menemui Ibunya sedang memotong apel didekat kompor. Karena merasa mendengar suara langkah kaki, Ibunya langsung menoleh, mencari pemilik suara langkah kaki tersebut, dan rupanya utu adalah . Mayer sekarang berdiri disamping Catty sambil cengengesan, menunggu respon ibunya.

"Heh, kamu ini, suka bikin kaget saja. Oh, omong-omong.. kamu mau berangkat sekarang?" Ucap Catty, dia menjeda aktivitas memotong apel nya. Catty berkacak pinggang, mengamati anak gadisnya dari atas sampai bawah.

"Uhm, iya. Aku berangkat ya, bu."

"Yaa, baiklah. Yang baik di sekolah." Pesan Catty, lalu mengusap-usap kepala Mayer dengan lembut, disertai seulas senyum.

"Duh apasih bu, seperti anak kecil saja," Mayer berkata sumringah, lalu segera melangkahkan kakinya menjauh dari dapur itu, sambil melambaikan tangan nya. "Daah, bu!"

"Dadah!" Balas Catty.

Pembicaraan antara anak dan ibu berakhir disitu. Mayer berhenti didekat pintu, lalu berjongkok sambil mendekati rak sepatu. Ia meraih sepatu hitam nya yang mengilat, lalu dengan cepat memasukkan kakinya yang dibalut stoking hitam kedalam sepatu, kemudian dia keluar. Pagi ini, Mayer ditugaskan untuk membuka gerbang kayu, agar mobil nya dapat keluar dari pekarangan rumah. Udara sangat sejuk, embun-embun pagi menempel di dedaunan serta bunga, membentuk titik-titik bak kristal yang menakjubkan. Pemandangan hijau sungguh segar untuk dilihat mata, dengan suara cicitan burung yang damai dalam keheningan.

When Mayer Gets Her New Lifeحيث تعيش القصص. اكتشف الآن