Part 8: UGH!!

78 2 0
                                    

Allison's POV

"Ms. Collins, sudah sampai,"

Gue buka mata dan melihat supir gue natap gue dengan muka takut, maksudnya apa?

Gue langsung turun dan banting pintu, ga peduli sama barang-barang gue karena ada dua budak-- eh bodyguard gue yang nanganin.

Gue masuk ke dalem gedung dan ke meja counter.

"Saya Allison Collins, mana jadwal saya dan kunci kamar?"

Wanita paruh baya yang duduk disitu natap gue lewat kacamata nya.

"Allison Collins, hmm murid jalur uang ya," katanya sambil menaruh map agak besar di mejanya.

"Saya anggap itu pujian," kata gue lalu merampas map tersebut dari mejanya.

Room 3025
3rd Floor

Gue jalan ke arah lift diikuti oleh 2 bodyguard gue. Gue pencet tombol angka 3 dan tunggu sampe bel lift tersebut bunyi.

DING!

Pintu lift terbuka dan gue jalan cepat ngikutin tanda panah yang bertulisan '3020-3030'

Gue akhirnya melihat pintu hitam bertulisan '3025' tanpa ngetuk gue langsung masuk dan melihat 3 cewek yang ga terlihat keren sama sekali.

Pertama ada cewek berambut pirang cerah duduk di kasur tingkat bagian bawah, matanya coklat.

Dia makai kemeja polkadot lengan panjang sama jeans biru. Lalu yang duduk di bagian bawah kasur tingkat yang kedua cewe berambut pendek coklat tua menuju hitam yang menonjol kan mata birunya,

Dia pake muscle tank hitam bertulisan 'ACDC' dipasangkan dengan dengan ripped jeans hitam.

Di atas dia ada cewe rambut coklat terang seperti matanya pakai crop top hitam dilapisi kemeja flannel merah dan shorts.

Mereka semua cantik, cuma bukan tipe temen gue.

"I CANNOT BELIEVE THIS!" gue teriak dengan nada stress. Buat apa daddy ngirim gue ke asrama kampungan kayak gini?

Gue menatap mereka bertiga, dan langsung menuju ke cewek tomboy dan nyuruh dia pindah ke kasur atas.

Gue merapikan barang gue sendiri. Bayangin, SENDIRI!

"Apa dari kalian gaada yang mau bantuin gue?" Ucap gue dengan nada kesal.

Cewek tomboy yang tadi langsung bergerak dan ngebantu gue, tapi tiba-tiba aja gue mendengar suara benda yang pecah.

Shit, patung kesayangan gue pecah. Batin gue.

"WTF?!" Teriak gue. Sontak, gue langsung ngedorong cewek tomboy itu namun tangan gue di tahan sama cewe yang entah gue gatau namanya siapa.

"STOP!" Teriakan itu berasal dari cewek yang duduk di kasur atas.

Si cewek tomboy itu duduk, dan gue pun ikut duduk di kasur gue.

"Hai Allison, gue Abigail, dan itu Lana."
Ucapnya.

Wait, wait. What the fuck?

"HOW DID YOU KNOW MY NAME?" Teriak gue bersamaan dengan cewek yang-kayaknya-namanya Lana.

Si Abigail tersenyum. "I saw this in my vision. Kekuatan kita gaboleh diketahui sama orang lain kecuali kita." Ucap Abigai, "jangan gunain kekuatan lo di sembarang tempat, okay? It's dangerous." lanjutnya.

"Tapi, darimana lo tau kalo gue punya kekuatan?" tanya si cewek tomboy.

"All of us. Kita berempat punya kekuatan, special powers. Perlu gue sebutin?" jawab Abigail.

Abigail menatap gue dan menyilangkan tangannya di depan dada. "Allison, mulai sekarang lo harus manggil dia Audrey. Bukan si cewek tomboy lagi." ucap Abigail yang bikin gue heran.

Dia bisa baca pikiran?

"Let's get started. Audrey, lo punya kekuatan ngendaliin air dan ngendaliin pikiran. Lana, you got your fire power and telecinesist, dan Allison, your power is quiet impressive, storm and lightning and electricity." ucap Abigail yang bikin kita semua terdiam.

Kagetlah gue kira yang punya kekuatan kayak gini gue doang, taunya ada banyak.

"Then, apa kekuatan lo?" Tanya Lana.

"Gue? Simple, gue bisa liat masa depan dan baca pikiran." jawab Abigail, lalu menjentikkan jarinya ke botol air minum yang ada di side table dan sekejap botol itu langsung beku, "and Elsa's power." lanjutnya.

Well, that's cool. Batin gue.

Mereka lanjut ngobrol entah gue gapeduli. Gue pun lanjut beresin barang dan tidur.

----
End of chapter 8

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 19, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Love Lust and StrengthWhere stories live. Discover now