BAB IV : The Thespian

14 1 0
                                    

Seminggu yang lalu Johan sampai di sebuah Desa di sebelah tenggara Negara Glimt

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Seminggu yang lalu Johan sampai di sebuah Desa di sebelah tenggara Negara Glimt. Sebuah desa kecil yang terdapat di sebuah Pulau yang terpisah dari dataran utama. Desa itu bernama Valur.

Pada dasarnya Valur adalah tempat yang indah, sebuah desa yang berada di pulau yang di kelilingi oleh pantai-pantai yang menakjubkan, sementara di sisi lain sebuah gunung tinggi seolah-olah menjadi pelindung dari lautan lepas. Secara garis besar itu adalah tempat yang sempurna untuk tinggal dan menjalani kehidupan.

Namun, Desa itu tak pernah sama lagi semenjak kedatangan organisasi underground New World Order beberapa minggu yang lalu!

Seperti informasi yang di dapatkan Johan saat berada di Negeri Pencakar Langit, Khalifa. New World Order berusaha menguasai Pulau ini. Namun, di pimpin seorang pemuka agama dan para tetua desa mereka menolak untuk menyerah kepada NWO.

Meski demikian Konflik antara Negara Glimt dan Palzen memakan biaya yang besar, meski tidak merasakan dampaknya secara langsung, sikap pemerintah yang lebih mengutamakan perang daripada kemakmuran masyarakatnya mempengaruhi perekonomian di seluruh negri. Kemiskinan dan kelaparan terjadi di mana-mana, tak terkecuali desa Valur.

Pada akhirnya semua kesengsaraan itu membuat mereka menyerah kepada NWO yang menjanjikan kehidupan yang lebih layak kepada mereka.

***

Hari itu Johan baru saja pergi meninggalkan desa Valur yang telah jatuh ketangan New World Order. saat ini ia sedang berada di sebuah perahu di tengah laut bersama seorang bocah berambut merah magenta yang baru saja dia selamatkan.

"Krek..." Johan menyayat tali yang melilit tubuh anak laki-laki itu untuk melepaskannya, kemudian dia mengambil sebotol Air dan sepotong roti dari ranselnya ntuk di berikan kepada anak itu.

Walaupun lapar anak itu tampak tidak bernafsu, ia menatap potongan roti itu tetapi pikiran nya seolah melayang ke tempat lain.

Johan menyulut rokoknya, menghisapnya dalam kemudian menghembuskan asapnya.

"Haah.... Makanlah bocah, jika tidak kau bisa mati!" ujarnya kepada anak itu.

Anak itu mulai membuka mulutnya, menggigit roti itu sedikit demi sedikit untuk memakannya, perlahan tapi pasti ia menghabiskan potongan roti itu, setelah selesai ia mulai menenggak air yang di berikan Johan sebelumnya.

"Siapa nama mu?" Tanya Johan

"Lucas.." jawabannya singkat. Tatapannya masih kosong dia mungkin masih trauma dengan apa yang terjadi semalam.

"Mengapa mereka ingin membunuh mu?"

Lucas hanya diam seolah dia tak mau mengingat apa yang sudah terjadi kepadanya.

Johan nampak mengerti akan hal itu, ia pun tak memaksa bocah itu untuk menceritakan kisahnya. "Haah.... Mungkin kau bisa menceritakan nya lain kali saja.." Kemudian dia mematikan rokok di tangan nya.

MORNING STAR (one)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin