PART 2

189 27 1
                                    

Mereka berdua tidak banyak bicara. Sakura sibuk dengan kue dihadapannya dan Mingyu sibuk memindai wajah Sakura.

Dalam hati Mingyu tidak hentinya mengucapkan syukur. Dia berjanji tidak akan mendustakan nikmat yang tuhan berikan kepadanya, sekecil apapun itu.

"Apa yang kau pikirkan?" Mingyu tiba-tiba membuka obrolan.

"Tidak ada. Hanya beberapa hal yang tidak penting."

Mingyu tidak ingin bertanya lebih jauh. Hubungannya dengan Sakura tidaklah begitu dekat. Jika dia ingin mendekati Sakura, dia harus perlahan-lahan. Cara yang kilat tidak cocok untuk mendekati Sakura.

"Kau tidak perlu canggung denganku." Balas Mingyu.

"Apa kau tidak sakit hati denganku?" Sakura selalu saja berbicara dengan terbuka.

"Tidak." Mingyu menggeleng. "Aku sangat sadar caraku dulu adalah salah. Aku anggap aku tidak beruntung. Aku tidak mungkin membenci wanita yang pernah aku sukai." Mingyu sambil tersenyum nakal.

Wajah Sakura sedikit bersemu. "Kau tidak berubah. Kata-katamu selalu saja manis."

"Aku hanya ingin berteman denganmu." Balas Mingyu.

"Kau ingin berteman denganku?" Tanya Sakura agak bingung.

Memang wanita ini sangat polos untuk wanita seusianya. Mana ada pria yang menganggap wanita yang pernah di sukainya sebagai teman tanpa mengharapkan perasaan lebih.

"Tentu." Mingyu menyembunyikan senyuman rubahnya.

"Baiklah kita teman." Sakura tersenyum sedikit lepas.

"Baiklah Saranku sebagai teman. Aku tahu kau mempunyai hati yang kuat. Apapun yang kau dengar di luaran sana percayalah mereka hanya ingin menjatuhkan dirimu. Kau adalah wanita yang sangat spesial yang pernah aku temui."

Mata Sakura sedikit berair. Sebenarnya bukan ini yang dia ingin dengar sekarang. Rasanya dia ingin menangis. Entah berapa banyak cacian yang dia terima dan walaupun itu bukan hal yang baru hatinya tetap terasa sakit.

"Apa kau pernah berpikir bagaimana rasanya bunuh diri?" Pertanyaan Sakura membuat bulu kuduk Mingyu berdiri.

"Memikirkannya saja sudah membuat perutku sakit."

"Aku pernah sekali memikirkannya. Jika aku bunuh diri apakah semua rasa sakit ini hilang?" Sakura meringis. "Rasa sakitku hilang tapi rasa sakit untuk orang yang aku tinggalkan akan membekas seumur hidup mereka."

"Jangan pernah berpikir seperti itu. Kau cantik, kaya, apapun yang kau inginkan kau bisa mendapatkannya. Bahkan pria tampanpun kau bisa mendapatkannya."

Sakura tertawa. " Yang kau maksud pria tampan itu dirimu?"

"Yah, siapapun itu." Mingyu salah tingkah. "Aku juga boleh." Pria itu menyesap kopi yang masih penuh di atas meja.

Sakura memindai wajah Mingyu sambil tersenyum. "Aku tidak tahu kenapa waktu itu aku menolak dirimu. Kau tampan, tinggi, dan sepertinya kau itu tipeku."

Wajah Mingyu kini seperti kepiting rebus.

"Wah, wajahmu memerah." sakura tertawa sambil menunjuk wajah Mingyu.

Ya tuhan. Mingyu sudah tidak sanggup berkata apapun lagi. Dia ingin pingsan seketika. Pria itu menepuk keningnya. Sepertinya dia kurang sehat. Tanpa terasa jarak diantara mereka berdua merenggang.
Entah berapa kali pun Mingyu melihat wajah Cantik Sakura dia tidak akan pernah bosan.

"Aku harus segera pulang." Ucap Sakura setelah menghabiskan kue di atas piring. "Lain kali aku traktir kau makan." Sakura beranjak dalam duduknya dan meraih tas yang tergantung di kursi.

"Aku antar kau pulang." Mingyu sigap berdiri.

"Aku sangat berterimakasih tapi manajerku sedang menunggu di mobil."

Mingyu sedikit kecewa mendengar hal itu.

"Lain kali." Sakura tida ingin membuat Mingyu kecewa. Entah dia seperti harus membuat Mingyu selalu ceria.

"Janji kau akan mengajakku makan bersama." Mingyu berharap cemas. Dia seperti anak remaja yang menunggu penantian panjang sang pujaan hati.

Sakura mengangguk. "Aku berjanji."

Wajah Mingyu kembali bersinar seperti lampu neon. "Aku antar kau ke mobil."

Sakura menatap wajah Mingyu yang ceria seperti anak kecil dan mereka berjalan beriringan. Wanita itu cukup lama berbincang sebelum masuk kedalam mobil.

Dari dalam mobil Manager Hong melihat Sakura yang cukup akrab dengan Mingyu. Dia bisa merasakan aroma kencan sebentar lagi akan beredar.

"Kau berkencan dengan dia." Tanya Manager Hong.

Menarik seat belt dan Sakura melambaikan tangannya ke arah Mingyu yang masih menunggu mobil  yang Sakura naikin meninggalkan tempat parkir.

"Jangan membuat gosip. Kami hanya berteman.

"Ya, untuk saat ini." Jawab Manager Hong.

Mingyu berlari kegirangan menuju mobilnya. Dia tidak bisa menahan rasa gembiranya. Jantungnya berdegup sangat kencang dan wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Seperti inilah apa yang dia inginkan.

Mingyu mengambil handphone dari Sakunya. Berharap Sakura belum merubah line id miliknya.

Jika kau sampai rumah kabari aku. Tidak baik seorang wanita cantik pulang malam. (Kirim)

Mingyu memang bodoh, jelas Sakura pulang dengan managernya. Apakah dia menganggap managernya adalah seorang yang patut menjadi saingannya juga karena seorang lelaki.

Beberapa menit kemudian Sakura sampai di dorm dia langsung merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk. Melihat handphone yang tergelak di sampingnya. Wajahnya meringis geli melihat pesan dari Mingyu.

Sakura : Aku sampai dengan selamat di antar oleh Managerku.

Seketika Mingyu membalas pesan Sakura.

Mingyu : Aku akan lebih lega jika aku yang mengantarmu pulang.

Sakura menutup mulutnya ingin tertawa.

Sakura : Baik lain kali kaulah yang mengantarku pulang."

Pesan dari Mingyu Masuk seketika.

Mingyu : Dengan senang hati.

Sakura sedikit mengerutkan dahinya.

Sakura : Apa kau selalu seperti ini dengan orang lain?

Mingyu : Kau adalah pengecualian.

Sakura : Aku senang salah satu dari pengecualian itu. Selamat malam besok kita akan bertemu lagi."

Mingyu : Aku tidak sabar menunggu hari esok.

Mingyu berguling-guling di atas kasurnya dan terus melihat percakapannya dengan Sakura.

The IdolsWhere stories live. Discover now