Sedangkan Bapak terdiam dan seperti sedang berpikir.

"Berarti Vanessa belum kasih kepastian akan ngumpul dimana?" Tanya Bapak.

Mayted menggeleng."Belum Pak"

"Gini saja, kalo memang dia akan kesana, kamu susul saja nanti malam Ted. Biarkan saja dia melepas penat dan merayakan kerja kerasnya disana, saya tidak masalah, hanya saja kamu tolong jaga cucuku itu, sebenarnya saya sangat percaya dengan kamu dalam menjaga Vanessa. Biarkan saja beberapa hari ini kamu tidak ikut menjaganya, kita ikutin saja keinginannya dulu, nanti kalo suasana sudah membaik dan keadaan hatinya sudah membaik, baru kamu ambil alih lagi. Tapi untuk yang ini tolong kamu yang jaga ya, Ted. Karena saya juga ada urusan dengan Deril, nanti kamu gantian saja dengan Deril." Jelas Bapak dan perintah ini akan dikerjakan langsung oleh Mayted nanti.

"Eh tapi kamu jangan berpakaian seperti ini loh, Ted. Bawa baju ganti kan kamu?" Tanya Bapak memastikan.

"Aman Pak saya ada baju ganti di mobil." Mayted tersenyum tipis.

"Cucuku pada pulang ke Hambalang nanti, kamu antar saja Vanessa ke Hambalang ya. Nanti kalo Mbak Yanti tanya anaknya dimana, kamu terus terang saja." Ucap Bapak dan Mayted mengerti itu.

"Ted." Panggil Bapak lagi.

"Iya, Pak?" Balas Mayted.

"Belum maafan sama Mbak Vanessa ya?" Tanya Bapak lagi, sepertinya Bapak memperhatikan interaksi antara Vanessa dengan dirinya yang akhir akhir ini tidak pernah bertegur sapa.

"Maaf Pak, belum." Mayted sedikit takut jika Bapak marah besar kepadanya.

"Kenapa belum, Ted?" Bapak penasaran alasan sebenarnya.

"Saya agak takut sama Mbak Vanessa, Pak. Kayaknya Mbak Vanessa marah banget sama saya, setiap saya melirik Mbak Vanessa, Mbak Vanessa malah ngalihin pandangannya. Saya setiap hari tidak tenang kalau tidak akur sama salah satu cucu Bapak, dengan artian tidak dengan Mbak Vanessa saja, tapi ketiga empat cucu Bapak yang lain. Saya salah banget ya Pak kalo tegas sama Mbak Vanessa? Karena Mbak Vanessa selalu menganggap saya marah padahal bawaan saya kalo ngomong memang seperti itu." Mayted curhat ke pusatnya langsung.

Bapak tertawa kecil. "Kamu suka ya sama cucuku yang rewel itu?"

Mayted terkejut bukan main, lidahnya tak bisa ngomong, tak bisa ia mengucapkan satu kata pun.

"Jangan pucat gitu, Ted. Kamu ini lucu sekali, prajurit kopassus bisa bisanya takut dan nyalinya ciut karena terciduk suka sama seorang perempuan." Sepertinya Bapak senang sekali meledeknya.

"Maaf Pak, saya akan mengendalikan perasaan saya sendiri." Hanya itu yang bisa Mayted katakan. Memang sepertinya Mayted jatuh suka kepada Vanessa, tanpa ia sadari.

"Loh loh kamu ini, saya tidak melarang apalagi menantang perasaan kamu, Ted. Kamu kan tahu saya tidak pernah melarang siapapun mendekati kedua cucu perempuanku. Kamu tidak ingat bagaimana ketika Rafi menyarankan saya untuk menjodohkan kamu dengan Vanessa? Saya malah bertanya pendapat kamu kan?"

"Silahkan, Ted. Tapi yang harus kamu tahu, Mbak Vanessa itu masih trauma dari segala hal. Termasuk perceraian orang tuanya dan hubungannya sendiri di masa lalu. Kamu tahu persis cerita dari kedua hal itu. Saya merasa Vanessa belum siap untuk membuka hatinya sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan. Bahkan saya juga tidak tahu, Ted. Kamu sudah tiga tahun lebih menjaga dan mengawalnya. Sifat, karakter, kebiasaan dia kamu sudah tau semuanya. Vanessa sudah banyak terluka, saya hanya tidak ingin cucu saya jatuh ke tangan yang tidak bisa menerima keadaannya—"

"—Kalo kamu merasa bisa dan siap menghadapi segala sifat dan karakter Vanessa, saya beri jalan. Tapi kalau tidak, jangan coba coba, Ted. Saya tidak mau kamu terluka lagi seperti masa lalu kamu dan saya tidak terima cucu saya merasakan sakit lagi. Saya sangat menjaga Vanessa, kamu bisa lihat perbandingannya ketika saya kepada Mbak Ati. Saya tidak mau kalian sama sama terluka. Terutama kamu, Ted. Saya juga takut Vanessa tidak bisa menerima perasaan kamu karena Vanessa belum bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Vanessa susah untuk jatuh cinta dan percaya sama laki laki. Dua laki laki di hidupnya sudah menyakitinya tanpa ampun. Kamu tahu persis itu."

Mayted hanya bisa mendengar segala ucapan dan jawaban dari Bapak. Sepertinya Bapak berada diantara memberi izin atau tidak. Alasannya tidak karena Bapak takut Vanessa akan menyakitinya dengan cinta tak terbalas. Tapi, setelah Mayted mendengar segala ucapan Bapak siang ini, ia menyadari bahwa dirinya memang sudah jatuh cinta dengan Vanessa.

Seminggu ini ia sangat tersiksa, tidak bisa menjaili Vanessa, tidak bisa membuat gadis itu kesal, dan tidak bisa melihat bareface wajahnya yang sangat polos itu di pagi hari. Kegiatan seperti itu memang membuatnya frustasi dengan segala keterlambatan Vanessa, tapi dari situ Mayted bisa bercanda dengan gadis itu, melupakan rasa lelah dari pekerjaannya yang sangat padat.

Mayted tidak tahu perasaannya ini akan berakhir bagaimana. Jika pada akhirnya ia akan jatuh cinta sendirian, ia tidak menyesalinya. Jika cintanya bertepuk sebelah tangan, ia juga tidak menyesalinya. Yang ia sesalkan adalah takut jika Vanessa tidak pernah tahu akan perasaannya.

Mungkin satu hal yang pasti ia harus bersikap biasa biasa saja untuk saat ini. Tidak ingin membebani Vanessa karena perasaannya. Itu bukan urusan Vanessa, mau dirinya suka atau tidak, Vanessa tidak semudah itu untuk diluluhkan.

He Fell First and She Never Fell?Where stories live. Discover now