Adli antusias mendengarnya. "Alhamdulillah! Aku perlu detail, Kak. Kakak capek atau masih bisa ngobrol sebentar sama aku?"

"Ayo kalau mau ngobrol. Ke kamarmu?" sahut Yunan, meski sebenarnya Yunan pegal-pegal badannya. Dan saat diterjang oleh jin itu saat jin itu masih menggunakan jasad Rizal, punggung Yunan agak sakit sebenarnya. Masih berdenyut-denyut hingga sekarang. Tapi dia tidak tega menolak ajakan Adli mengobrol. Adli pasti merasa bersalah karena tetap harus di kantor sampai malam tanpa tahu cerita jelas tentang apa yang terjadi di pengadilan dan apapun yang berkaitan dengan kasus yang menimpa Raesha.

"Kak Yunan?"

Yunan dan Adli menoleh berbarengan. Raesha keluar kamar karena merasa mendengar suara Yunan di koridor. Wanita itu mengenakan jubah tidur merah muda dan jilbab instan putih.

"Kakak baru pulang?" tanya Raesha.

"Iya. Kamu belum tidur? Ini sudah malam," sahut Yunan tersenyum lembut ke arah adik angkatnya.

"Belum, Kak. Aku gak bisa tidur. Kepikiran Kakak terus." Rona di pipi Raesha berubah setelah mengatakannya, menyadari kalau kalimatnya bisa disalahartikan.

Yunan tertunduk malu. Adli berdehem sambil membuang muka. Entah kenapa, kalau kedua orang ini bertemu, otomatis seperti ada bunga-bunga bermekaran di sekeliling mereka.

"M-Maksudku, aku khawatir. Takutnya Kakak diserang sama Rizal yang kondisinya sedang tidak normal. Em ... Rizal gimana Kak?" tanya Raesha berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Alhamdulillah Rizal sudah dinyatakan sembuh dari rumah sakit dan dia sudah  pulang ke rumahnya," jawab Yunan.

"Alhamdulillah. Apa dia sempat menyerang Kakak?" tanya Raesha antusias.

"Iya. Cuma sedikit. Dia sempat mendorong Kakak ke lantai. Tapi --"

Raesha menutup bibirnya. Sudah dia duga. Yunan pasti diserang secara fisik. Jin itu ternyata ganas juga. "K-Kakak gak apa-apa? Ada yang sakit? Punggung atau kaki?" tanya Raesha dengan ekspresi cemas maksimal.

"Makanya itu, aku mau sesi ngobrol dulu sama Kak Yunan di kamarku. Biar tahu semua ceritanya lengkap," potong Adli jumawa.

"Jangan sekarang, Adli! Kak Yunan pasti masih capek habis ruqyah Rizal!" omel Raesha.

Yah ... batin Adli dengan tampang kecewa.

"Gak apa-apa. Kakak cuma sakit dikit aja di punggung. Gak ada luka serius. Ngobrol sebentar sama Adli gak masalah," kata Yunan.

"Enggak, Kak! Kakak sebenarnya capek pasti, tapi cuman gak tega sama Adli. Biarin aja Adli, nanti juga dia tahu ceritanya. Kakak istirahat aja dulu!" tukas Raesha terdengar seperti emak-emak cerewet. Yunan terkejut saat Raesha mendorong punggung Yunan agar pergi ke koridor yang menuju ke kamar tempat Yunan dan Arisa menginap.

Suara Yunan mengaduh pelan, saat spot di punggungnya yang sakit, terkena dorongan tangan Raesha, membuat Raesha terkejut.

"M-Maaf, Kak! Aku lupa kalau punggung Kakak --," ucap Raesha dengan ekspresi merasa bersalah.

"Gimana sih, Kak Raesha? Kak Yunan sakit punggung, malah didorong punggungnya," ceplos Adli dengan nada meledek dan senyum usil. Membuat Raesha makin merasa bersalah.

"Gak apa-apa. Cuman sakit dikit aja," kata Yunan tersenyum menutupi rasa nyerinya.

"Mungkin ada memar kali, Kak. Harus diobatin. Kakak mau --" ucapan Raesha terhenti.

Mau apa, hayo? Mau dipijitin?? lanjut Adli dalam hati. Raesha bisa melihat adiknya itu nyengir-nyengir nakal.

"M-Maksudku, nanti Kakak minta diperiksain aja punggungnya sama Kak Arisa. Bisa jadi ada memar atau mungkin salah urat, biar bisa dipijat," ralat Raesha segera.

ANXI EXTENDED 2Where stories live. Discover now