#44 Picnic Date

Mulai dari awal
                                    

"Bener juga ya, pinter deh sayangnya aku, jadi makin cinta. Hmm oke kalo gitu, kita usahakan rumah itu."

"Dari depan akan tampak sederhana. Tapi kebunnya luas, tanamannya mewah, megah." Salma menimpali Rony dengan bernyanyi.

"Lah kok malah nyanyi, aku serius tau."

"Kita usahakan rumah ituu~"

"Dari depan akan tampak sederhana. Tapi dibuat kuat, dirancang muat, lega.

Mereka bertatapan lalu tertawa bersamaan.

"Lagu itu jadi doa yang baik, semoga kita bisa usahakan itu bersama yaa."

"Aamiin ya allah, semoga terwujud yaa Ron."

"Dah sampe kitaa, tadaaa bagus kannn?" Rony menatap Salma.

Salma melihatnya takjub. Ternyata Rony mengajaknya ke danau buatan di tengah kluster perumahan ini.

"Aaakkkk bagus bangettt." Mata Salma berbinar.

"Kamu ke pinggir sana dulu." Tunjuk Rony, meminta Salma bergeser dari posisinya sekarang.

"Kamu mau apa?" Salma bertanya sembari berjalan ke tempat yang Rony tunjuk.

Rony tidak menjawab, ia mulai mengeluarkan satu persatu isi totebag nya. Mulai dari alas untuk duduk dan menggelarnya. Tidak terlalu lebar namun cukup untuk berdua.

Lalu ia mengeluarkan tripod dan memasangkan handphone nya lalu menyimpan ke tempat yang sekiranya cocok dan bisa menangkap semua pemandangan yang ada dengan sempurna.

Rony duduk di alas tadi lalu mengeluarkan sarapan yang dibawakan Mama nya untuk Salma. Ia melihat perempuannya yang sedari tadi hanya diam mematung.

 Ia melihat perempuannya yang sedari tadi hanya diam mematung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sini duduk cantikk, kita picnic date ala-ala." Pinta Rony, menepuk tempat kosong disebelahnya.

Salma yang masih takjub dengan yang Rony lakukan masih tidak bergerak sedikit pun.

"Heyy, Aca nya Ony kok bengong?? Siniiii!!" Sedikit gemas dengan Salma yang hanya diam saja membuat Rony kembali berdiri dan menghampiri Salma lalu membawanya duduk.

"Kamu se-effort ini buat aku? Makasih banyak yaaa." Mata Salma sudah berkaca-kaca.

"Iya dong, aku pasti usahain yang terbaik buat kamu. Eh eh kenapa matanya? Kok sedih sih, ga boleh ahh. Ayo kamu sarapan dulu ini." Air mata Salma tak tertahan, menetes dan dengan cepat Rony mengusapnya lembut.

Salma mengangguk, ia melahapnya dengan antusias. Sesekali menyuapi lelakinya, Rony menolak namun Salma tetap memaksa.

"Enakk bangett masakan Mama kamu, aku jadi kangen rumah deh." Salma terdiam sejenak, sambil melihat lurus ke danau cantik dihadapannya.

Rony mengelus pundak Salma. Sedikit banyak ia tau rasanya menjadi anak rantau.

"Kamu emang kapan terakhir pulang?"

Salma berusaha mengingat, "Sebulan yang lalu keknya."

"Nanti pulang selanjutnya mau aku temenin?"

"Emang kamu ada waktu?" tanya balik Salma.

"Nah ini yang harus kita bahas, kamu abisin dulu mam nya."

Salma mengangguk, mengambil sesendok dan menyuapkannya ke Rony.

Rony tidak langsung menerima suapannya, "Kok jadi ke aku?"

"Kan biar cepet abis, buka mulutnya, aaaaaa." Ucap Salma, seperti menyuapi anak kecil.

Tak lama sesi sarapan pun selesai. Rony meminta Salma mengubah posisi duduknya hingga menjadi berhadapan. Ia pun mengambil kedua tangan Salma dan menggenggamnya erat.

Rony mulai mengeluarkan perkataan yang sebelumnya sudah ia rangkai di kepalanya. Ia mem-break down satu persatu masalah yang terjadi diantara mereka beberapa minggu ke belakang. Rony pun mengakui bahwa ia telah salah dan kembali meminta maaf kepada Salma. Salma pun memaafkannya, ia pun turut meminta maaf dan mencoba mencari solusi untuk bersama. Salma bilang bahwa kunci utama hubungan mereka adalah komunikasi, bagaimana hubungan mereka kedepannya adalah tergantung komunikasi yang terjalin. Komunikasi sama halnya dengan tanaman yang harus selalu dirawat.

"Jadi clear ya sayang masalah kemarin, ada lagi unek-unek yang masih kamu simpen sendiri?" Tanya Rony.

"Iyaa, ga ada kok. Udah clear semua, baikan kitaa." Salma tersenyum lebar, terlihat deretan gigi nya yang rapi.

Rony melepaskan genggaman tangannya dan beralih ke pipi Salma, mencubit kedua pipinya dengan gemass. "Gemayy amat sii cewek ku."

"Aww sakittt Ronyy!!" Salma menghempaskan kasar tangan Rony dari kedua pipinya.

"Maaf hehehe, abis kamu gemes banget ga kuat aku."

Salma hanya diam cemberut.

"Btw jangan panggil Ron Ron atau Rony dong."

"Kan nama kamu itu, gimana sih. Mau dipanggil apa emang?

"Sayang atau Ony deh, biar kek keluarga aku. Tapi yang utama panggil sayang sih, aku udah lama ga denger kamu panggil aku sayang tau." Rony memasang muka sedihnya, gemay kek bayi🤏

"Biasa aja mukanya, sayangg." Salma menampol Rony pelan, bercanda.

"Apa? Apa coba ulangg?! Ga jelas aku dengernya." Ucap Rony mendekatkan telinganya ke arah Salma.

"Sayangg sayangg sayangg. Ony kesayangannya Acaa. Ony punyanya Acaa, titik ga pake koma. Puas kamu hah?!"

"Hehehe makasih sayangg. Jadi boleh dong yaa aku juga panggil kamu Aca?"

"Bukannya dari kemarin juga udah manggil Aca ya? Kamu mah dilarang malah makin dilakuin kan? Jadi ya udah panggil Aca aja kalo emang kamu lebih suka itu."

"Iyaaa sukaaa, okeyy Aca makasih yaa Aca. Ony happy kalo sama Aca terus. Bahagia selamanya ya Aca sama Ony."

"Ron please stop, jijikk. Kebanyakan anjir ngomong Aca nya." Salma geli sendiri mendengarnya.

"Ihh Aca kok panggil Ron lagi, Ony ga suka ya. Coba panggil sayang, s a sa y a yang, sayang."

"Gue tabok ya lo Ron, bener-bener nyebelin." Salma sudah mengangkat tangannya.

"Hahahaha iya iya udah, ampun bercanda sayang."

SwastamitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang