Isha

3 0 0
                                    

ISHA

Namanya Isha, ia tinggal di salah satu kota paling ujung barat pulau jawa dan aku mengenalnya saat aku terjebak dalam keadaan apakah aku harus tinggal satu kota dengannya atau aku harus kembali menjadi seseorang yang takut untuk menghadapi realita. Tulisan ini mungkin tidak akan mengubah apapun, tetapi yang nyata adalah bahwa dia salah satu alasan untuk aku tetap merasa "hidup" 100 tahun ke depan sebagai seseorang yang telah mengajarkanku arti hidup yang sesungguhnya, mengapa sedih diciptakan, dan mengapa aku harus bersyukur dengan apa yang sudah aku punya, membuatku berpikir bahwa aku tidak akan bisa meneruskan hidupku seperti sekarang tanpa dia. Aku tidak pernah berpikir untuk menulis cerita tentang dia sebelumnya, tapi aku ingin dia tahu suatu hari nanti jika kita tidak dipertemukan lagi oleh semesta, setidaknya tulisan ini akan menjadi karya terindah yang pernah aku buat untuk mengenang betapa dia sangat berarti dalam hidupku sebagai seorang "teman".

Isha. Aku belum pernah bertemu dengan lelaki yang seperti dia sebelumnya. Aku tidak bisa membulatkan bahwa dia sebaik yang kau sangka atau apapun tapi setidaknya dia tidak pernah membuatku kecewa sampai detik ini. Mungkin ini terlihat klise, tapi dia memang semengagumkan itu saat kau ada didekatnya, setampan itu ketika kau memandang wajahnya, secerdas itu saat dia sudah mulai berbicara tentang apa saja, dan sesabar itu mendengarkan amarahku saat semua orang selalu berkata "lebay amat jadi manusia". Lalu aku terperangkap dengan perasaan dimana aku ingin dia selalu ada disisiku dan menemani hari hari ku sampai salah satu dari kita menutup mata. Tapi mungkin semua keinginan itu harus aku kubur di tempat terindah sampai aku simpah untuk "membukanya' dalam keadaan tersenyum bangga bahwa dia pernah jadi bagian dari perjalanan panjangku mencari jati diri. Kemungkinan terbesar itu bisa aku jangkakan dalam waktu 100 tahun dari sekarang, karena kemungkinan orang sepertinya hanya ada 1 dari 100.000 orang di muka bumi.

Bermula dari mata cokelatnya yang membuatku tidak bisa berkedip saat menatap matanya. Ya, matanya yang indah itu membiusku seakan seperti melihat seseorang yang bisa menyelamatkan hidupku dan memang begitu adanya. Pertemuan pertama kita tanpa rencana, tetapi semesta selalu punya jalan untuk menyelamatkan umatnya. Aku tidak pernah berpikir untuk mencintanya, setidaknya aku hanya berpikir dia tampan saja. Tapi dia begitu menyilaukan dunia sampai aku mencari cara bagaimana untuk bisa berkenalan dengannya. Lalu seseorang berkata bahwa dia menjual permen gulali secara online dan aku memberanikan diri untuk bertanya dengannya tentang permen gulali yang dia jual. Aku masih ingat senyumnya saat dia berkata "gue minta nomer WA lo aja" dan aku tidak pernah menyangka bahwa semua ini berawal dari permen gulali berlanjut hingga ke kopi Vietnam Drip.

"Lo naksir sama Isha?" tanya Rumi dengan muka herannya.

"Iya kal. Gue pengen kenal lebih deket sama dia." Rengekku kepada Rumi.

"Btw dia udah punya cewek belum sih?" tambahku lagi. Rumi adalah salah satu teman baikku di tempat kerja. Tentu saja Rumi lebih dulu mengenal Isha karena mereka masuk perusahaan ini dengan rentang waktu yang bersamaan.

"Gue gak tau sih kalo itu, soalnya gue juga gak pernah liat dia jalan sama cewek atau ngenalin cewek gitu" jawab Rumi sambil menyantap roti cokelat yang ada dihadapannya.

"Tapi kalo lo mau kenalan sama dia, modus aja beli permen gulali nya dia" tambahnya lagi.

"Dia jualan permen gulali?" Tanyaku keheranan.

"Iya, entar lo pura puranya lagi pengen banget permen gulali terus lu bilang aja dapet info dia jualan dari gue"

"Wah pinter juga lu!" kataku terlalu senangnya sambil sedikit menggetarkan meja makan dihadapan dengan telapan tanganku yang membuat Rumi terkejut.

13 Oktober 2018 bisa dibilang menjadi salah satu hari yang menyenangkan dalam hidupku. Berkat Rumi, akhirnya aku pun bisa bertemu dengan Isha dan permen gulali yang dibawanya di salah satu Cafe di sudut kota. "Vietnam Drip nya satu ya mas" kata Isha kepada pramusaji di hadapanku. Aku masih ingat betapa gugupnya aku saat pertama kali duduk berhadapan dengannya. Bayangkan saja, aku duduk satu meja dengan Isha sambil berbicara tentang apa saja. Aku masih ingat saat itu Isha memakai kemeja warna hitam dan membawa tas ransel yang sepertinya ringan. Hari itu untuk pertama kali nya aku tahu bahwa diantara kita punya kesamaan musik yang sama. Mulai dari Banda Neira sampai Efek Rumah kaca, dan dia memberitahuku bahwa Danilla akan menyelenggarakan konsernya disini dalam waktu dekat, hal itu membawa imajinasiku terbang tinggi dan meyakinkan hatiku bahwa hanya Isha yang bisa mengutuhkan hatiku yang pernah rapuh. Pembicaraan antara kita menyenangkan sampai aku tidak sengaja melirik ke arah ponsel Isha yang menyala dan membaca nama Maia. Entah dia hanya teman atau wanita istimewa bagi Isha, karena aku pun tidak sengaja membaca kata "yang" dalam pesan yang dikirim oleh Maia melalui Whatsapp. Lalu sejak saat itu, aku meragukan hatiku lagi untuknya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 09 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kita, diantara kata yang tak pernah terucapWhere stories live. Discover now