4.0 Sepenggal Cerita Hari Ini

Începe de la început
                                    

Dhisti dan Lita lantas hanya  tersenyum kikuk saja. 

“Oh ya gimana mbak selama tinggal di rumah itu? Aman kan? Gak ada yang diganggu?” tanya bu Sunny yang penasaran. 

“Aman-aman aja sih bu alhamdulillah” jawab Lita yang sepertinya belum paham konteks yang dibicarakan bu Sunny. 

Sedangkan Dhisti yang sudah paham arah pembicaraan bu Sunny hanya melipat bibirnya yang semula ingin menjawab namun dia tahan karena Lita sudah menjawabnya terlebih dahulu. 

“Wah, puji Tuhan kalo gitu. Soalnya sebelumnya pernah para pegawai proyek tinggal disana baru dua apa tiga hari gitu katanya gak betah karena di ganggu, jadinya mereka milih pindah tuh ke rumah pak Mahmud” cerita bu Sunny yang membuat Lita yang tadinya tak paham konteks yang dimaksud bu Sunny ‘ganggu’ adalah gangguan makhluk halus jadi bergidik ngeri sendiri. 

“Berati mas mbaknya imannya pada kuat, sampe setannya gak mau ganggu mereka” sahut bu Sisca bermaksud memuji. 

Dhisti bisa saja membantah dan menceritakan kejadian mistis yang pernah dia alami sendiri waktu di kamar mandi beberapa hari lalu, serta kejadian Kirana dan Yeshika waktu itu. 

Namun, lagi-lagi Dhisti hanya memilih mendengarkan obrolan antara ibu-ibu itu tak mau membuat gosip-gosip beredar lagi mengenai setan yang ada di rumah yang menjadi posko mereka itu. 

Kesenengan nanti setannya kalo dighibahin. 

“Iya mba, mas mbaknya juga pada berani-berani banget ternyata. Saya aja gak berani kalo disuruh tidur disana. Dulu rumah mas saya ini waktu covid dijadiin tempat isolasi mandiri warga sini, termasuk saya sendiri. Dulu kan gak boleh tuh kalo isolasi mandiri di temenin, tapi karena saya gak berani saya minta suami saya buat nemenin. Saya tidur di ruang tv itu, suami saya tidur di ruang tamu,”

“Ke kamar mandi pun saya gak berani lewat belakang mbak, saya milih muter lewat depan terus ke pintu samping itu karena dari pintu dalam yang menyambung ke dapur itu disana ada penunggunya, cewek rambut panjang. Saya pernah liat sekali makanya abis itu saya gak pernah lewat sana lagi kalau mau ke kamar mandi atau dapur” jelas bu Sunny sehingga membuat yang mendengarkan merinding seketika. 

Lita bahkan sudah menelan ludahnya karena merinding disko. 

“Mbak Nanda anak saya juga heran mbak sama mas KKN ini kok kuendel pol (berani banget) tinggal disini. Mana udah beberapa minggu gak ada gangguan sepertinya, padahal katanya siapapun yang tidur disana minimal sekali pasti dapat gangguan kaya para pekerja Tol itu. Pekerja tol itu kata mbak Nanda sering ngomong jorok di ruang tamu, dimana dipojokan ruang tamu itu atau gak dikursinya gitu kata mbak Nanda itu rumahnya para mahluk halus. Makanya setannya marah dan ganggu para pekerja tol sampe pada gak betah. Oh ya anak saya itu indigo mbak, jadi dia tau hal-hal kaya gitu” tambah bu Sisca yang semakin membuat bulu kudu Lita dan Dhisti berdiri. 

Apa kata bu Sisca tadi? rumah setannya tadi di kursi ruang tamu yang mana beberapa hari lalu kursi di ruang tamu di pindahkan karena kemarin akan di gelar tikar untuk diskusi mengenai proker gabungan dengan kelompok sebelah, dan sampai sekarang kursi dan meja di ruang tamu belum kembalikan ke tempat semula. 

Dhisti jadi takut kalau setannya nanti ngamuk karena rumahnya di obrak-abrik. Lita sendiri hanya bisa berdoa semoga tidak ada hal yang menganggu mereka, apalagi tinggal beberapa hari lagi mereka juga akan pergi darisana. 

“Wah ibu-ibu ini malah nakut-nakuti. Udah mbak tenang aja, insyallah gak bakal terjadi apa-apa selama kalian disini selalu berbuat baik dan gak neko-neko. Woles wae pokoke” sela pak Farid menyudahi perghibahan horror di pagi hari ini. 

“Hahaha, iya pak” ucap Lita kaku. 

“Jadinya berapa pak ini?” tanya Dhisti setelah apa yang dia cari sudah dia dapatkan semua. 

KKN 110Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum