Awal Kehancuran

20 0 0
                                    

"Arghh... kenapa project ini gak selesai-selesai sih anj*ng!!" teriak seorang pria yang disusul dengan suara keras. Suara keras yang timbul karena benturan antara tangan yang dipukulkan ke meja.

Sean Alfarez. Pria berumur 23 tahun yang merupakan seorang programmer muda yang berasal dari kota Jakarta. Sean adalah seorang pekerja kantoran yang baru-baru ini kehilangan pekerjaannya karena sebuah virus. Virus yang melanda seluruh dunia bernama Solvid-19.

"Capee banget ta*k! gue minum dulu lah." ucap Sean pada dirinya sendiri sambil meranjak bangun dari kursinya. Sean berjalan menuju kulkas yang berada di dekat kasur tidurnya.

Ia mengambil sebuah botol berisikan air teh dingin lalu meneguk air teh tersebut hingga hanya menyisakan setetes air yang ada di dalam botol, ia membuang botol tersebut ke dalam tempat sampah kecil yang berada di samping kulkasnya lalu kembali ke meja komputernya.

Dia kembali duduk dan kembali mengerjakan project yang tadinya sempat ia tunda. "Hey, Sean. Have you read the news on the China Channel?" tanya seseorang yang merupakan teman online Sean.

"Not yet, what's that? Wait, let me take a look." jawab Sean pada teman nya lalu dia pun membuka sebuah website yang berisikan informasi mengenai berita-berita terbaru yang ada di negara China.

"News! recently China was shocked by the news about an area where the residents were acting strangely, they were killing and biting other people who were running to find a safe place, now the area has entered a dangerous area and has been quarantined, we will provide further information at the next meeting, thank you." sebuah berita trending yang muncul di website tersebut.

Sean merasakan keanehan, namun ia tak menghiraukan hal tersebut, tak berselang lama, ia menghapus halaman website tersebut dari layar komputernya dan melanjutkan meeting bersama teman-temannya di suatu aplikasi meeting online.

(Pesan tak terbaca) sebuah notifikasi yang muncul di layar handphonenya, ia mengalihkan pandangannya sejenak dari komputer untuk membaca pesan tersebut. "Sen, nanti lu jadi nonton teater kan? 2 jam lagi mulai, mending lu siap-siap dah biar nanti pas gue sampe rumah lu kita tinggal jalan aja, gue gamau nunggu ya." isi dari pesan tersebut.

Sean membalas pesan itu, selesai membalas pesan, ia mematikan handphonenya dan melanjutkan meeting yang sempat ia tunda. Dia berbicara pada teman-temannya tentang dirinya yang memiliki urusan dan harus meninggalkan teman-temannya untuk melanjutkan meeting, teman-temannya tidak keberatan dan Sean pun keluar dari obrolan tersebut.

Ia masih sedikit kepikiran dengan berita yang baru saja ia lihat, ia merasa aneh karena kejadian itu terjadi sangat mendadak, namun... karena baru-baru ini dunia dilanda oleh sebuah virus, dia pun berasumsi bahwa itu hanyalah efek samping dari virus kemarin dan akan segera reda dalam beberapa hari. Ia mulai bersiap-siap untuk segera pergi ke tempat yang ingin ia tuju dengan temannya.

Tak berselang lama, kini Sean dan temannya sudah tiba di parkiran. Aksa, pria berumur 23 tahun yang memiliki keahlian yang sama dengan Sean. Mereka berdua menyiapkan barang-barang yang hendak mereka bawa dan sisanya akan mereka tinggal di mobil. "Sen, lu udah baca berita yang lagi rame?" tanya Aksa kepada Sean sambil mengangkat tas yang ingin mereka bawa.

"Hmm... yang berita China itu ya? Udah, kenapa?" jawab Sean sambil menutup pintu belakang mobil.

"Gapapa sih, gue cuma aneh aja, kalau itu efek samping, kok beda banget ya sama gejala awalnya, kayak ada yang janggal, Sen." heran Aksa sambil mengerutkan keningnya.

Sedikit obrolan mereka lalukan sambil menyiapkan semuanya, setelah semuanya terasa siap, mereka pun bergegas menuju teater yang berada di lantai 2 karena sebentar lagi pertunjukan akan dimulai. Saat sedang dalam perjalanan menuju lantai 2, mereka dikejutkan dengan sebuah berita yang muncul di notifikasi handphone mereka.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BEGINWhere stories live. Discover now