Rasa Penasaran Rajif dan Liam

597 52 1
                                    

"Thanks banget udah nganterin aku pulang." Ucap Nafla pada Teddy yang ada di sebelahnya. Pria itu benar-benar mengantarnya ke rumah dengan mobil. Sungguh baik hatinya membiarkan Nafla yang basah kuyup untuk duduk di mobilnya. Itu cukup berani menurut Nafla.

"Langsung istirahat, jangan paksa kalau udah sakit." Nasihat Teddy yang diangguki berkali-kali oleh Nafla. Tidak di rumah makan tadi, di dalam mobil, bahkan sampai ke rumahnya dia tetap saja diceramahi habis-habisan oleh pria didepannya ini.

"Hati-hati di jalan,"

Teddy tersenyum dari dalam mobilnya ketika mendengar teriakkan Nafla padanya dari depan pintu rumah gadis itu. Dia lalu berlalu pergi dengan mobil putihnya setelah Nafla masuk ke dalam rumah.

Sehabis berbenah, Nafla kemudian membuka handphonenya. Sudah hampir seharian mungkin dia tidak mengecek isi benda pipih tersebut. Dia lalu membuka pesan dari nomor yang tak dikenal.

Kamu masih marah?
22.00

Jangan lupa istirahat.
17.34

"Siapa sih yang bilang pak Teddy itu dingin? Buktinya dia ramah tuh orangnya." Bingung Nafla dan kemudian tersenyum. "Teddy itu cuma kaku padahal, mungkin karena sudah dilatih kepribadiannya kali yak."

Tiba-tiba Nafla bangun dari sofa, dia lalu berlari ke ruang mencuci dan melihat jaket hitam Teddy yang ia kenakan beberapa saat lalu.

P
Anu, ini jaketnya ketinggalan.
17.55

Nafla memandang sebentar pesan yang baru saja dia kirimkan dan bergegas mencuci jaket Teddy sebelum pria itu membalas pesannya.

Suara notifikasi masuk membuat Nafla cepat-cepat meraih handphonenya.

Simpan saja dulu. Kapan-kapan baru dikembalikan saja.
17.59

"Cepet banget balasannya dah. Perasaan rumah pak Bowo masih jauh dari sini." Bingung Nafla melihat pesan si ajudan Menhan itu. "Mungkin lagi lampu merah kali ya." Katanya berusaha berfikir positif.

Siap pak ajudan!
18.03

•••

"Pak Teddy―lah?" Agung kaget melihat Teddy yang baru saja tiba dengan baju basah kuyup. Dia berkedip sebentar. "Kok, bisa basah sampai segitunya?" Tanyanya sambil menunjuk Teddy.

"Tadi bantuin orang." Balas Teddy dan mengacak-acak rambutnya yang basah. "Kenapa Agung?"

"Itu.. dicariin bapak. Mau ketemu Mas Gilang. Mau bicara soal visi misi Paslon. Pak Teddy disuruh ikut untuk mengawal Bapak."

Teddy lalu mengangguk dan meninggalkan Agung yang masih berdiri dengan wajah kebingungannya.

"Pake mobil masa kehujanan? Kalaupun bantu orang juga, kan bisa pake payung di dalam mobilnya pak Teddy." Heran Agung sambil menggaruk pipinya yang tak gatal.

Teddy akhirnya bersama dengan Rajif menemani Bapak menemui Mas Gilang untuk membicarakan visi misi yang akan mereka gunakan. Ditengah-tengah pembicaraan, Teddy permisi sebentar untuk keluar. Dan ternyata Rajif sedari tadi memperhatikan gerak-gerik pria itu yang sedikit tak sabaran saat ingin keluar.

Hampir satu menit berlalu, Teddy lalu kembali setelah urusannya selesai. Raut wajahnya nampak biasa saja, tapi bagi Rajif, suasana hati pria ini tengah berbunga-bunga.

Si Abdi Negara Dingin Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora