" Sampah! "

Mendengar pembicaraan kali ini telah membawa nama pangkat, sosok yang berpangkat Brigjen itu tidak lagi bisa untuk menahan umpatan nya. Ingin melayangkan pukulannya tapi pada akhirnya yang dia dapatkan hanyalah angin karena sosok berpangkat Mayjend itu lebih cepat menghindar darinya.

" Jangan terbawa emosi lebih awal, malam masih sangat panjang? "

" Brengsek! Bagaimana aku tidak emosi jika setiap berbicara denganmu hanya akan membuat darahku naik!? "

" Hahaha... Hidup itu jangan terlalu kaku, bung..... "

" Kau lah yang kaku! Bahkan di usiamu saat ini tidak ada seorangpun yang mau bersama mu!? "

Mayjend berdecak malas, mengetuk ujung jarinya pada permukaan meja kayu mengikuti detak jarum jam.

" Siapa bilang tidak ada seorangpun yang tidak mau bersam ku? " Ujarnya dengan tawa sinis, lalu melanjutkan- " Brigjen, kau salah, bukan tidak ada tapi aku yang tidak menginginkannya untuk saat ini. " Atau mungkin tidak nanti.......







*







" Dimana tata Krama mu!? "

Tiga pria dewasa berada di ruangan yang sama, satu diantaranya yang baru saja menghardik adalah yang tertua diantara mereka menatap marah pada yang termuda, namun justru di balas dengan tatapan acuh bahkan tidak mau berbicara sedikitpun yang mana membuat pria tua itu semakin geram padanya.

" Mayor Jendral Jeon Jeongguk!!! "

Mendengar nama bahkan pangkat nya di sebut dengan lengkap membuat pria muda itu menghentikan permainannya dalam memainkan globe di atas meja, menatap malas pada kedua pria di hadapannya terutama pada pria yang tertua itu.

" Apa? "

" Jeon Jeongguk! Jaga kesopanan mu! "

Pria yang disebut Jeon Jeongguk itu lantas memiringkan kepalanya dan menatap pria yang sedari tadi hanya diam itu barusan juga mencoba menegurnya lantas terkekeh sinis.

" Kesopanan apa yang harus ku jaga jika sejak awal orang yang mengajarkan nya saja tidak memiliki moral? "

*BRAK

" JEON JEONGGUK!!! "

Pria tua itu memukul meja kayu berkualitas tinggi itu dengan sangat kuat. Jangan memandang rendah akan fisiknya yang saat ini sudah sangat jauh dari masa masa jayanya, tapi lihatlah dia dari betapa tinggi nya pangkat di pundaknya yang mana telah membuktikan seberapa besar dan kuatnya dia pada masanya untuk bisa mencapai ke puncak tersebut.

Tidak hanya pria tua itu saja yang marah tapi juga pria satunya, mereka berdua benar-benar menjengkelkan dan hal itu membuat kepala Jeon Jeongguk hampir meledak rasanya akan marah, dan sebelum hal itu benar-benar terjadi, dia dengan kaku berdiri hingga menimbulkan decitan tajam antara kaki kursi dengan lantai di bawahnya.

" Hal inilah yang membuatku malas dan semakin muak untuk kembali. " Ujarnya sebelumnya berbalik- melangkah pergi dari ruangan tersebut, tidak peduli dengan lemparan asbak rokok yang tepat mengenai punggungnya tersebut.  Pergi dengan marah, tanpa salam membanting pintu dengan keras.

BRAK!!!

Sejenak ada keheningan setelah pintu itu benar-benar tertutup, menyisakan dua orang yang saling mengatur emosi.

" Ayah, jaga emosimu. " Ujar pria yang lebih muda kepada yang lebih tua, sekedar mengingatnya untuk lebih menjaga emosi yang mana bisa saja berdampak pada kesehatan tubuhnya.

Dengusan kasar, kembali duduk dan yang lebih muda buru-buru menyodorkan teh untuknya.

" Bocah itu!!! Jika saja dia bukan cucuku! Aku akan mencambuk kakinya sampai putus! "

" Ayah..... "

" Jeon Junghyun, berhenti membela putramu!! "

Jeon Junghyun segera menutup mulutnya rapat-rapat pertanda bahwa pria yang lebih tua yang tak lain adalah Ayahnya sekaligus ketuanya di kemiliteran ini tidak dapat di bantah. Sedangkan Jeon Jeongguk tadi adalah putranya, bisa di katakan mereka masih dalam satu garis keturunan disini namun sayangnya sejak lima tahun silam semuanya mulai berubah, sikap Jeon Jeongguk mulai berubah jauh lebih dingin, dengan kondisi mereka yang hidup dalam kekakuan lantas menimbulkan jurang pemisah semakin luas.

Jeon Junghyun tidak tahu harus memulainya darimana yang jelas semua ini berasal darinya. Dia merasa menyesal namun sayangnya semuanya sudah terlambat dan sulit rasanya untuk memperbaiki semua itu.

Menatap pintu yang tertutup rapat, Jeon Junghyun tidak bisa untuk menghela nafas lelah.

Kapan semua masalah ini akan berakhir?








TBC!!!

ᴊᴇᴏɴ ᴛᴡɪɴsWhere stories live. Discover now