14 | Hari-hari Hujan

Start from the beginning
                                    

"Waduh, iya. Kan niat gue mau ambil wudhu buat shalat ashar." Naufal meninggalkan Devan yang menggelengkan kepala melihat tingkah Naufal yang baru saja bangun tidur.

Naufal tidak punya agenda sore ini. Biasanya dia akan menjemput Lia di kerjaan, tapi tadi pagi Lia mengabari kalau dia akan pulang telat dan khawatir akan merepotkan Naufal bila harus menunggu cewek itu menyelesaikan pekerjaannya, jadi Lia memilih membawa motornya sendiri.

Selepas melipat sajadahnya, Naufal kembali ke tempat tidurnya. Berniat untuk kembali menelepon Bundanya. Tidak butuh waktu lama untuk menunggu panggilan tersebut, kurang dari satu menit Bunda sudah mengangkat panggilan itu.

"Sudah shalatnya?"

"Udah, Bunda. Jadi besok beneran mau ke sini?"

"Iyo lah, tuh. Ado kawan Ayahmu yang tinggal di Jogja. baru dikataui babarapo hari yang lalu dia."

Naufal kembali merebahkan dirinya.

"Kawan yang mana lagi?"

"Ndak tau, Bunda. Kan rasanya sia-sia ke sana cuma mau nemuin kawannya itu. Sekalian singgah sajo di kosan Abang, kan."

"Kenapa nggak bawa mobil aja, Bund?"

Terdengar suara piring yang ditumpuk dari panggilan telepon tersebut.

"Sebentar yo, Bang. Bunda sambil beresin piring dulu."

"Iya, Bunda."

"Apo tadi tanya, Bang?"

"Kenapa nggak bawa mobil aja ke sininya?"

"Hanyo sebentar kami di sana, Bunda indak mau capek-capek ah, Bang. Bukan lagi liburan juga. Mau dibawakan apo besok?"

"Nggak usah, Bunda. Kalian selamat aja udah cukup."

"Ah, kamu kebiasaan. Bunda bawakan keripik kentang balado, yo. Buat kawan-kawanmu sekalian."

"Iya, Bunda. Nggak usah banyak-banyak tapi."

"Masa sedikit, sih? Kan kawan-kawanmu banyak lho, Bang."

"Atur aja sama bunda, deh. Aku terima jadi, asal nggak ngerepotin Bunda sama Ayah ya, nggak apa-apa."

"Yo, lagi telepon anak bujang ini." Bunda menyahut, terdengar suara Ayah yang memanggil Bunda. "Ayahmu baru pulang, Bang. Sudah dulu, ya. Besok Bunda kabarin kalo udah di jalan."

"Oke, Bunda. Salam buat Ayah kalo gitu."

Telepon dimatikan setelah Naufal menjawab salam. Syukurnya, Bunda tidak mengungkit soal skripsinya lebih dalam lagi. Naufal sedang menghindari pertanyaan-pertanyaan seputar skripsinya itu.

Tak terasa waktu sudah hampir memasuki pukul lima sore. Karena tidak ada kegiatan keluar kosan, Naufal memilih menyalakan laptopnya. Menonton salah satu anime favoritnya yang belum terselesaikan. Dia tidak mau menyentuh file-file skripsinya, Naufal ingin rehat sejenak, menenangkan pikirannya sambil menunggu adzan maghrib tiba dengan menonton anime.

Baru beberapa menit berlalu, dirinya sudah dilanda bosan. Rasanya seluruh antusiasnya untuk melanjutkan anime itu hilang seluruhnya. Naufal menjeda tayangan anime tersebut, lalu memilih keluar dari kamarnya.

Menganggu Farris agaknya berisiko sebab anak itu pasti sama capeknya habis digempur oleh revisian. Maka pilihan Naufal yaitu duduk-duduk santai di ruang tamu.

Sudah ada Devan yang asik dengan tab juga laptop yang menyala di hadapannya. Gurat-gurat lelah tergambar jelas di wajah temannya itu. Sesekali Devan berdecak di depan tabnya yang entah menampilkan apa.

Kosan 210Where stories live. Discover now