13 | Jalan Kaliurang

40 8 0
                                    

Mendung menggelayuti langit sore kali ini. Gumpalan awan hitam pekat perlahan berkumpul, mungkin sebentar lagi hujan akan turun. Embusan angin lembab menerpa wajah Letta. Dia mencebik sambil memegang ponselnya.

Letta tidak suka hujan. Meski kebanyakan perempuan bilang kalau hujan itu menenangkan. Namun bagi Letta hal itu sama sekali tidak menyenangkan. Karena menurutnya, hujan hanya akan membuat macet jalan raya juga membuat kotor alas kaki yang dia pakai.

"Heh!" Letta memanggil saat panggilan suara itu tersambung.

"Euy, naon, Ta?"

"Ris, di mana?"

"Masih di kampus. Kenapa?"

"Ih, gue mau pulang!"

"Pulang, weh. Naha nelepon urang?"

Letta berdecak. "Nggak ada yang jemput. Ini udah mau ujan juga."

"Hooh." suara pintu yang tertutup begitu terdengar di telinga Letta. "Maneh di mana?"

Letta melihat ke sekelilingnya. "Kafe di Jakal Atas. Nanti gue shareloc."

"Ngapain di situ?"

"Kerkom. Udah beres. Yang lain udah pada balik, tadinya mau minta nebeng. Tapi, monyetnya pada galak-galak. Gue males dilabrak."

Kekehan yang terdengar seperti meledek itu membuat Letta memutar bola matanya malas.

"Kayak ada yang berani aja sama maneh, Ta. Keburu takut atuh, da, yang mau ngelabrak, ge."

"Ye, segala. Udah cepetan, bisa jemput apa nggak?"

"Kalem, ieu ge lagi jalan ke parkiran."

"Ya, udah gue tunggu di sini, ya."

"Shareloc jangan lupa."

"Iye."

Sambungan telepon terputus. Langit semakin gelap membuat Letta terpaksa harus kembali ke tempat duduknya daripada dia harus menunggu Farris di depan. Pasti datangnya akan lama. Kampus Farris berada di wilayah Ringroad Barat yang mana itu akan memakan waktu yang tidak sebentar.

Suasana kafe semakin ramai sebab hujan yang akan segera turun membuat beberapa orang memilih meneduh di dalam kafe sambil memesan segelas minuman untuk menunggu hujan berhenti.

Duduk sendirian dengan kondisi laptop yang masih menyala membuat Letta menghela napas berat. Dia ingin segera pulang lalu tidur. Karena paling nyaman adalah tidur saat hujan sedang turun.

Gemuruh perlahan terdengar hingga beberapa saat kemudian hujan datang tanpa aba-aba. Rinainya turun dengan deras membasahi jalanan aspal yang kering itu. Mendadak, Letta merasa tidak enak hati karena sudah meminta tolong ke Farris untuk menjemputnya sore ini.

Netranya melirik ke arah piring kosong yang isinya sudah Letta habiskan sedari tadi. Dia bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju kasir, kembali memesan 1 blueberry cheescake dan juga 1 croissant cokelat almond untuk Farris. Setelahnya, dia kembali duduk ke kursinya.

"Kenapa sih, gue harus sekelompok sama orang-orang nyebelin?" gerutunya di hadapan laptop.

Tangannya kembali mengetik baris-baris kata tanpa memedulikan keramaian dari kanan juga kirinya. Letta lupa membawa airpodsnya, kalau ada benda itu lebih nyaman untuk Letta berlama-lama di kafe tanpa harus terganggu oleh kebisingan.

Ponselnya bergetar, ada satu pesan masuk yang sudah jelas itu dari Farris.

Ponselnya bergetar, ada satu pesan masuk yang sudah jelas itu dari Farris

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kosan 210Where stories live. Discover now