Hari Senin

13 2 2
                                    

Reesha

Hari senin telah tiba dan menandakan jika Abrian akan kembali bekerja setelah cuti selama hampir seminggu. Tidak ada lagi setelah subuh kembali tidur karena aku harus berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan. Abrian adalah tipikal orang yang tidak bisa melewatkan sarapan. Sangat berkebalikan denganku yang tidak bisa sarapan dengan makanan berat terlalu pagi.

Mengingat kami belum sempat berbelanja dan aku memutuskan memasak yang tidak membuat banyak menggunakan peralatan masak. Lagi pula aku hanya memerlukan dua lembar roti dengan scrumble egg. Aku melihat jam dan sudah menunjukkan pukul 06.07.

"Mas udah jam 6 lebih nih, buruan sarapan." Panggilku dari depan pintu kamar.

Setelah mendengar sahutan Abrian, aku mendudukkan diri di kursi meja makan. Akhirnya aku memegang handphoneku dan mulai menscroll salah satu aplikasi yang menyediakan film atau series. Selagi aku memilih series yang akan aku tonton, Abrian sudah duduk rapi dan mulai menikmati sarapannya.

"Nanti aku ke kampusnya siangan mas, paling nanti aku numpang makan siang di Mas Dheeon."

Anggukan Abrian menandakan dia mengizinkan dan lumayan menghemat pengeluaran dengan makan gratis di cafe Mas Dheeon.

"Hati-hati nanti kalo berangkat. Jangan asal nyalip loh, lihat spion dulu kalo mau nyalip, terus jangan ngebut juga." Lagi-lagi nasihat ini yang keluar dari mulut Abrian.

Malas sekali menyahutinya dan aku melanjutkan memilih series. Setelah menemukan satu judul series yang menarik, aku segera mengklik tombol mulai. Cara ini adalah cara terampuh untuk menghentikan kecerewetan seorang Abrian dan aku bisa menikmati sarapan dengan tenang. "Aku mau ikut nonton dong." Nah ampuh bukan? Aku berpindah duduk di samping Abrian dan mulai menonton bersama.

Abrian telah menyelesaikan sarapannya dan langsung mencuci bekas sarapannya. Hal yang membuatku mulai nyaman dengan Abrian adalah dia dengan senang hati membantu pekerjaan rumah tanda di suruh. Aku pun segera mengambil satu kotak susu uht dari kulkas dan memberikannya kepada Abrian.

"Mau bawa tumbler enggak?" Tawarku karena seingatku Abrian tidak pernah menenteng tumbler setiap pulang kerja.

"Boleh." Jawabnya singkat. Sesuai dengan jawabannya aku mengambil salah satu tumbler yang ada dan mengisinya dengan air dari galon.

"Bisa enggak mas bawanya?" Mengingat motor Abrian adalah klx dan tentunya tidak ada tempat untuk menyimpan tumbler di motor. "Gampang, tak masukin ke tas aja." Abrian menata tasnya supaya tumbler bisa masuk dengan aman ke dalam tas.

"Jangan lupa sama tumblernya, jangan sampe ketinggalan atau ilang." Peringatku terlebih dahulu karena sudah banyak kasus dimana para suami menghilangkan tumbler atau tempat makan.

"Iya.. aku berangkat dulu deh, nanti telat absennya kalo enggak berangkat sekarang." Pamitnya dan aku mencium tangan Abrian ya seperti yang diajarkan ibu. Secara tiba-tiba aku mendapatkan kecupan di kening dan di kedua pipiku. Sejujurnya aku masih suka sedikit kaget dengan Abrian yang suka secara spontan melakukan skinship.

"Ini enggak dibales??" Goda Abrian yang membuatku semakin salah tingkah.

"Udah sana berangkat, nanti absennya telat." Aku mendorong tubuh Abrian ke teras supaya segera berangkat kerja. "Hati-hati." Pesanku sebelum Abrian menaiki motor kesayangannya itu.

Masih dengan kebiasaannya, Abrian melambaikan tangan sebelum pergi dan aku balas dengan anggukan. Setelah memastikan Abrian sudah berangkat kerja, aku langsung masuk ke dalam rumah dan mulai melakukan perkerjaan rumah. Waktu juga sudah menunjukkan pukul 06.37 dan aku harus bergegas mengejar waktu.

Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Aku melihat jam lagi dan langsung mandi karena aku sudah harus bersiap untuk berangkat ke kampus. Terdengar suara pesan masuk dari handphone ketika aku sudah mengunci rumah dan tentunya pesan dari Abrian.

Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang