89.... Overrhingking

1K 47 1
                                    

"Mau jalan-jalan?"

"Boleh."
Rinjani mengangguk, mungkin dengan naik kereta mengelilingi dari satu stasiun ke stasiun lain akan meredakan kesedihannya. Rinjani bisa menikmati perjalanan dengan melihat pemandangan.

"Kamu tunggu disini." Javas berlalu tersisa Rinjani seorang diri.

Menunggu Javas membeli tiket, Rinjani kembali meletakan kepala diatas meja. Menatap orang-orang berlalu lalang juga mendengarkan kereta melintas.

Tak lama Javas kembali dengan dua tiket kereta ditangannya.

"Kita akan kemana?"

"Bandung." ucap Javas lagi.

Kereta pun berhenti, Javas menggandeng tangan Rinjani memasuki kereta. Meski tidak ada persiapan yang matang rencana harus berjalan sempurna. Javas ingin senyum itu kembali terukir dari bibi ranum merah jambu milik tunangannya. Karena Javas sudah berjanji akan membuat Rinjani bahagia.

Kereta mulai melaju, mereka mendapatkan tempat vip yang hanya ada beberapa orang saja. Sengaja Javas melakukan itu karena tidak ingin suasana terlalu ramai. Perjalanan diisi kesunyian, sejak masuk hingga kereta melaju tak sedikit pun Javas melepas pegangan tangan.

Rinjani pun sama, dia menaruh kepalanya pada bahu berotot itu sebagai sandaran. Kantuk pun tidak bisa menguasai karena perjalanan yang menenangkan. Saat ini Javas lah yang tertidur, semalam jam tidurnya berantakan karena terus mengeluarkan banyak energi diatas ranjang.

Dengkuran halus terdengar sampai telinga, Rinjani hanya bisa menggeleng mendengar itu.

Tiga jam berlalu, kereta yang mereka tumpangi sampai dikota tujuan. Javas mengelus pergelangan tangan mencoba membangunkan Rinjani. Padahal tadi Rinjani menikmati perjalanan tetapi sekarang dia malah tidur nyenyak.

"Sayang, kita sudah sampai." ucap Javas pelan mengelus puncak kepala.

Kedua mata sayu itu terbuka lebar menatap sekeliling berganti pada pria disampingnya.

"Berapa lama aku tertidur?"

"Entah," Javas mengangkat kedua bahu.

"Seharusnya aku tidak melewatkan perjalanan yang menenangkan ini."

"Ssstttt masih banyak hal yang menenangkan, ayo turun."

Javas menuntun Rinjani keluar stasiun, memesan taxy online menuju puncak. Ya disana tempatnya asri pemandangannya juga menyejukkan. Siapa tahu dengan mengunjungi villa, otak Rinjani kembali fress.

Perjalanan kali ini ditemani rintik hujan, meski melelahkan tetapi mengasyikkan karena disebelah kanan dan kiri banyak ditumbuhi tumbuhan hijau.

Satu jam perjalanan mereka sampai di villa milik papa Jeremy. Javas membukakan pintu menuntun Rinjani keluar. Ada tatapan yang sulit diartikan dari netra cokelat milik Rinjani, bahkan bola matanya tidak berkedip.

"Kenapa sayang?"

"Tidak, kita akan menginap disini?"

"Kalau kamu mau, kenapa tidak?"

"Okay, tapi tidak ada bdsm lagi!" tekan Rinjani dalam setiap kalimat.

Rinjani lalu masuk meninggalkan Javas yang masih diam. Javas ingat betul perkataan Rinjani tadi sebab saat mereka berkunjung kemari, tragedi bdsm membuatnya tidak ingin menginjakkan kaki di villa ini lagi.

"Sayang tunggu." Javas berhasil meraih pinggang,

"Aku janji tidak akan melakukan apa yang membuat mu sakit."

"Promise?"

Javas mengangguk antusias. Menautkan jari kelingking pada jari milik Rinjani. Mereka lalu masuk setelah penjaga membukakan pintu.

Cupid Lonestly 2 (END)Where stories live. Discover now