Part 22

4 0 0
                                    

~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~
"Segitunya rasa rindu yang belum terbalas ? Bahkan mimpi pun tak mampu jadi obatnya"

-Cakra-
~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~

***
Varrel dan Keinan pulang dari tugasnya. Kalina hanya diam di kamar melamun. Varrel memanggil ibunya namun tak ada jawaban. Dengan sedikit lancang Varrel membuka pintu kamar Kalina dan menemukan ibunya sedang menatap keluar jendela.

"Rel,, ibu..". Keinan terlihat panik dengan diamnya sang ibu.

"Tenang kei, Lo lihat ibu pegang ponsel kan ?". Tanya Varrel memastikan.

"Iya, waitt,, jangan bilang kalau.." kalimat Keinan terhenti ketika melihat Varrel memencet nama ibunya di kolom buku telpon.

"Lo udah duga hehe". Balas Varrel.

Ponsel Kalina berdering mengejutkannya dari lamunan. Kalina segera menjawab telpon itu karena terlihat nama putranya.

"Eh, kenapa kak ? Tiba-tiba Telpon ibu ada yang perlu ibu bantu ?" Jawab Kalina dengan pertanyaan.

"Ibu yang kenapa ? Melamun seperti itu Varrel ngga suka, kalau ada apapun ibu kan udah janji mau cerita sama kita hm". Balas Varrel dengan suara asli yang Kalina dengar.

Sontak Kalina berbalik badan dan menemui kedua putranya yang berdiri di depan pintu.

"Aduh,, maaf,, ibu ngga tau kalau kalian pulang". Balas ibunya.

"Ibu kenapa ? Suka banget ngelamun, Cakra ya ?". Tebak Keinan dengan benar.

Kalina mengangguk. Varrel sebenarnya sedih namun dia pendam karena tak ingin sang ibu semakin sedih.

"Ibu, ada Varrel sama Keinan, ibu jangan gini lagi ya, kita ngga mau ibu sakit lagi". Rengek Varrel sedikit manyun.

"Lucu banget kakak ini, engga, ibu kan udah sehat, tanya aja sama Keinan. Keinan rawat ibu beneran jadi ibu bisa sembuh sekarang ini kan ?". Jawab Kalina membentangkan kedua tangannya.

Mereka berdua masuk dalam bentangan itu memeluk ibunya. Varrel tak ingin kesedihan ibu semakin lama. Varrel melirik Keinan untuk suatu rencana. Sayangnya Keinan tak paham.

Varrel melepaskan pelukannya lalu mengajak sang ibu keluar dari kamarnya.

"Varrel lapar Bu, makan yuk, kita tadi udah beli, tinggal makan aja". Ajak Varrel dibalas anggukan dari Kalina.

Seketika Kalina menyiapkan makanan itu Varrel membuat rencana dengan Keinan.

"Kei,," panggil Varrel.

"Apa Rel ? Keknya Lo mau sesuatu". Balas Keinan penasaran.

"Coba follow Cakra, dia kan ngga tau kalau Lo sama kita sekarang". Balas Varrel berbisik agar Kalina tak mengetahuinya.

"Sebenernya gue ga mau ribet ya, tapi kalau buat ibu ntar gue lakuin, dan setelahnya serahin semuanya ke gue". Balas Keinan serius.

Varrel tersenyum karena saudara angkatnya bekerja sama dengannya.

***

Cakra sedang belajar sendirian dikamar dan hanya ditemani musik dari ponselnya. Seketika notif Instagram Cakra dapati karena ada yang follow dia.

Cakra melihat akun itu namun asing baginya

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Cakra melihat akun itu namun asing baginya. Lantas Cakra follback akun itu dan kembali belajar. Terdengar lagi notif di ponselnya namun Cakra tak menghiraukan. Cakra ingin tugasnya cepat selesai maka dari itu Cakra fokus belajar.

Selesai dari belajarnya Cakra masih tak menghiraukan notif tadi. Dia hanya ingin cepat tidur karena sudah larut malam. Dia ambil posisi di kasurnya dan memeluk beberapa boneka miliknya. Sekejap dia pun tertidur.

Ravendra sempat melihat putranya namun Cakra sudah tertidur pulas. Ravendra mendekati Cakra dan mematikan musik di ponselnya. Ravendra mencharger ponsel Cakra ke meja dekat ranjangnya lalu pergi kembali ke kamarnya.

"Cakra!! Bangun sayang,, ayo sekolah". Samar terdengar suara ibunya memanggil.

Cakra membuka matanya tak percaya ada sang ibu disampingnya.

"Ayo bangun Cakra, kan mau sekolah, ayo cepat bangun, sarapan lalu bersiap".

Belaian sang ibu terasa jelas di kepala Cakra. Cakra tersenyum dengan anggukan.

"Iya ibu, ini Cakra bangun". Cakra beranjak dari kasurnya namun tersandung selimut yang membuatnya terjatuh.

Cakra terkejut lalu terbangun.

"Huffttt hanya mimpi ya..?" Gumam Cakra dengan posisi duduk. Cakra melihat jam di ponselnya dan waktu menunjukkan pukul 5 pagi.

"Ngga mungkin gue tidur lagi kalau jam segini, mandi aja deh".

Cakra beranjak mandi dan membereskan tempat tidurnya lalu bersiap. Masih pagi sekali dan ada waktu untuk dia masak buat sarapan.

Jam 6 pagi Ravendra menghampiri putranya yang sudah rapi dengan seragam dan memasak.

"Heii,, putra ayah udah siapa aja, bangun jam berapa ?". Tanya Ravendra yang juga sudah rapi dengan baju kantornya.

"Ehh,, morning daddy, Cakra terbangun jam 5 tadi, ngga mungkin kan Cakra tidur lagi". Balas Cakra.

"Kok sama dek ? Kamu mimpi apa sampe terbangun gini ?". Kembali Ravendra bertanya.

"Eumm,, ayah jangan marah lagi yaa". Cakra sedikit takut.

"Heum ? Kapan ayah marah sama adek ? Engga, sini cerita, ayah dengerin".

Cakra menyelesaikan masakannya laku menghidangkannya. Mereka duduk di meja makan untuk sarapan dan bercerita.

"Sebenarnya tadi Cakra mimpi ibu, ibu bangunin Cakra. Ternyata suara ibu selembut itu yah ?". Cakra masih sedikit takut mengatakan kalimat itu.

"Oh ibu,, iya, suaranya lembut banget seperti suara Cakra". Balas Ravendra dengan tersenyum membuat Cakra kembali tersenyum juga.

"Kalau ayah kenapa jam segini udah rapi ? Biasanya kalau belum jam 6 belum mandi haha". Ledek Cakra pada ayahnya.

"Ayah.. huffttt,, jujur ya, beberapa hari ini ayah juga mimpi mereka. Yang terakhir ini kakakmu. Dia membangunkan ayah untuk kekantor dan dia memakai jas seorang dokter. Ayah kaget eh kagetnya malah sampe ayah bangun, dan ngga mungkin ayah tidur lagi kan ? Hehe". Ravendra nyengir sedikit.

"Kira-kira kenapa ya yah ? Kok kita dimimpiin mereka seperti ini ? Ngga biasanya Cakra mimpi indah gini". Sahut Cakra sambil memakan sarapannya.

"Ayah juga ngga tau dek, udah, habisin sarapannya kita berangkat bareng, nanti sore ayah jemput okey, kamu ada latihan kan ? Ayah kirim makanan buat kamu sama teman-temanmu nanti. Ingat, jangan pulang sendiri, kalau udah selesai telpon ayah biar ayah jemput". Kalimat panjang Ravendra yang selalu menjaga putranya.

"Cakra udah gede ayah, ayah ngga perlu repot". Balas Cakra singkat.

"Dek, dengerin ayah, hanya kamu yang ayah punya, Tuhan nitipin kamu untuk ayah jaga, nurut sama ayah ya, ayah ga mau kamu kenapa-napa lagi nanti". Balas Ravendra.

"Oke ayah, nanti Cakra kabarin".

Mereka melanjutkan sarapannya lalu berangkat bareng dengan Ravendra mengantar Cakra ke sekolah sebelum ke kantor.

***

Udah, makasi, dadahh

VaKra K.H || END✓Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt