Bab 17: Orang Misterius

7K 557 13
                                    

Sabila harus menelpon tiga kali sampai akhirnya diangkat.

"Halo?" suara serak khas Renner sedikit mengagetkan Sabila, maklum, ia menunggu telepon itu diangkat sambil melamun.

"Halo, Ren. Ini Sabila."

"Sabila? Dokter Sabila? Gimana, Dok?" tanya Renner, nadanya heran tapi riang.

"Sabila aja, kan. Saya to the point ya, mau nanya, meski pertanyaan ini agak aneh." jelas Sabila.

"Iya? Mau nanya apa?"

"Saya lupa-lupa inget, tapi kamu selalu pakai kalung kan, ya?"

"Kalung? Iya, saya memang selalu pakai kalung peninggalan Ayah saya. Ada apa?" Renner terdengar bingung sekarang.

"Kalungnya salib dan cincin?" tanya Sabila lagi.

"Iya. Ada apa sih, sebenarnya?" Renner makin penasaran.

"Oke. Ini pertanyaan terakhir, abis itu saya jelasin. Kamu pernah nanganin kasus illegal logging di Ketapang?"

Pertanyaan Sabila yang terakhir makin membuat Renner bingung, "Illegal logging... pernah kayaknya, tapi udah lama banget. Tahun berapa ya...kayaknya tahun.."

"2019." sahut mereka bersamaan.

"Oke, sekarang tolong jelasin, karena saya bingung banget." pinta Renner.

Sabila akhirnya menjelaskan kronologi kejadian hari ini, hingga pesan di potongan koran yang ia dapatkan.

"Potongan-potongan koran ini artikel yang spesifik, Ren." ucap Sabila.

"Yang satu potongan berita minggu lalu. Judulnya, "30 Remaja Pinggiran Diduga Jadi Korban Permen Narkoba". Dan satu lagi, judulnya, "Polisi Ringkus Perusahaan Illegal Logging Di Ketapang". Saya nggak tau hubungannya apa, karena artikel-artikel ini nggak sebut nama kamu. Tapi karena kamu lagi nanganin kasus 'Candy Pop' dan ada simbol yang mirip dengan kalung yang kamu pakai, saya pikir koneksinya ada di kamu." jelasnya.

Renner tertegun. Ia berpikir keras. Jangan bunuh? Siapa?

Ia mencoba mengingat semua pelaku yang mau tidak mau harus ia habisi dalam kasus-kasus yang ia tangani. Selain ingat semua orang yang telah menyelamatkan nyawanya, Renner juga punya memori kuat terhadap mereka yang tewas ditangannya. Tapi tak satu pun meninggalkan kerabat yang akan mendendam kepadanya. Ia tak pernah juga membunuh bos mafia atau semacamnya. Kebanyakan dari mereka merupakan kriminal kelas bawah.

"Ren?" suara Sabila membuyarkan pikirannya. Ia sampai lupa bahwa ia sedang di percakapan telepon.

"Tapi kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Renner refleks.

"Saya? Nggak apa-apa, emang kenapa?" Sabila bingung.

"Nggak takut ngeliat pesan berdarah gitu? Nggak ada yang mencurigakan disana?" tanyanya lagi.

"Kaget aja awalnya. Tapi saya kan liat darah tiap hari." jawab Sabila.

"Bukan gitu maksudnya...tapi, udahlah." Renner memotong ucapannya sendiri, "Shift sampai jam berapa? Saya kesana."

"Loh, ngapain? Shift saya selesai dua jam lagi." Sabila yang kali ini dibuat heran.

"Saya mau ambil itu sebagai bukti, dan cek CCTV rumah sakit. Juga bicara langsung sama Dok- kamu." jawab Renner.

"Oh, iya, oke."

Setelah Renner mengingatkan Sabila untuk tidak menceritakan ini ke siapapun, termasuk ke adiknya, mereka mengakhiri pembicaraan telepon tersebut.

⏳⏳⏳

Di perjalanan ke rumah sakit, Renner masih memutar otaknya. Siapa pemuda yang memberi pesan itu ke Sabila?

Ada tiga hal yang aneh. Satu, ikut andilnya ia atau Team Shadow dalam penanganan kasus narkoba 'Candy Pop' bukanlah informasi publik. Bahkan di dalam kepolisian, informasi ini hanya diketahui Pak Dewa dan atasan masing-masing anggota Team Shadow.

Dua, kasus illegal logging di Kalimantan merupakan kasus lima tahun lalu, sebelum Team Shadow terbentuk. Renner masih merintis karir jadi junior detektif, dan ia adalah satu-satunya anggota Team Shadow yang ikut membantu dalam kasus tersebut.

Tiga, gambar simbol yang mirip dengan kalungnya. Renner memang tidak pernah melepaskan kalung ini, sejak Ayahnya meninggal ketika ia masih SMP. Tapi hanya orang-orang yang pernah berinteraksi dekat dengan Renner yang akan memperhatikan hal ini.

Jadi, orang ini tau identitasnya? Apa dia seseorang yang ia kenal?

Ia lalu menelpon Paul, "Paul, kirim footage dashcam waktu penembakan di Rawam ya. Nggak apa-apa kalo gambarnya nggak terlalu jelas."

Siapapun itu, Renner yakin bahwa ia ada di TKP Rawamangun.

Tapi, kenapa pesannya jangan dibunuh? Bukan ancaman? Atau ini sebuah trik?

Entahlah, yang jelas Renner harus memastikan bahwa Sabila baik-baik saja. Orang ini jelas mengetahui bahwa Renner dirawat beberapa hari di RS Medika, dan Sabila merupakan dokternya. Kalau tidak, buat apa dia memaksa suster agar potongan koran itu sampai di tangan Sabila?

Renner mengetukkan jarinya di kemudi. Memikirkan tiga orang yang telah menyelamatkan nyawanya, dan rasa tanggung jawabnya terhadap mereka. Satu orang sudah tidak bisa dijaga, satu orang bisa menjaga dirinya sendiri, dan Sabila yang sekarang harus ia jaga.

Renner hanya bisa merutuki keadaannya. Orang misterius ini jelas menarget Renner, dan Sabila jadi tergeret karena dirinya.

"Bangsat. Siapa sih bajingan ini." umpat Renner.

Note: Udah pada dengerin Rumah? Semoga ga pada nangis ya T__T Bagus banget, sesalut itu sama kemampuan bermusiknya Salma! Jangan lupa streaming dan nonton videonya ya <3

Two Worlds Colliding [End]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz