22🥀

1.5K 181 4
                                    

[M/n] saat ini sedang berpikir dengan keras. Jika dia pergi begitu saja, pasti Claude akan mengutus prajurit untuk mencarinya ampe mampus berasa jadi buronan.

Tapi dia juga tidak mungkin izin, karena sudah pasti tidak diizinkan.

[M/n] hela napas berat. Dia memejamkan matanya, lalu merasa ada aura yang tak asing di sampingnya, ternyata itu Felix.

'Apa-apaan mata itu?' Pikir [M/n] saat melihat Felix.

"Saya sudah mendengar cerita tentang Zevan."

[M/n] reflek melotot. Memang temannya sudah menceritakannya ke Claude, tapi siapa sangka Felix juga tau? Apalagi Zevan itu kakak laki-laki Felix.

"Zevan diculik sejak kecil sampai sekarang belum ketemu, karena itu saya tidak begitu mengenal kakak saya sendiri. Anda tenang saja, jika dia datang mengacau lagi, saya akan melindungi anda sampai titik darah terakhir. Jadi bertahan di sinilah sampai ingatan anda pulih, saya mohon..." Ucap Felix sambil memeluk [M/n], dia tau kalau [M/n] berniat kabur walaupun tidak diizinkan sama Claude.

[M/n] membalas pelukan itu, matanya berkaca-kaca. Dia benar-benar tulus kepada Felix, tapi keadaan seperti ini yang memaksanya untuk mengkhianat.

"Tapi, bagaimana jika aku adalah penjahatnya?"

Felix kembali mengeratkan pelukannya. "Saya pasti akan menghentikan anda, dan membawa anda kembali ke sini."

[M/n] tersenyum mendengar itu, air matanya perlahan mengalir. "Janji, ya?"

"Iya... Karena itu, tetaplah berada di sisi saya sampai akhir." Felix menangkup pipi [M/n] lalu menghapus air matanya.

"Maaf, aku tidak bisa memenuhi permintaanmu itu, tapi aku mencintaimu, Felix." Ucap [M/n] lalu menghilang dari sana.

Felix terlihat cukup syok.

"Tuan ksatria!" Terlihat Simon berlari kemari.

"Apa anda ada melihat [M/n]?"

"Hilang..."

"Apa?"

"Di depan mataku..."

"CEPAT CARI DIA DAN BAWA KE ISTANA!" Perintah Felix yang akhirnya sadar dari terkejutannya.

————————————

"Kau datang juga~ aku sudah menunggumu dari dulu." Ucapnya yang melihat [M/n] terduduk di lantai sambil menyender ke tembok

"Kau memakai sihir teleportasi lagi? Astaga, sudah kusuruh, kan? Kalau jangan terlalu banyak pakai sihir itu, nanti sihir dan umurmu juga akan berkurang. Keras kepala sekali." Ucapnya sambil mengelus kepala [M/n].

"Jangan menyentuhku, Zevan." [M/n] tentu saja langsung menepis tangan itu dari kepalanya.

"Ah~ mendengar suaramu saja sudah membuatku tegang, apalagi menyebut namaku." Ucapnya dengan muka memerah sambil menyeringai.

"Jangan macam-macam. Setelah aku lakukan perintahmu, lepaskan kakakku dan anak itu."

"He~? Kau sepertinya lebih menyayangi kakakmu yang ini ya daripada kakakmu yang di Obelia."

"Tidak juga, aku hanya percaya dia kuat dan bisa bertahan."

Zevan mendengar itu merasa kurang suka. Dia langsung mencengkram dagu [M/n].

"Kau harus membunuh semua orang di Obelia. Termasuk Claude, Felix, dan pelayan-pelayan di sana. Jangan sampai ada yang tersisa."

"Ya, akan kulakukan. Sebelum itu, lepaskan dulu mereka."

Zevan akhirnya melepaskan Anastacius dan seorang anak dari penjaranya.

"Kakak!" Anak kecil itu langsung berlari ke arah [M/n] dan malah kepleset.

[M/n] sigap menangkap anak itu dengan memeluknya.

"A-ku kira ba-kal se,selamanya di sana..." Ucapnya sambil menangis.

"Udah... Tenang saja, kakak janji setelah ini kita akan keluar dari sini."

[M/n] menoleh ke arah Anastacius. "Aku hanya berniat menolong Gerald." [M/n] memang tidak berniat membantu Anastacius mengingat apa yang sudah ia lakukan. Dia murni hanya ingin Gerald kembali ke keluarganya dan hidup bebas seperti biasanya.

Gerald adalah anak yang [M/n] temukan saat berada di akademi, anaknya benar-benar ceria dan periang sangat suka berlari. Keluarganya juga begitu harmonis, [M/n] cukup sering bermain dengannya karena Gerald selalu menyelinap ke dalam akademi untuk menemui teman bermainnya.

Gerald saat ini berusia 11 tahun. [M/n] juga berjanji kepada keluarga Gerald untuk membawanya kembali sebelum ia berusia 12 tahun.

"Setelah ini kakak pasti membawamu ke papa sama mama... Mereka sangat rindu kepadamu."

"Aku juga rindu mereka... Kakak juga ikut, kan? Ayo kita bermain seperti biasa lagi di rumah dengan papa mama!"

"Iya, tentu saja..." Ucapnya.

Felix lope lope -[M/n]  { Felix X [Malereader] }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang