prolog

284 24 4
                                    

Aku menatap kearah depan sebuah akademi sihir Easton. Seorang dengan penampilan rambut hitam sebahu dengan iris hijau zamrud. Mengenakan seragam asrama adler aku berjalan melewati murid-murid yang menatapku.

"Dia siapa?"

"Murid baru kah"

"Penerimaan murid baru kan sudah selesai dan siapa dia"

"Cantik"

"Walaupun ada kantum mata di bagian bawah matanya dia masih tetap cantik"

Aku berjalan tanpa memperdulikan orang-orang yang membicarakan tentang ku.

"Hah" aku menghela nafas pelan.

"Ya, aku kembali lagi kesini. Ketempat sialan ini"

Aku berjalan masuk untuk menuju ruang kepala sekolah.

"Aku tidak ingin masuk kesini lagi"

"Aku mau pulang" sepanjang perjalanan menuju ruang kepala sekolah aku selalu mengeluh.

Sesampainya didepan ruang kepala sekolah itu. Aku masuk tanpa memberikan salam.

Didalam ruangan itu aku melihat pak Wahlberg sedang menceramahi ataupun memberikan nasehat kepada seseorang. Orang itu berambut hitam dengan mata kuning.

"Kau boleh keluar sekarang" kata pak Wahlberg kepada orang itu.

Aku menatap orang itu dari kejauhan kami sempat menatap satu sama lain ketika dia melewati ku.

'dia tidak bisa mengunakan sihir. Wow, ternyata ada orang seperti itu di dunia ini' batinku menatapnya keluar dari ruang kepala sekolah.

"Kau sudah kembali, vinai" mendengar itu aku langsung menatap kearah kepala sekolah.

"Hey, pak tua kau yang menyuruhku kesini kan. Jangan berbicara seolah aku kesini dengan sendirinya" aku berkata dengan nada jengkel.

Jelas-jelas kepala sekolah itu lah yang memaksanya untuk kembali kesini. walaupun dirinya sudah membuat setidaknya 10 surat keluar dari akademi namun selalu ditolak.

"Maaf, aku sudah memaksamu kembali kesini. Habisnya tanggung sekali hanya tinggal 1 tahun lagi setelah itu kau lulus kan"-wahlberg

"Tidak salah juga sih"

"Kau sudah merasa lebih tenang kan, Livinai Inaz."

Mendengar itu aku hanya bisa diam. menghirup nafas dalam lalu menghembuskan nya.

"Anggap saja begitu"-livinai

"Kau masih suka datang ke biro sihir?"-wahlberg

"Tentu tidak, walaupun aku selalu mendapatkan surat aku tidak akan kesana"-livinai

"Ikutilah ujian visioner suci tahun ini. Mungkin saja kau bisa menjadi visioner suci tahun ini"-wahlberg

"Aku sudah tidak ada hasrat untuk menjadi itu"-livinai

"Begitu"-wahlberg

"Ya, begitu begitu"-livinai

"Kau cukup lucu"-wahlberg

"Dan kau menjijikan"-livinai

Setelah obrolan singkat itu Livinai langsung saja pergi dari ruangan kepala sekolah.

"Dirimu yang sekarang dengan dulu sangatlah berbeda"

.......................

Livinai berjalan menuju asrama tempatnya. Kebetulan sekali walaupun ia sudah fakum setidaknya hampir 1 tahun sekolah ia masih diterima di tempat itu.

"Kau sudah kembali"

Aku menatap kebelakang. Iris ku menatap seseorang yang merupakan salah satu temanku disini.

"Selama atas gelar visioner suci mu, rayne. Maaf, baru mengatakan itu sekarang" aku berkata dengan sedikit memaksa senyuman.

Rayne kemudian mendekat kearah ku.

"Kau sudah baikan"

Kedua iris kami saling bertatap-tatapan. "Seperti yang kau lihat"

"Yang aku lihat kau tetap menawan walaupun memiliki kantum mata"

"Kau benar-benar rayne kan"

"Ya"

"Kau mau jalan-jalan dulu. Kita kebetulan sudah cukup lama tidak bertemu" rayne menawarkan ku untuk berjalan-jalan bersamanya.

Aku langsung menolak "tidak terimakasih. Aku mau tidur saja dulu"

"Setidaknya aku antar kau ke kamar asramamu"

"Tidak perlu"

Aku kemudian langsung berjalan meninggalkannya sendiri.

'aku tidak boleh lebih terhubung dengan dunia ini'

Aku berjalan sambil menatap langit-langit.

"Sudah 5 tahun saja" aku membiarkan angin angin malam meniup diriku.

_________________________________________________________________________

Jika dihitung-hitung mungkin ini fanfiction ke 4 milikku.

........

PENYIHIR DUNIA NYATA || Mashle: magis and muscleWhere stories live. Discover now