suit and tie ;; hayesxprncss

232 13 1
                                    

this is kinda lame idk what was in my mind, but i hope somehow you'll like it :) -ultravioluke


ia tidak pernah merasa segugup ini sebelumnya. saat kelas matematika, sebuah pesan dari nomor tidak dikenal masuk ke ponselnya. bunyinya: temui aku di kafetaria sepulang sekolah. butuh bantuan. -hayes.

rosse langsung kehilangan fokus dari materi yang diterangkan di depan. benaknya langsung sibuk membayangkan hayes grier - cowok the most wanted di sekolah - dan apa yang akan terjadi selanjutnya. ia bahkan tidak pernah berpikir kalau hayes mengetahui keberadaannya. rosse merupakan gadis yang tertutup dan tidak suka bikin heboh, kecuali dengan selera fashion-nya yang setara dengan perancang busana kelas dunia.

pasti itu sebabnya ia memanggilku, batin rosse. ada sedikit rasa kecewa di dalam hatinya, namun ia menyingkirkan perasaan itu dengan segera. memang apa yang ia inginkan dari hayes? menjadikannya kekasihnya? tidak, hal itu lebih kecil kemungkinannya daripada melihat komet haley di malam biasa.

begitu bel berbunyi, rosse langsung mengemasi barangnya - yang bukan merupakan kebiasaannya - dan keluar kelas terlebih dulu. ia setengah berlari menuju kafetaria, melawan arus dengan kebanyakan anak yang menuju ke gerbang sekolah. di depan ruang musik, seseorang meraih pergelangan tangannya.

"biasanya kau langsung pulang." kata suara milik karen, sahabatnya.

rosse berbalik sambil menghela nafas. ia masih terlalu syok untuk memberitahukan hal ini kepada karen.

"kau menyimpan sesuatu dariku," selidik karen.

"memang," rosse melemaskan bahunya. "hayes memintaku menemuinya di kafetaria selepas sekolah."

"hayes grier?" tanya karen. ia nampak seperti tersedak udara, terutama saat rosse mengangguk. "urusan macam apa yang terjadi di antara kalian?"

"bukan masalah besar, kurasa," ujar rosse, berusaha menenangkan karen dan dirinya sendiri. "aku tidak pernah meninju salah satu teman tim football-nya, karen, tenang saja," ia menambahkan sedikit humor yang garing.

karen menggeleng. "bagaimana kalau pacarnya tahu kau menyukainya dan menjebakmu lalu akan membunuhmu?"

"maka aku akan berlari atau meneleponmu," tanggap rosse enteng. ia mengenal hayes lebih baik daripada penggemar-penggemar lelaki itu yang lain, dan ia tahu hayes tidak - belum - memiliki pacar. well, setidaknya, itu perasaan rosse. "aku harus segera pergi."

"oke. kau mau aku menunggumu atau kau akan pulang sendiri?"

"kau pulang duluan saja. aku akan baik-baik saja," jawab rosse dengan mantap. ia tersenyum kecil saat karen memeluknya. bagi rosse, hal itu agak berlebihan, namun begitulah karen.

di kafetaria, hanya ada beberapa meja yang terisi. salah satunya dikerumuni oleh siswa berbadan tinggi dan tegap - para pemain football - dan rosse yakin ia akan menemukan hayes di sana. sayangnya, rasa percaya dirinya tidak setinggi keyakinannya. toh begitu, rosse memaksakan kedua kakinya untuk melangkah mendekati meja yang terletak di tengah itu.

"hayes?" panggil rosse dengan suara yang berdecit pelan seperti tikus. berada di antara siswa tinggi membuatnya merasa seperti kurcaci. apalagi, mendengar suara tawa mereka yang menggelegar. "hayes!" ia mencoba dengan suara yang lebih keras, dan untungnya, yang dipanggil pun sadar.

"oh, hei, rosse! duduklah!" hayes tersenyum, lalu menatap teman-temannya. "berikan ia ruang, man!"

rosse merasa tidak nyaman saat puluhan pasang mata memandangnya, namun ia memfokuskan pandangan pada meja. satu per satu teman hayes bertos dengannya dan pergi, beberapa membuat candaan tentang rosse yang akan menjadi kekasih hayes. rosse tidak tahu cara menyikapi candaan itu selain dengan tersipu malu.

one shot [request]Where stories live. Discover now